[41] Kejutan di akhir

3.5K 257 65
                                    

Support Me dengan memberikan vote dan komentar❣️

Maaf jika banyak typo betebaran.

Selamat Membaca❣️

🌻🌻🌻

Esok hari nya setelah pertengkarannya dengan Ezhar, Sifa memutuskan untuk berangkat sekolah di antar oleh Mas Tito. Sifa masih tak mau melihat Ezhar, bukan apa-apa dirinya hanya kecewa mendengar fakta bahwa Ezhar sama sekali tak mendukung dirinya saat Sifa mengatakan ingin mencari Papa kandungnya.

Sifa mengerti, Ezhar mengetahui masalah cewek itu. Namun yang membedakan adalah Ezhar hanya melihat dan mendengar sedangkan Sifa merasakannya, wajar jika keduanya berpikir dari sudut pandang yang berbeda tentang masalah yang dialami Sifabella. Cewek itu juga akan belajar untuk mengerti Ezhar, hanya saja untuk saat ini Sifa masih harus memahami suasana hatinya yang sedang buruk. Selepas itu dia akan bicara baik-baik dengan Ezhar, dia tak menyalahkan Ezhar atas perkataan tadi malam yang menurutnya cukup kasar.

"Sif dicari Ezhar tuh." Ucap Bambang yang baru saja masuk ke kelas dan langsung menghampiri Sifa.

Sifa menoleh. "Ezhar? Dia dimana?"

"Disini." Ezhar menyembulkan kepalanya dari balik pintu.

Sifa terkekeh melihat Ezhar dengan ekpresi konyol, namun detik berikutnya Sifa berdehem dan memasang wajah datar.

Ezhar duduk di bangku samping Sifa. "Udah sarapan?"

"Hmm."

"Hmm apaan? Jawabannya udah atau belum? Aku gak terima hm hm an." Ujar Ezhar, dia tahu Sifa masih marah padanya.

Alih-alih menjawab pertanyaan Ezhar, Sifa malah menatap cowok itu secara terang-terangan sehingga Ezhar pun ikut menatap Sifa. Mereka malah lomba tatap-tatapan sekarang.

"Udah." Ujar Sifa.

"Kebiasaan kalau urusan makan sering boong." Ujar Ezhar, setelah nya berdecak kesal.

"Kalau udah tau aku belum sarapan, ngapain nanya lagi sih."

"Basa basi aja sebelum aku ajak kamu ke kantin." Ujar Ezhar.

"Gak usah, aku gak laper."

Ezhar menghela napas. "Jangan nunda makan Sif, kamu tuh ya udah dibilangin harus banyak makan. Makan supaya kuat, sehat juga. Ngeyel banget sih." Omel Ezhar.

"Kamu gak ngerti aku Zhar, aku gak bisa makan kalau lagi banyak pikiran." Ucap Sifa sambil beralih menatap lembar buku di tangannya.

Ezhar menghela napas berat. "Aku salah lagi? Aku emang selalu mau nya di mengerti tanpa mau mengerti orang lain." Ungkap Ezhar, lagi-lagi Ezhar berusaha mengalah dalam bersikap. Setelah tadi malam tak bisa menjaga omongan, kali ini dia akan menahannya dan mengalah. "Aku seperti itu bukan berarti aku gak sayang sama kamu Sif, justru karena sayang banget jadi aku gak mau kamu terus-terusan sakit hati kalau inget-inget Papa kamu terus."

"Tapi kamu juga gak tau kan, aku akan lebih sakit hati lagi kalau seumur hidup aku gak tau siapa Papa ku. Kamu gak tau apapun, cuma aku yang rasain."

"Sif." Ezhar memegang tangan Sifa, namun Sifa menepisnya.

"Kalau kamu nyamperin aku cuma mau buat aku marah, mending kamu gak usah kesini." Ucap Sifa penuh penekanan.

Ezhar mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru, Sifa berbicara terlalu keras sehingga banyak mengundang pasang mata yang melihat ke arahnya. Ezhar memutuskan untuk mengajak Sifa keluar dari kelas, membawanya ke tempat paling sepi yang jarang di lewati semua siswa. Sifa tak melawan sama sekali, karena sudah banyak pasang mata yang melihat Ezhar dan Sifa sehingga cewek itu hanya bisa diam karena tak ingin semua orang membicarakan pertengkaran keduanya.

DESPERATE (COMPLETED) ✔Where stories live. Discover now