Bab 14

99 12 0
                                    

Malam ini aku dan adik-adikku makan malam dengan suasana yang berbeda. Ada Bu Inah dan Kak Anka yang ikutan makan malam hari ini dan beberapa hari ke depan. Aku jadi tak enak dengan Bu Inah. Aku ingin membantunya menyiapkan makanan namun beliau menolak karena aku masih kurang enak badan. Serta, ada pelayan juga yang membantu.

"Ini, kamu makannya pakai sop sayur saja, ya, Nak. Biar hangat perut kamu." Bu Inah meletakkan semangkuk sop sayur di hadapanku. Ada wortel, kentang, brokoli, dan bunga kol.

"Makasih, Bu. Clara kangen banget dengan sop sayur buatan Bu Inah." Pujiku.

"Iya, ayo dimakan. Kellan sama Kevin makan juga ya sop nya."

"Tanpa disuruh pun kami langsung habiskan, Bu. Kalau perut ini masih ada ruang, satu dandang kami makan. Habisnya sudah lama sekali tidak menyipi masakan buatan ibu." Sahut Kelvin.

"N-nah... I-Iya. Kel-Kellan...Ju-"

"Udahlah! Makan aja!" potong Kelvin langsung. Adikku itu langsung mencebikkan mulutnya.

Aku menikmati sop sayurku dengan hikmat. Tanpa memakai nasi. Perutku rasanya tidak enak sekali kalau memakan nasi. Sop buatan Bu Inah terasa segar sekali dari tenggorakanku sampai turun ke perut. Perutku juga jadi lebih enakkan. Tidak terasa kembung lagi.

"Gimana? Enak?" tanya Bu Inah yang duduk di sebrang ku.

"Enak sekali, Bu." Cengirku.

"Alhamdulillah. Sebelum tidur nanti mau ibu pijit badannya? Biar anginnya hilang?"

"Ehhh... gak perlu ibu. Gak apa-apa, kok. Ini juga sudah mulai enak, kok. Terima kasih, Bu" ucapku cepat.

Tentu saja aku tolak. Tidak mungkin'kan aku meminta Bu Inah memijat badanku?

Itu sungguh tidak sopan menurutku!

Bagaimana bisa aku meminta calon mer-

Astagfirullah.... Apa yang kamu pikirkan, Ra?

Apa-apaan otakmu ini?!

"Kak Anka. Bantuin kami kerjain PR dong setelah makan ini?" Aku menoleh melihat Kelvin yang duduk tepat disebelah kananku, Kak Anka berada di sebrang Kelvin.

"Boleh. PR apa itu?"

"Fi-fisika."

"Ooo... Fisika. Aman itu. Gampang!" ucap Kak Anka percaya diri.

"Wihhhh mantap jiwa! Nah kan gini enak! Kalau punya calon kakak ipar yang pintar, kami kan senang juga!"

Aku melotot menatap adikku yang satu ini. Mulutnya! Langsung saja aku menyikut badannya dengan siku-ku.

"Hushh!" Tegurku. Kebiasaan, deh! Ngomong suka sembarangan.

"Astagfirullah... apaan, sih? Baper kali! Maksud aku bukan kakak, kali. Emangnya kakak aku Kak Clara, doang?" gerutunya sambil mengusap badannya.

"Ntah! Kak Ceci juga pasti mau kali sama Kak Anka. Ya, kan Kak Anka?"

Aku langsung terpana melihat adikku, Kellan yang bicaranya lurus itu.

"Wahhh... kamu kalau mengejek bicaramu lurus, ya!" ketusku dengan wajah dingin.

"Hiyyy, kakak kok jadi sensi, sih? Macam kakaknya upin ipin!" ujar Kelvin.

Upin ipin itu siapa lagi?

Mana kenal aku dengan teman mereka!

"Haduhh kalian ini kok malah berantam?" Bu Inah menengahi sambil tertawa pelan. Sementara Kak Anka, ia menatapku saat tak sengaja aku melirik ke arahnya.

❄❄❄

Hari sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Namun, rasa kantuk belum juga datang. Padahal tadi aku sudah meminum obatku yang memiliki efek kantuk. Biasanya, tak berapa lama aku akan langsung tertidur. Namun, sepertinya kali ini tidak manjur. Pikiranku bermain entah kemana-mana. Memikirkan segala hal yang mengusik batin dan pikiranku.

Salah satunya ialah... Kak Anka. Yang entah kenapa semenjak lamarannya itu, selalu mengusik pikiranku.

Hatiku juga terasa nyaman saat di dekatnya.

Tapi, bukan kah itu rasa nyaman antara seorang adik dan kakak-nya?

Semenjak kecil, toh aku juga nyaman di dekat Kak Anka.

Aku menatap ponselku saat kudapati suara notifikasi masuk. Dua chat terbaru dari Ceci dan juga Peter. Aku langsung membuka chat dari Peter terlebih dahulu.

Peter: Sayang, aku dengar dari ayah kamu, kamu sakit? Ya Allah. Maaf, sayang. Aku gak bisa jenguk dan temani kami dirumah. Aku sedang di luar kota, sayang. Ada kerjaan. Kamu minum obat dan makan yang banyak, ya. Biar cepat sembuh. Setelah pekerjaanku selesai aku akan menemuimu.

Aku menghela nafasku pelan.

Clara: Iya, makasih, sayang. Aku sudah baikkan, kok. Kamu hati-hati, ya. Jangan lupa istirahat, jangan terlalu sibuk bekerja.

Aku keluar dari ruang chatku dengan Peter. Lalu beralih pada chat dari saudari kembarku itu.

Mataku membulat seketika saat membaca chatnya. Rasa aneh tiba-tiba keluar begitu saja.

Ceci: Clara.... Sumpah demi apa? Aku barusan di telpon sama adik-adik. Beneran ayah sama bunda mau jodohkan aku dengan Kak Anka? Kamu juga udah tau, ya? Kaget aku!

=====

Tbc.
Nah loh. Kok Ceci dijodohin dengan Anka sih? Bukannya Ceci itu sama ......

Jangan lupa vote dan comment

ConfusedDonde viven las historias. Descúbrelo ahora