Kamu Jingga

5 2 0
                                    

Malam yang begitu dingin sedingin suasana yang saat ini Elya rasakan. Berjalan bersama seseorang namun tanpa kata-kata. Meskipun diiringi suara-suara motor dan mobil yang melaju kencang di sebelah mereka, tapi seolah semua itu hanya ilusi yang tak tampak nyata.

Elya pasrah jika nanti ia pulang akan kena marah oleh ibunya. Atau ia akan di benci oleh Reiga karena seharian tadi ia harus mengganggu Reiga. 

Sedari tadi Reiga diam saja. Sejak turun dari kereta, naik bus, sampai mereka berjalan lagi pun ga ada satu kata yang ia katakan.

'Duk'

Elya tiba-tiba tersandung .

"au"Elya berusaha berdiri.

Reiga menoleh kebelakang. Ia hanya menggelengkan kepala dan langsung menggendong Elya.

"aku bisa jalan sendiri. turunin aku"paksa Elya.

"aku uda capek. kalo kamu berdiri aja susah apalagi mau jalan cepet"

"makanya turunin aku"teriak Elya sambil menjambak rambut Reiga.

"au"Reiga meringis kesakitan.

Reiga menghentikan langahnya. Ia terdiam membeku seolah melihat sesuatu. 

"di bilangin aku bisa jalan sendiri" Elya melompat turun.

"Elya !!!"beberapa orang terkejut dan meneriakan namanya.

"aaau"Elya kembali terjatuh. 

Dengan cekatan Reiga langsung menarik tas yang berada di punggung Elya. Secara langsung menarik tubuh Elya dan membuatnya kembali berdiri. Setelah itu ia memapah Elya tanpa peduli tatapan aneh dari orang-orang yang berada di depan mereka.

.......

 [beberapa jam sebelumnya]

"apa kamu yakin, mau ketemu Elya ?"tanya Diara setelah turun dari taksi.

"ga juga sih" Miska menyahut seadanya.

"jangan ada ribut-ribut lagi ya. awas nanti". ancam Difa.

"aku bakal lakuin apa aja buat Theyo. siapa tau nanti Elya bisa ku maafkan kalo dia punya versi cerita yang lain, atau..."

"hei ..!! jangan main-main ya".Difa mulai mengejar Miska.

Mereka terus berlari menuju rumah Elya. Dari wajah Miska memeng tak menggambarkan seolah-olah dia benar-benar ingin meminta maaf. Justru ia seolah ingin menantang kedua sahabatnya, jika saja Elya benar-benar suka sama Theyo maka, Miska siap untuk menarik bendera peperangan.

Ketika sampai di depan rumah Elya mereka hanya terpatung. Mengamati halaman dan jalanan yang terlihat sangat sepi. 

Suasana gelap mulai menyelimuti area sekitar. Hanya suara keramaian dari kejauhan yang mereka dengar. Ya, kebetulan rumah Elya memang berada di gang yang terhubung langsung dengan jalan raya.

"kamu yakin ? ini rumah Elya ?"Diara sedikit ragu dengan alamat yang di beri Difa.

"iya ko. ".Difa mencoba meyakinkan.

"Miska..kamu ngapain sih ?"Diara menoleh kearah Miska yang sedang melipat tangan di dada sambil mengerucut kan mulutnya.

"kan aku uda bilang. kalo saja Elya punya sedikit saja perasaan buat Theyo, aku siap buat musuhan selamanya".tegas Miska.

"Miska.."Difa memanggilnya dengan nada mengingatkan.

"ga ga. bercanda ko"Miska tertawa."aku kan uda janji sama Theyo. apapun yang terjadi..."

"Elya..."Diara dan Difa hampir bersamaan.

 .......

Jam 20.07. Itulah angka yang terlihat ketika Riana menyalakan layar ponselnya. Setelah memberikan beberapa lembar uang, Riana keluar dari taksi dan mengucapkan terimakasih. Tepat di depan pagar rumahnya ia berhenti. 

DeepWhere stories live. Discover now