Tell Me; What is Love (WINRINA)

TMWIL - Pengenalan Tokoh

(Karina Amara Aldeen)

Sulung dari pasangan Darlis Aldeen dan Tamara Janaid. Mahasiswi tingkat akhir Fakultas Ilmu Budaya dengan prodi Sastra Indonesia di Universitas Trisia. Gadis berusia 23 tahun yang sangat kalem, irit senyum dan terkesan cuek. Pencinta kopi dan warna biru yang merupakan penulis best seller, namun ia menyembunyikan identitasnya hingga tidak ada seorang pun yang tahu. Dewi kampus yang tidak pernah sadar jika dirinya dipuja bak primadona. Sama sekali belum pernah merasakan jatuh cinta. Sampai akhirnya seseorang dengan senyuman secerah matahari itu datang dan menyentuh hatinya.

ΠΠΠΠ

(Winter Aurora Dianra)

Sulung dari pasangan Aldian Irawan dan Niar Kinara. Mahasiswi baru di Fakultas Ekonomi dengan prodi Manajemen Bisnis di Universitas Trisia. Si cantik berusia 18 tahun yang digilai oleh rekan satu angkatan. Supel dan selalu bisa membawa diri di mana pun berada, namun akan segera kehilangan kata-kata begitu berhadapan dengan Karina. Gadis dengan senyuman hangat dan sentuhan hangat, yang tanpa sadar mampu masuk ke hati gadis dingin bermarga Aldeen itu.

ΠΠΠΠΠΠ

(Giselle Nattara Janaid)

Sahabat sekaligus sepupu Karina. Gadis 23 tahun yang selalu ada untuk Karina kapan pun dibutuhkan. Mahasiswi tingkat akhir Fakultas Ekonomi dengan prodi Akuntansi di Universitas Trisia. Rusuh dan pecicilan. Berbanding terbalik dengan sepupunya yang irit bicara. Gadis baik hati yang sangat menyayangi sepupunya dan selalu berusaha menjaganya. Sebab ia tahu sepupunya yang tampak dingin di luar itu nyatanya rapuh di dalam. Sering gonta-ganti pasangan namun ketika ia sudah mendapatkan seseorang yang tepat, Giselle akan menjadi sosok gadis setia yang tulus mencintai pasangannya.

ΠΠΠΠΠΠΠ

(Ningdia Khanayya)

Sahabat terbaik Winter sejak SD. Berada di kampus, fakultas dan prodi yang sama. Gadis 18 tahun yang supel dan sangat ramah pada semua orang. Tempat terbaik Winter menumpahkan keluh kesahnya. Selalu ada kapan pun Winter membutuhkan. Sempat memiliki cara pandang yang sempit terhadap hubungan kau-tahu-apa. Tetapi itu tidak berlangsung lama, ketika perasaan yang sama juga tumbuh di dalam hatinya.

.

.

.

Sejak mengenal arti kehilangan, aku sudah memasang tembok yang sangat tinggi, agar seorang pun tak bisa masuk dan menembus hatiku lagi. Agar aku tak kembali terluka. Dari dulu, aku sudah tahu, ada yang salah dari caraku merasa. Sesuatu yang awalnya tak kuketahui, di mana letak kesalahannya. Sampai kemudian, kamu ada, dan membuat mataku terbuka lebar. Kau membuatku mengenali rasa yang dianggap tabu. Kau membuatku mengingini rasa yang menjadi candu. Walau seiring dengan berlalunya waktu, tetap hanya kamu yang harus menyaksikan sendiri, hatiku yang harus kutikam berulang kali, hanya demi membunuh rindu yang terlarang ini. (Karina Amara Aldeen)

. . .

Aku bahkan tidak tahu, hatiku akan bertindak sekurang ajar ini. Bagaimana mungkin perasaanku berubah sedemikan pesat? Bagaimana mungkin aku bisa jatuh cinta padamu dengan cepat? Aku tahu ini salah, namun sudah terlalu terlambat bagiku untuk mencegah. Aku jatuh cinta padamu, berulang kali. Tak peduli, meski kau terus mencoba membentangkan jarak di antara kita. Tak peduli, meski berulang kali kau beranjak pergi dan tidak meninggalkan apa apa, kecuali rasa sakit yang tak akan bisa kutemukan penawarnya, selain dapat memelukmu, dan memiliki hatimu. (Winter Aurora Dianra)