8

598 97 1
                                    

Ia akan pergi ke tempat itu.

Selangkah lagi ia akan sampai, namun tertahan karena sesuatu.

Ini tidak mungkin.

Jeno, di sana.

"Mengapa kau berhenti?"

Sangat terkejut, bagaimana bisa Jeno tahu tempat ini.

"Mendekatlah."

Genggaman ini, debaran ini, sangat membingungkan untuk dirinya.

"Tempat ini, sepertinya tidak asing untukku. Kau pasti tahu."

"Aku-

"Jangan berbohong, kau pun kemari."

Mereka saling berhadapan, dengan genggaman yang masih ada.

"Katakan yang sebenarnya, apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

Ia menunduk, ketakutannya menjadi kenyataan.

"Jika aku katakan iya, apa yang akan kau lakukan? Kau pasti tidak percaya."

"Aku percaya padamu."

Tidak Jeno.

"Aku ingin kau membantuku, mengingatnya."

Mencoba melepaskan genggaman itu, namun sekuat tenaga ia tidak bisa melepaskannya.

Jeno terlalu kuat.

"Sudahlah, jangan memaksakan hal yang tidak bisa kau coba."

"Maka dari itu, aku mau kau membantu."

"Aku-

"Mengapa kau terus menghindar dariku? Kau tahu kan itu menyakitiku."

"Jeno-

"Aku ingin melakukannya, karena ada kau."

Genggaman ini, menjadi tautan bagi mereka.

"Kau bilang memori akan selalu tersimpan kan?

Karena itulah aku mencoba mengingat siapa kau. Jangan kau tutupi lagi, dan jangan menghidar dariku."

Setetes air mata turun, hingga tetesan lain juga melakukannya.

Ia tidak bisa menutupinya.

Karena pintu yang sudah terkunci, terbuka lebar hanya karena sosok Lee Jeno.

"Mengapa kau menangis? Hentikan, kau menyakitiku jika seperti ini."

Usapan lembut, menyapa kulit wajahnya. Seraya hembusan napas ia rasakan, menutup mata untuk menikmati.

"Jaemin, tunjukkan sebuah jalan dimana memori kita pernah menyatu."

Kecupan lembut di wajahnya, hingga sebuah lengan memeluk pinggangnya.

Rasanya aneh, dan menggelitik.

"Na Jaemin, aku mencintaimu."

- Din

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

- Din

𝙈𝙚𝙢𝙤𝙧𝙞𝙚𝙨 | 𝙽𝙾𝙼𝙸𝙽Where stories live. Discover now