(7) Backstreet

667 462 355
                                    

Happy reading 💞
Voment juga buat yamoon!

•••

"Aku terlihat seperti penceramah yang berdakwah, tetapi aslinya aku salah satu orang yang payah dan tak tahu arah. Lucu, bukan?"

- Fabricia Yemima

••••

"Mau pergi ke mana kamu malam-malam?"

Tumit Leta berputar mencari sumber suara bariton yang sangat dikenali. Perlahan ia menarik sudut bibirnya demi menghilangkan ketegangan. "Ayah, aku ingin ke rumah Rici sebentar," alibi Leta.

Hari ini ia memiliki jadwal bersama Dipta. Tempo hari mereka sudah menghabiskan banyak waktu dengan buku pelajaran dan soal try out. Maka demikian, mereka hendak menghabiskan waktu bersama.

Namun, keluar rumah malam hari seperti ini tentu tidak mudah untuk Leta. Kehidupannya yang serba mempunyai larangan dan tuntutan membuat Leta harus melakukan kebohongan setiap kali. Sama halnya seperti sekarang, Leta menyembunyikan hubungannya dengan Dipta.

Meskipun Dipta sempat tidak setuju dengan keputusan Leta, tetapi semua itu terselesaikan dengan cepat. Leta berusaha menjelaskan bagaimana watak ayahnya, bagaimana mengerikan hidupnya, dan bagaimana tuntutan mereka kepada Leta.

Beruntung saja Dipta bisa memahami semua itu.

"Dia memintamu datang di waktu malam seperti ini?" tanya Tio.

"Iya, Rici meneleponku kalau dia tidak berhasil menyelesaikan tugas bahasa Inggris."

"Gadis itu memang tidak bisa memahami bahasa Inggris dengan cepat," gerutu Tio yang tahu seperti apa kebiasaan Rici.

Selama ini Rici dikenal baik oleh Tio layaknya keponakan sendiri. Leta juga selalu menceritakan tentang Rici kepadanya. Mulai dari dunia gelap rici sampai titik di mana Rici berhasil bangkit kembali. "Segera kamu ajarkan dia. Kasihan kalau dia tidak mengerti pelajarannya saat di sekolah nanti," sambung Tio.

Senyuman Leta mengembang. Memakai nama Rici termasuk yang paling manjur dijadikan alasan. Segitu beruntungnya hidup Leta, selalu dikelilingi orang-orang baik. Tidak Dipta, tidak Rici, mereka sama-sama memahami Leta.

"Makasih ayah, Leta berangkat sekarang."

"Tunggu, ayah melupakan sesuatu."

Salah satu alis Leta naik sebelah seraya berucap, "Ada hal apa lagi, ayah?"

"Ayah belum bertanya soal nilai ujian mu kemarin. Bagaimana hasilnya?"

Sekujur tubuh Leta menegang kala mendengar pertanyaan keramat yang sedari kemarin ia hindari. Ayahnya tetap mengingat perihal nilai ujian, padahal dia disibukkan dengan pekerjaan. "Masih sempat kah aku membenturkan kepala karena ingin pingsan seperti harapan konyol Kim Seokjin?" batin Leta.

Tio menunggu jawaban Leta. "Ayah ingin nilai kamu tidak ada yang turun. Selama masih ada kesempatan untuk menjadi sempurna, sebaiknya lakukan itu," lontar Tio. Kali ini zaman sudah jauh  berbeda. Kita sebagai manusia yang menempati bumi sudah semestinya melakukan semua hal dengan sempurna. Begitulah yang Tio terapkan kepada dirinya di masa lalu.

"Nilai ujian itu belum dibagikan. Kalau sudah dibagikan pasti aku beritahu ayah," balas Leta yang membuat kebohongan baru. Sebaiknya hari ini ia sembunyikan dulu sampai nanti Leta bersiap mendapatkan makian.

"Baiklah, ayah menunggunya. Sekarang pergilah sebelum kamu kemalaman di jalan."

Leta melangkah keluar rumah. Tidak sabar menghirup udara kebebasan. Situasi seperti tadi benar-benar hampir membunuh Leta.

She's a Fangirl || Proses PenerbitanUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum