Anthrea

73 10 0
                                    

created by Picrew

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

created by Picrew

Rintik-rintik air turun membasahi tanah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rintik-rintik air turun membasahi tanah. Deras. Aku baru saja duduk merasakan hawa panas sesaat sebelum bumi dihunjam keras dengan jutaan air yang tajam. Betapa besarnya tiap titik yang turun, kulihat seusai melangkah mendekat pada dinding pembatas bagian depan rumah yang tak sampai setengah badan.

Tanganku bergerak hampir menembus air yang terus turun, mencoba merasakan hawa berbeda yang kali ini dibawanya. Rupanya benar. Cuaca seperti ini membawa kesan tersendiri bagi yang menikmatinya. Banyak yang bilang untuk mengenang. Ada juga rindu. Aku mencoba untuk mencari kejelasan emosi ini, tetapi ....

Rasa ini terlalu abstrak.

“Anthea!” Ayah memanggil dari dalam rumah. Ia baru saja selesai dari dinas luar kota, berlibur sebentar di rumah berwarna mirip semen ini–bukan rumah kami. Cuma ada aku dan ayah.

Aku tidak menoleh, tetapi suara langkah yang begitu kuat membuatku mengalihkan pandangan. Ayah sudah di depan pintu.

“Thea,” panggil ayah lagi. “Masuk, Nak.”

Ayah mungkin takut aku terkena flu–jarang sekali. Namun, aku menolak.

“Thea mau di luar, Ayah,” jawabku. “Cuacanya dingin.”

“Karena itu, masuklah.” Ayah melambaikan tangan menyuruhku ke dalam. Aku tertegun sebentar ke arahnya sebelum kembali memandangi jatuhnya cairan awan yang meresap ke kerak bumi.

Beberapa menit berlalu dan ayah masih berdiri di ambang pintu. Mungkin sensasi beku yang kurasakan sekarang sudah cukup. Aku berpaling padanya lagi. Ayah masih menunggu.

Tak seperti biasa pula aku mengenakan pakaian tipis tanpa lengan begini. Ya, sudahlah. Lagipun lama sekali aku tidak berjumpa dengan Ayah. Aku pun mendekati dirinya, kemudian ia membagi selimut yang ia bawa untuk menutupi badanku.

Lalu, ayah menutup pintu.

DWC2020: Scarving for Sacrifice in 30 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang