Prolog

219 16 0
                                    

Hitam.

Warna hitam menjadi warna favorit banyak orang di dunia. Banyak yang beranggapan warna hitam adalah warna yang elegan, tampil berkelas dan memberi kesan cerdas dan formalitas. Warna tersebut juga membuat wanita terlihat lebih ramping dan seksi.

Warna hitam sangat terkenal di dunia mode/fashion, begitu banyak sehingga jika sebuah pakaian atau warna baru menjadi tren, akan disebut dengan istilah 'The New Black'.

Andreas Felix kebetulan menyukai warna hitam. Sebagian besar barang-barang pribadinya berwarna hitam. Dipikirannya warna hitam mampu meningkatkan ketampanan dan kewibawaannya sebagai seorang lelaki.

Tapi hari ini Andreas akan melakukan apa saja untuk menghindar dari warna itu. Ia bahkan merasa lebih baik menggunakan setelan berwarna oranye dengan bintik-bintik pink dan putih daripada menggunakan setelan berwarna hitam yang tergeletak di ranjangnya. 

Andreas menghela napas. Betapa dia berharap hari ini hanyalah hari biasa dimana dia mengenakan setelan hitam untuk pergi kerja dan bukan karena acara hari ini. Andreas telah mencoba, dia telah berusaha sangat keras untuk berpikir hari ini hanyalah hari normal, namun dari tahu dia hanya membohongi dirinya sendiri. Kenyataannya sangat jauh dari itu.

Pagi itu salju turun dengan lebat. Sambil memperhatikan titik-titik salju yang turun di luar jendela mobilnya, Andreas mengingat betapa istrinya menyukai musim dingin. Dia berkata di musim itulah bunga favoritnya mekar. Dia akan menghabiskan berjam-jam melihat ke luar jendela; dia bilang menyaksikan turunnya salju akan selalu mengisi hatinya dengan kemanisan yang jernih.

Andreas turun dari mobilnya dan melangkah di atas salju, meninggalkan jejak kaki di belakangnya ketika dia berjalan menuju gereja. Udara dingin yang menyambutnya terasa menyegarkan. Akan tetapi, itu tetap tidak bisa meringankan suasana hatinya yang sangat terasa berat. 

Ada banyak mobil yang diparkir di pinggir jalan, banyak orang yang berpakaian hitam dan banyak orang yang dia kenali. 

"Aku bisa melakukannya. Aku harus." Andreas berkata kepada dirinya sendiri sebelum memasuki gereja yang dipenuhi banyak orang.

Dia merasa takut saat dia melangkah lebih jauh ke dalam; jantungnya berdebar-debar dalam dadanya dan tangannya berkeringat. Apakah dia siap untuk melihat apa yang ada di depan? 

Sambil berjalan ke depan, dia melihat banyak orang dengan air mata yang berlinang, menggunakan tisu untuk menyeka hidung dan mata mereka. 

Andreas berhenti berjalan ketika dia melihat mertuanya. Ibu mertuanya sedang terisak-isak sementara suaminya memeluknya sambil mencoba terlihat kuat, namun mata merahnya menunjukkan betapa putus asanya dia. 

Dia mengalihkan matanya ke arah yang berlawanan dan merasa kasihan melihat Zayden, kakak iparnya. Zayden terlihat seakan-akan ia telah kehilangan seluruh tujuan hidupnya. Dia tidak menangis namun matanya terlihat bengkak dan merah, dan dia hanya berdiri diam menatap benda yang sangat Andreas takuti. 

Mengambil nafas gemetar, Andreas mendengar suara ketukan sepatunya di atas lantai saat dia melangkah perlahan ke depan. 'Tinggal 2 langkah lagi.' pikirnya sambil mendekati peti mati tersebut. 

"Pria tidak menangis." Dia menguatkan dirinya sebelum melangkah lagi. Andreas kemudian mengambil 2 langkah pelan dan sebelum dia dapat melihatnya, matanya secara otomatis tertutup. 

Dia tidak bisa. Andreas takut dia akan menangis begitu dia melihatnya dan dia memiliki reputasi yang harus dijaga. 

Sambil mengambil napas dalam dengan gemetar, ia perlahan membuka matanya. Ketika dia melakukannya, ia lalu merasa seperti semua udara telah keluar dari paru-parunya, dunianya berhenti dan detak jantungnya membeku. 

'Dia sangatlah cantik.' merupakan kalimat pertama yang muncul di benaknya saat Andreas melihat wajah cantik bagaikan malaikat milik istrinya yang sedang tidur. 

Dia tampak sangat tenang, tidak ada tanda-tanda ketegangan, ketakutan atau kekhawatiran di wajah mulusnya. Siapapun pasti bodoh jika mengira dia hanya sedang tidur, karena kenyataannya dia sudah mati. Grace Titania sudah mati dan hari ini adalah pemakamannya.

Andreas mengeluarkan bunga cyclamen yang dia bawa dan meletakkannya dengan bunga lain. Dia kemudian mengulurkan tangannya dan membelai sisi wajah Grace. Wajahnya terasa sejuk saat disentuh tapi masih halus dan lembut seperti yang dia ingat.

"Maaf, Grace." Andreas berbisik, sambil menatapnya untuk terakhir kalinya. 

Ia tidak ingat bagaimana dia pulang, dia hanya mengetahui bahwa ia merasa sangat sedih dan menyesal. 

Alasan mereka bertengkar tidaklah rumit, namun hari itu dia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri dan melampiaskan semua amarahnya kepadanya. Grace merasa sangat kesal kemudian pergi untuk tidur di apartemen pribadinya. 

Andreas tidak pernah merasa begitu ketakutan dan mati rasa seumur hidupnya ketika dia menerima berita kecelakaannya. Sekarang dia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri sepenuhnya atas kematian Grace. 

Dia tidak pernah memperhatikan kapan dia jatuh cinta pada Grace. Dia hanya tahu bahwa dia telah menyadarinya terlalu telat.

Pernikahan mereka memang bukan berdasarkan cinta. Andreas memutuskan untuk menikahinya karena paksaan oleh keluarganya dan juga karena Grace adalah tipe wanita yang dia sukai. Mereka menikah hanya 1 bulan setelah kencan buta mereka. 

Andreas mengangkat gelasnya dan menghabiskan minuman beralkohol tersebut dalam satu tegukan. Merasa cukup mabuk setelah meminum cukup banyak anggur, dia lalu terhuyung menuju kamarnya. Di perjalanannya, dia tak sengaja menabrak sebuah rak dinding, menyebabkan sebuah buku tebal untuk terjatuh. 

Suara keras jatuhnya buku itu tiba-tiba menyadarkannya. Andreas lalu membungkuk dan memungutnya. Melihat sampulnya, sepertinya ini adalah sebuah diari. Buku putih itu terlihat sangat familiar. Setelah beberapa menit berusaha mengingat, ia pun menyadari bahwa ini adalah buku jurnal yang selalu dibawa oleh Grace kemana pun dia pergi.

Merasa penasaran, Andreas menemukan tempat yang nyaman untuk diduduki dan membuka halaman pertama. 

Cyclamen [Completed]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt