Marah?

22 1 0
                                    

"Tumbenan ngajak aku ke apartnya Tania?" Tanya Bara yang berdiri di samping Karin.

Usia Bara lebih tua dua tahun dari Karin, Bara sudah berkuliah di Universitas ternama di Kota Malang. Bara pria yang sangat baik, humoris dan cukup pintar. Kisah cintanya dengan Karin dapat berlanjut sampai sekarang karena mereka seperti pohon yang selalu membutuhkan air agar tetep bisa berdiri kokoh. Dan Karin sangat bersyukur memiliki seorang kekasih seperti sosok Bara. Dan Bara juga sama dengan Karin.

Mereka kini baru saja memasuki lift. Karin dari tadi terus memainkan jari telunjuknya menandakan ia sedang khawatir. Tidak lupa dengan bibir bawahnya yang ia gigit.

"Hey, jangan gini ih, cat kuku mu hilang lo lama-lama, lipstik mu juga ntar ilang loh!!" Ucap Bara berusaha membuat Karin membuka suara.

Karin mendongak menatap Bara, Tingginya yang hanya se dagu Bara membuatnya selalu mendongak jika menatap Bara. "Aku khawatir banget sama Tania, makanya aku ngajak kamu kesini!!"

"Tania sakit?" Tanya Bara

"Di sekolah maag nya kambuh, udah pucey tadi. Mana kayanya Tania berantem sama Arga!!" Ujar Karin.

Ting

Pintu lift terbuka, Karin segera keluar. Ia meninggalkan Bara yang masih di belakang. Bara hanya bisa tersenyum melihat sikap Karin yang memang ke ibuan sekali.

Tok tok tok

Karin terus mengetuk pintu Tania, sampai sudah kelima kalinya. Biasanya Tania hanya sampai tiga kali pasti di buka. Karin memanggil Tania yang masih belum ada jawaban.

"Tidur mungkin Tania!!" Ujar Bara.

"Gamungkin, dia meskipun sakit gabakal tidur molor, manabisa dia. Dia kan sok kuat aja, tapi ya emang kuat sih. Haduhhh!!" Karin semakin khawatir saja.

"Coba kamu telfon dulu!!" Saran Bara. Karin pun langsung mengeluarkan ponselnya dari dalam tas kecilnya.

Tania tidak menjawab panggilan Tania. Bahkan Karin sudah menelpon berkali-kali namun tetap saja tidak ada balasan.

"Kamu tunggu sini bentar, aku ke bawah lagi, cari bantuan. Okey!!" Ujar Bara dan Karin mengangguk.

"Nih bawa dulu buburnya!!" Bara memberikan kantong plastik putih yang berisikan bubur ayam kesukaan Tania yang tadi sempat Karin minta belikan sebentar saat di jalan.

"Cepetan bey!!" Ucap Karin. Dan Bara mengacungkan jempolnya lalu berlari.

Karin masih terus mencoba menghubungi Tania, sesekali ia menempelkan telinganya pada pintu berharap mendengar suara dari dalam, namun nihil.

"Duh kemana sih ni anak, udah setengah delapan masa masih molor, biasanya masih liat film jam segini. Diiihhh suka becanda ni anak ih!!" Karin sangat geram karena belum ada jawaban sama sekali dari Tania.

Lalu Bara sudah datang dengan pria berbaju hitam putih dengan atribut selayaknya seorang satpam. Dan ternyata Keysa dan Adam juga ada di belakang.

"Gimana Rin??" Tanya Keysa ikut khawatir karena tadi bertemu dengan Bara di bawah sedang mencari bantuan untuk membuka pintu.

"Permisi mbak, biar saya coba buka pakai kunci cadangan!!" Ujar satpam itu dan Karin bergeser memberikan ruang untuknya.

Ceklek duk

Satpam itu berhenti mendorong pintu karena merasakan ada yang mengganjal di dalam. Karin sudah dengan gegabah masuk meski hanya terbuka sedikit. Tubuhnya yang rampung mampu melewati celah itu.

"Tolongin gueee!!" Teriak Karin dari dalam. Dengan cekatan satpam masuk dan di ikuti yang lainnya.

Keysa terkejut melihat kondisi Tania yang sudah lemas di karpet tepat di belakang pintu. Wajahnya sudah pucat pasi. Keysa langsung berjongkok lau melepas sabuk dan dasi Tania memberikan kelonggaran di tubuh Tania.

ArganiaWhere stories live. Discover now