Chapter 19 : Kebenaran Kisah Amiko

397 26 0
                                    

.
.
.
.
.


Kairi menumbangkan satu Grangler penjaga pemimpin mereka, sedang satu penjaga juga sudah ditumbangkan oleh Tsukasa.

Beberapa Grangler sudah di tumbang para Lupinranger dan Patranger. Kairi dan Tsukasa kini berhadapan dengan pemimpin Grangler ini.

"Aku ingin lihat apakah kalian sanggup mengalahkanku, hahaha!" serunya sombong. Kairi dan Tsukasa saling memandang memberi isyarat sebelum menyerang.

Mereka berdua bertarung dengan Grangler, tapi sepertinya Grangler itu sangat kuat sehingga sulit untuk dikalahkan.

Di sisi lain, Amiko tampak gusar melihat teman-temannya bertarung. Ia melihat penduduk desa yang khawatir melihat pertempuran akan LuPat vs Grangler. Dia ingin menjelaskan hal ini pada penduduk desa, tetapi masih banyak Grangler yang terlihat.

Keiichiro memperingatinya bahwa dia tidak boleh keluar sebelum para Grangler di kalahkan. Karena bisa saja ia terluka karena dia tersembunyi.

Tapi, bagaimana dengan penduduk desa.

"Aku harus apa?"

"Apa aku biarkan saja?"

"Tapi mereka memerlukanku sekarang!"

Amiko masih bergulat dengan pikirannya. Lalu tiba-tiba, ia teringat dengan kenangan masa lalunya.

Saat itu, Amiko kecil sedang asyik bermain tanah. Lalu, datang sekumpulan anak-anak yang melemparinya dan mengejeknya dengan sebutan "Anak pembawa sial!" mereka tertawa sembari menunjuknya.

Amiko melihat kebanyakan dari pemuda pemudi yang ketakutan. Kebanyakan dari penduduk itu adalah anak-anak yang suka mengejeknya dan sering melempari batu padanya. Ia menatap dingin mereka.

Pada saat, Amiko berumur 15 tahun. Ia tidak sengaja menabrak beberapa pejalan kaki, menyebabkan beberapa orang mendorongnya hingga terjatuh.

"Untuk apa aku menolong mereka? Bukankah mereka jahat padaku," ucap Amiko penuh dendam.

"Tapi..." Amiko teringat ucapan neneknya dulu saat masih hidup.

"Hiks..hiks..." Amiko kecil sedang menangis karena perbuatan warta desa dulu. Lukanya sedang di balut sang nenek.

"Sakit....hiks.." Amiko tidak memberhentikan tangisnya membuat sang nenek mengelus pucuk kepalanya dengan lembut.

"Sabar ya nak," gadis itu membuka matanya.

"Kenapa nek...hikss...kenapa warga desa jahat padaku?" tanya Amiko sembari menahan tangis.

Sang nenek memandang sendu cucu satu-satunya.

"Amiko tabah ya, warga desa itu tidak tahu apa-apa. Oleh karena itu mereka menyalahkan Amiko,"

"Kenapa harus Amiko nek! Kenapa gak anak yang lain harus di salahkan!" sang nenek menggeleng pelan. "Amiko tidak boleh jadi gadis jahat begitu,"

"Amiko kan anak baik," Amiko mengangguk, gadis kecil itu perlahan-lahan menghapus air matanya dan tersenyum. Ia memeluk neneknya dengan sayang.

Amiko membuka mata dan melihat teman-temannya sedang bertarung. Atensinya beralih pada warga desa yang menatap takut petarungan itu. Amiko sudah membuat keputusan, bahwa dia harus melindungi warga desa sekalipun warga desa itu jahat padanya dulu.

Ia berjalan mengendap-endap di balik semak. Ia memantau akankah ada Grangler yang akan menyerangnya jika ia berlari ke tempat warga desa. Begitu melihat jalannya berlari mulus, Amiko segera berlari sekuat tenaga menuju warga desa.

LupinRanger VS PatRanger : The Future Of The Next TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang