Cast and Prolog

101 13 6
                                    

Cast

Bukanya aku mau menghindar, tapi nanti ada waktunya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bukanya aku mau menghindar, tapi nanti ada waktunya

Chandra Rigelino Tama

Aku mungkin bisa menunggumu seribu tahun lamanya, tapi apa kamu bisa memastikan bahwa penantianku tidak akan sia-sia?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku mungkin bisa menunggumu seribu tahun lamanya, tapi apa kamu bisa memastikan bahwa penantianku tidak akan sia-sia?

Lindya Ningrum

-
-
-
-
-
-

P R O L O G

Diam seperti tak berpawang, bergerak menyebar undangan.

Dengan senyum yang terus mengembang, Ratih berjalan menghampiri ketiga sahabatnya.

"Ini buat kalian!" gadis berambut sebahu itu meletakkan kertas berukuran 21 X 29,7 cm berinisial M dan R pada sampulnya di atas meja.

"M and R?" Gumam Putri membaca kertas tersebut, "Lo,-" dengan suara tercekat dia menatap ke arah Ratih. Dan Ratih tersenyum sebagai jawaban.

"Anjirrr!! Temen gue nikah! Ratih nikah woy Ratih nikah, Na!" Heboh Putri mengguncangkan bahu Nana yang sedang duduk disampingnya.

"Anjing, sakit bego!" Kesal Nana menjauhkan tubuhnya dari Putri.

"Duduk, Rat." Aku mempersilahkan Ratih untuk duduk di sampingku.

Dengan menyunging senyum tipis, Ratih menarik kursi di sebelahku lalu meletakkan bokongnya di sana.

"Gue kira kemarin lu cuma bercanda pas bilang mau nikah, nggak taunya beneran." Kataku sambil tersenyum bahagia, "selamat ya!" Lanjutku memberi selamat.

"Hehe, ya gimana. Orang tuanya Mark udah ngebet pingin punya cucu. Maklumlah, Ndy anak pertama. Btw thanks!"

Aku tersenyum memberi respon, "ya gitulah kalo nikahnya sama anak pertama, makanya gue nggak mau cari anak pertama. Takut disuruh cepet-cepet nikah."

"Halah, bilang aja lu maunya nikah sama si Chandra." Sahut Nana mengejek.

"Emang hubungan lu sama si Chandra masih berlanjut?" Ratih bertanya.

"Eh," aku menggaruk tengkuk leherku.

"Batu dia, Rat. Udah gue bilangin buat ninggalin cowok modelan kaya begitu masih aja bertahan." Kesal Nana karena aku tidak pernah mau mendengarkan nasehatnya.

"Ya mau gimana, namanya juga cinta." Kataku tersenyum bodoh.

"Cinta sih cinta tapi jangan jadi bodoh juga kali." Sarkas Putri sembari menyeruput jus jambu miliknya.

"Nah, betul tuh kata si Putri. Gedek banget sumpah gue sama sahabat lu ni Rat. Susah banget dibilanginnya."

"Ngomong-ngomong kapan acara pernikahan nya, Rat?" Kataku mengalihkan topik pembicaraan. Terus terang aku tidak nyaman dengan pembahasan ini. Urusan percintaanku biarlah menjadi urusanku pribadi.

"Sebulan lagi, Ndy. Tapi sengaja gue bagiin undangan ini ke kalian sekarang, biar kalian bisa nyiapin gaun yang bakalan kalian pake buat jadi bridesmaids gue nanti."

"Emang rencananya lu bakalan pake gaun warna apa?" tanya Putri.

"Untuk akadnya sih warna putih biar kelihatan sakral gitu. Tapi kalau untuk acara pestanya, gue mau pake warna mauve."

"Yaudah, samain aja kaya gaun lu warnanya." Usul Nana yang diangguki olehku dan Putri.

"Okeh deh kalo gitu. Nanti gue siapin kainnya, untuk modelnya terserah kalian."

"Ngokey." Kataku mengacungkan jempol.

"Gue kayanya harus balik sekarang deh, pak suami udah berkali-kali nelepon" Putri menunjukkan riwayat panggilan suaminya.

"Gue juga balik duluan. Arka mau ngajak gue dinner." Ujar Nana mengikuti Putri berdiri.

"Iya iya yang udah pada punya gandengan. Kancane yo dipikir to mbak e!" Kataku dengan raut wajah sedih yang dibuat-buat.

"Makanya cari gandengan biar bisa uwu-uwuan juga." Putri memberi saran.

"Tentunya yang deket jangan ldr." Tambah Nana, "dan yang paling penting bukan kang php." Lanjutnya

"Canda php." Putri menyahut sembari tertawa mengejek bersama Nana.

"Dahlah balik sono!" Aku mengusir mereka.

"Wkwk iya iya. Gue tinggal dulu ya Rat. Ketemu lagi mingdep diacara lamarannya Neva."

"Oke, Put hati hati ya!"

"Gue juga pamit, Rat. Kapan-kapan main ke rumah."

"Siap, salam buat paksu!"

"Yoi sista."

Setelah kepergian Putri dan Nana, kini hanya tinggal aku dan Ratna yang tersisa.

"Emang sampe detik ini Chandra belum ngasih keputusan, Ndy?"

Aku menatap Ratih, sembari menggeleng. "Belum, mungkin dia masih butuh waktu." Ujarku sembari tersenyum mencoba menguatkan diriku sendiri.

"Perjanjiannya sampai hari ulang tahun lu kan? Berarti enam bulan lagi?"

"Iya, Rat."

"Ya udah ditunggu aja, Ndy. Semoga segera dapat kabar baik."

"Aamiin." Jawabku mengamini perkataan Ratih.

"Tapi nanti kalo misal lebih dari enam bulan, Chandra juga belum bisa ngasih keputusan, gue saranin lu cari yang lain aja!" Ratih memberi saran lalu tangannya menggenggam tanganku, "inget Ndy, usia lu sekarang udah dua puluh empat, orang tua lu pasti juga udah pingin lihat lu nikah. Jadi jangan nunggu sesuatu yang nggak pasti!" Tutupnya.

Aku tersenyum getir sembari menganggukkan kepalaku. Dalam hati aku berdoa, semoga penantianku kali ini tidak akan sia-sia...

Tbc...

Your CallWhere stories live. Discover now