MIRROR |6 LILIN DAN PEMANTIK

44 8 0
                                    

PART 6
LILIN DAN PEMANTIK

________________________________________

Rizza.

Apa lagi?

Gue harap lo gak lakuin hal bodoh lagi. Ini sekolah. Lo gak bisa seenaknya di sini.”

Sejak kapan lo patuh sama peraturan?

Katanya anak Sultan. Tapi nyicip rokok aja takut mati. Dasar pengecut!

Gue emang badung, Za. Tapi bukan berarti gue harus menghancurkan masa depan gue dengan satu kebiasaan buruk.”

Lo gak usah bawa-bawa masa depan. Lagian setiap manusia itu beda. Biarin gue kayak gini, gue bukan bayi besar kayak lo yang terus-terusan dipantau setiap saat.”

Rizza!

Kenapa? Lo tersinggung dengan ucapan gue?

Za, mau sampe kapan sih lo kayak gini? Gue kakak lo. Kita sodara dan sedarah.”

Udahlah, Hito. Kita hidup masing-masing aja, gue di dunia gue yang gelap. Dan lo di dunia lo yang terang dengan penuh perhatian.

Za, gue harap lo nggak ngomong kayak gini. Lo boleh marah-marah sama gue, kata-kata-in gue sepuasnya kayak dulu lagi. Tapi gue mohon sama lo, jangan ngehindar terus dan jangan pergi dari gue.”

Hito, satu kata buat lo....”

Pembunuh!

“Gue benci sama lo Hito. Cowok pengecut yang berlindung di ketek Mommy,” ucap Rizza dengki.

Rizza berjalan gontai diantara lorong apartemen tempatnya tinggal. Tubuhnya masih memakai seragam futsal lengkap dengan kaos kaki sebetis serta sepatu futsal berwarna kuning yang membuat tubuh Rizza terlihat lebih atletis. Dengan cepat, Rizza melempar tas gendongnya ke sembarang arah. Merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan memijat ujung pangkal hidungnya karena sedikit merasa pusing. Sepertinya Rizza baru saja pulang dari ekskulnya yang melelahkan disekolah.

Tiba-tiba satu bungkus rokok bermerk terkenal, jatuh secara kasar di samping tubuh Rizza. Dia menoleh dan memandang tidak acuh ke arah seseorang yang baru saja melempar tembakau itu dengan sengaja. Tentu saja ia kenal dengan cowok itu. Hanya Regan yang berani keluar masuk ke apartemennya dengan bebas.

“Kenapa lo diem aja?” tanya Regan, karena Rizza sama sekali tidak menyentuh rokok yang ia berikan. “Lagi puasa ngerokok, lo?”

Rizza hanya tersenyum tipis. Cowok itu lantas bangun dari tidurnya dan mengambil posisi duduk untuk mulai mencicipi sebatang rokok yang telah ia bakar ujungnya.

“Gan, lo kenapa nggak pernah mau nyicipin rokok?”

Regan yang kebetulan sedang ganti baju, langsung menoleh ketika sahabatnya ini berkata padanya.

MIRRORWhere stories live. Discover now