Chapter 8 : Kehadiran Sang 'Ayah'

189 22 7
                                    

Hai, bertemu lagi dengan saya, Pair-san, bisa kalian panggil apa aja selama itu sopan.

Yang udah mau vote dan comment, terima kasih...
Terima kasih sekali...

Disclaimer : Semua karakter di cerita ini adalah milik Square Enix, saya hanya meminjam. #sayacintadamai

Dan ... selamat membaca : ) 
(1239 words)

.

.

.

       Di malam yang menjelang subuh, di sebuah bangunan terbengkalai―di dalam ruangan luas yang sunyi nan hampa. Disana, telah berkumpul beberapa orang. Cloud―mengenali mereka semua―menatapi tiap pasang netra yang memandang segan ke arahnya. Iris biru si jabrik berakhir ke arah dua tawanan Corneo.

       Perlahan, cengkeramannya di leher si penjahat melemah dan ia pun mendengus pelan. Corneo dibiarkan jatuh, terkulai lemas di lantai yang dingin sembari menggeliat lemah memegangi leher. Siapapun tahu, pria gemuk itu tengah berusaha mengumpulkan kembali nyawanya yang sempat terenggut dari tubuh.

       Seorang pria berkulit gelap dan bertubuh besar memerintah kedua bawahan kepercayaannya untuk segera mengamankan Corneo. Kemudian, ia mendekati Cloud dan si surai sebahu, Reeve Tuesti. "Yo, Cloud. Kau terlalu berlebihan, tahu," ujarnya sedikit jengkel.

       "Barret benar, Cloud," timpal Reeve, "Telat setengah menit, mungkin kita ke sini hanya untuk membawa jasadnya."

       Mengabaikan pernyataan kedua orang tersebut, Cloud mulai mendekati kedua korban. Denzel, si bocah bersurai cokelat itulah tujuan si jabrik.  "Kau baik-baik saja?" Suara yang tadinya terdengar dingin nan datar, kini berubah menjadi nada yang penuh kecemasan.

       Si bocah mengangguk pelan. Denzel nampak lebih tenang sekarang. Sebab, sosok yang paling ia cari-cari selama ini hadir tepat di depan mata. Sosok yang meninggalkannya dalam waktu yang cukup lama. Ia terdiam, tidak percaya. Lalu, lengan mungilnya melingkari leher Cloud secara tiba-tiba. Membuat pemuda itu terduduk seketika akibat beban yang menimpanya.

       "Denzel―" Ucapan Cloud terhenti kala dirinya merasakan sesuatu yang hangat juga basah di bahu. Ia tahu benar jika Denzel sedang meluapkan kerinduan yang dipendam. Belaian demi belaian ia berikan pada rambut si bocah yang terisak dalam diam. Kalau sudah begini, ia merasa amat bersalah telah meninggalkannya beberapa bulan.

       "Er ... kau tidak apa-apa?" tanya Tifa setelah ikatan tali tambang yang kasar pada kedua tangan dan kakinya dilepas oleh Barret. Ia khawatir.

       Setiap pasang mata di ruangan itu menatapnya bingung. Tak memahami maksud sang gadis.

       "Apa maksudmu?" tanya Barret sekaligus mengawasi kedua bawahannya yang bersusah payah menegakkan tubuh gempal Corneo. Sementara Cloud sekedar melirik raut gamam gadis tersebut.

       "Tadi..., tadi aku melihatnya tertembak. Tepat di bahu kirinya." Tifa menengok, melihat bahu si jabrik. "Apa kau tidak apa-apa?" tanyanya sekali lagi.

       Cloud lantas menjadi pusat perhatian di tengah-tengah keheningan. Sunyi sesaat hingga suara deham keluar dari mulut Reeve. "Barret, rawat saja luka gadis itu lalu antar dia pulang," ia membisik sepelan mungkin.

       Belum sempat Barret menanggapi, Cloud bangkit sambil menggendong Denzel yang masih sesenggukan. "Aku tidak terluka, pelurunya meleset," jelasnya tenang. "Terima kasih telah mengkhawatirkanku."

Love Story in 7th Heaven Kingdom (Cloud x Tifa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang