3. Selamat Datang

476 107 31
                                    

Jaemin memejamkan mata ketika perlahan cahaya terang menyilaukan penglihatannya.

Dia sejak awal hanya melihat dinding putih yang Tintin bilang adalah lift, jadi begitu cahaya terang memasuki indra penglihatannya, Jaemin sedikit kaget hingga menutup mata.

"Hei, buka matamu. Kita sudah sampai." Suara Tintin terdengar, membuat Jaemin mau tak mau menuruti kata-kata peri kecil itu.

Pemandangan pertama yang menyambut Jaemin adalah padang rumput luas tanpa ujung. Jaemin tidak tahu di mana dia berada sekarang, dia pikir dirinya sedang dipermainkan oleh Tintin.

"Heh klakson mobil, kamu membohongiku ya?" tanya Jaemin, tangannya menunjuk padang rumput hijau yang seperti tidak memiliki ujung. "Di sini tidak ada apapun. Lihatlah, apa ini yang kamu bilang dunia paralel hah? Tak asik!" Jaemin menggurutu, kesal karena merasa ditipu peri kecil.

Bodohnya lagi, dia malah percaya semua kata-kata peri itu.

"Aku tidak berbohong. Kita sudah sampai di dunia paralel, hanya tinggal mencari gerbang saja." Tintin mengepakkan sayap, terbang lebih dulu meninggalkan Jaemin di belakang.

Jaemin memanyunkan bibir. Kesal ditinggal Tintin. "Hei, terbangnya pelan-pelan dong, kamu enak bisa terbang, lah aku masa harus lari." Jaemin menggerutu seraya berusaha mengejar Tintin di depan sana.

"Aku sudah pelan Jaemin, bahkan kecepatan terbangku tidak bisa menyeimbangi langkahmu yang besar." Tintin memutar bola mata malas. Memiliki Tuan seperti Jaemin memang menyebalkan.

"Pelan apanya, kamu cepat itu!" Jaemin mengomel, berusaha melangkah lebih cepat.

Tintin berhenti terbang, tangannya bertolak pinggang. "Ya gimana kamu nggak ketinggalan, jalannya aja kayak siput! Semangat dikit dong, sebentar lagi kita sampai gerbang."

Jaemin menghentak kesal. Dia malas berjalan terus, apalagi di tengah lapangan hijau penuh rumput begini.

"Lihatlah! Kita sudah sampai gerbang." Tintin berseru, menunjuk sebuah gerbang besar tak jauh dari mereka.

Pandangan Jaemin tertuju pada gerbang besar di depannya. Tintin sudah terbang lebih dulu ke sana, sayap kecil peri itu meninggalkan berkas cahaya di udara setiap kali dikepakkan.

Dari belakang, Jaemin mendatangi Tintin yang tengah melakukan sesuatu di gerbang besar. Bersamaan dengan Tintin melakukan sesuatu di gerbang, cahaya putih menjalari seluruh gerbang, lantas gerbang mulai terbuka, menampakkan pemandangan yang sama seperti sebelumnya. Rumput hijau tanpa ujung.

"Cepat masuk!" Tintin berseru. "Atau kamu akan hilang selamanya dari seluruh dunia paralel."

Ancaman yang terkesan nyata itu membuat Jaemin berlari memasuki gerbang. Setelah berada di area dalam gerbang, Jaemin merasa rahangnya jatuh.

"Yak! Apa-apaan! Kamu membohongiku?" Raut wajah Jaemin berubah kesal ketika melihat lapangan rumput hijau lagi.

"Tidak ada yang membohongimu, Na Jaemin. Kamu hanya perlu mengikutiku saja. Apa susahnya sih?"

"Ck. Kamu nyebelin tau nggak! Masa dari tadi nggak sampai-sampai. Ini sebenernya kita mau ke dunia paralel apa mau main bola sih? Dikasihnya rumput luas mulu!" Jaemin berdecak kesal. Dia sudah lelah berjalan dari tadi. Dan Tintin sama sekali tidak memberi tahunya akan berapa lama lagi mereka berjalan.

Tintin, peri kecil itu hanya memutar bola mata malas setelah mendengar kalimat Jaemin.

Tidak adanya jawaban dari Tintin lago-lagi membuat Jaemin kesal. Kakinya menendang rumput di bawah sementara matanya terus bergerak menyusuri sekeliling.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 22, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Tale Of Jaemin Where stories live. Discover now