Ch.5 - Cemburu -

324 42 1
                                    

Pulang dari lokasi pemotretan Singto langsung kembali ke kondominiumnya yang berlokasi di pusat kota Bangkok. Tempat tinggal yang disediakan oleh rumah produksi yang menaunginya, bersebelahan dengan manajer pribadinya.

Di gedung itu, selain dia juga ada artis lain yang satu manajemen tinggal di sana. Kondominium itu sendiri tampilannya seperti bangunan apartemen lainnya yang ada di Bangkok, hanya saja memiliki security di lantai pertama yang tidak bisa sembarang orang bisa masuk. Mereka harus punya nomor pin yang harus dimasukkan ke system security agar bisa masuk ke dalam.

Itulah mengapa Singto sangat suka tinggal di dalam kondominiumnya, karena dia bisa menyendiri tanpa diganggu siapapun, kecuali tentu saja manajer.

Pemotretan kali ini adalah persiapan untuk promosi drama seri terbarunya.

Berlokasi di salah satu café yang ada di pinggir kota. Untuk menciptakan suasana yang hangat, mereka harus menunggu hingga sore, ketika sinar matahari meredup bersembur merah. Suasana romantis yang menggambarkan cerita drama itu sendiri.

Akibatnya dia baru bisa pulang malam hari.

Secara pribadi Singto sangat menikmati proses pembuatannya, karena ini pertama kalinya dia dipasangkan dengan artis wanita.

Selama ini peran yang dia mainkan di film kebanyakan sebagai pasangan antar laki-laki atau yang lebih dikenal Boys Love (BL). Sampai-sampai banyak orang mengira dia gay, meskipun benar atau tidaknya hanya Singto dan Tuhan yang tahu. Akibatnya banyak para gay yang mencoba mendekatinya untuk dijadikan pasangan.

Tapi, selama ini Singto menolak dengan alasan ingin fokus belajar dan meniti karir. Waktunya sendiri sudah habis untuk pekerjaan dan tugas kampus. Bahkan waktu untuk ayahnya, keluarga satu-satunya saat ini, hanya ada di akhir minggu. Itupun jika tidak diganggu dengan kegiatan shooting atau pemotretan.

Sesampainya di kamar Singto langsung menyalakan komputernya. Ada tugas makalah yang menunggu untuk diselesaikan. Waktu pengumpulannya sudah dekat. Dan kali ini dia tidak ingin terlambat. Meskipun sangat menguntungkan jurusan yang diambil dan profesinya saat ini berhubungan, membuatnya gampang mendapatkan sumber data yang dinginkan. Tapi tidak adanya waktu untuk mengerjakan tugas mengharuskan dia harus meminta keringanan ke profesornya dengan imbalan foto selfie berdua atau kadang tanda tangan. Keuntungan lain menjadi seorang aktor terkenal.

Setelah komputer tersambung internet tidak lupa juga dia membuka laman jaringan sosialnya. Belum-belum sudah ratusan notifikasi dialamatkan kepadanya. Tapi itu bisa menunggu.

Sejak dari perjalanan pulang hape pribadinya tidak berhenti bergetar. Karena capek sengaja tidak dia angkat, meskipun tahu siapa yang menelpon tanpa melihat layar hapenya.

Belum sempat tanda gambar gagang telepon dia sentuh layar hapenya sudah berubah menjadi panggilan masuk.

Seperti ada telepati yang menyampaikan pikirannya, yang tertampil di layar sama dengan orang yang ingin dia hubungi.

"Halo Kit," sapanya.

"Phi Sing, sudah pulang?"

"Sudah. Baru saja aku sampai kamar dan mau nelpon kamu."

"Tapi ini sudah hampir tengah malam. Bukannya pemotretannya sore ya?"

"Memang. Habis itu dilanjut bikin video promosi juga," terangnya.

Krist hanya menjawab dengan 'Oh' pendek.

"Kenapa Kit?"

"Tidak ada yang khusus cuman tadi aku mau minta dikirimin senjata. Kirain tadi Phi Sing sudah pulang," ujarnya.

DI BALIK LAYAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang