8. Malam yang panas

5.5K 315 40
                                    

Ayesha menyiapkan makanan untuk Keenan. Walau ia dan Keenan masih anteng dengan sikap dinginnya, Ayesha tetap menyiapkan. Dan tanpa dia duga, Keenan memakan masakannya. Dari dulu dia tau Keenan. Dia selalu menghargai apapun yang diberikan padanya.

Apa benar kalau karir tertinggi seorang wanita hanya jadi ibu rumah tangga? Ayesha menghembuskan nafasnya. Secara tidak langsung, Keenan ingin dia berhenti bekerja. Dan fokus mengurus suami dan anak.

"Ay, aku pergi dulu ke rumah temen. Kamu disini sendiri gak apa-apa, kan?" tanya Keenan memastikan. Ayesha mengangguk. Lebih baik ia sendiri dulu untuk merenung.

"Salim dulu!" titah Keenan menyodorkan punggung tangannya. Ayesha mencium punggung tangan suaminya.

"Mau dibawain apa?" tanya Keenan lagi.

"Gak usah, mas. Sudah kenyang."

"Hati-hati di rumah, Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam."

Ayesha kembali ke kamarnya. Ia harus segera tidur agar badannya fit. Besok ada penerbangan padat ke LN. Bunyi notifikasi yang bukan nada dering hp nya, berbunyi. Ayesha mengerutkan alisnya. Hp suaminya tertinggal. Dengan ragu, Ayesha membuka hp suaminya. Dua panggilan tak terjawab dari Lisa. Namanya juga perempuan, rasa curiga itu selalu mendarah daging. Ayesha membuka chat pribadi Keenan dengan Lisa. Lisa sering curhat pada Keenan walau tak pernah Keenan jawab. Dan ini, Lisa mengatakan menunggu Keenan di rumahnya. Apa Keenan selingkuh?

Satu pesan masuk, buru-buru Ayesha membukanya.

Lisa:
Keen, kamu gak nyasar kan?
Udah ditungguin ibuku sama yang lain.

Ayesha meremas hp Keenan. Suaminya beneran selingkuh. Ayesha membaca alamat yang diberikan Lisa. Bergegas ia memesan ojek online untuk mengantarkannya ke sana.

Keenan telah sampai di rumah Lisa. Hari ini Lisa dan Zaky tidak jadi ngedate. Karena kakak Lisa ada acara hajatan tiga bulan kehamilannya. Lisa mengundang Keenan dan Zaky. Karena acaranya khusus keluarga dan sederhana, Keenan ia minta untuk memimpin doa. Keenan tak keberatan sama sekali. Toh Lisa juga sering membantunya. Sudah Keenan bilang bukan, kalau Keenan tidak bisa mengatakan 'Tidak. Ia akan membantu siapapun yang membutuhkan. Setelah selesai acara, mereka makan bersama. Walau tadi sudah makan, Keenan tetap lahap memakan makanan yang disuguhkan. Nasi kuning, telur bumbu bali dan ayam betutu.

"Lihat temanmu, nak! Udah ganteng, sholih, bisa menghargai orang lain juga." bisik Ibu Lisa. Lisa mengangguk sambil tersenyum. Penilaian ibunya dan dia sama. Keenan sesempurna itu.

"Kamu suka ya sama dia?" selidik ibu Lisa yang langsung membuat gadis itu tersenyum.

"Bukan cuma aku, bu. Tapi mahasiswi kampus, anak-anak koas, Dokter Residen sampai dokter senior semua suka sama Keenan. Dia itu terkenal karena kepintarannya, ganteng, dan ramah. Pokoknya yang baik-baik deh, bu. Bahkan kata Zaki para mahasiswi berebut cari perhatian Keenan. Apalagi kemarin di rumah sakit, Keenan jadi rebutan dokter senior untuk dijadikan mantu. " jelas Lisa sambil terkikik geli. Tempat Lisa dan ibunya yang tepat di depan pintu, membuat pembicaraannya didengar oleh Ayesha yang sudah datang. Saking asyiknya semua orang. Mereka tak menyadari ada orang asing yang berdiri di depan pintu.

Dada Ayesha bergemuruh hebat. Suaminya dipuji-puji oleh wanita lain. Siapa yang tidak cemburu?

"Permisi!" sapa Ayesha sedikit keras. Keenan mengerutkan alisnya bingung melihat istrinya. Tidak ada raut terkejut atau apapun. Ayesha mendelikkan matanya, kala tak ada satu orang pun yang bertanya siapa dirinya. Semua hanya memandangnya tanpa berkedip.

"Maaf, saya kesini mau menjemput suami saya." ucap Ayesha yang makin membuat semua orang bingung.

"Siapa suami kamu?" tanya Lisa pada akhirnya. Ayesha menatap Keenan tajam. Mengisyaratkan pada Keenan agar memperkenalkan dirinya. Tapi Keenan pura-pura tidak peka. Membuat Ayesha seakan mati kutu.

"Mas Keenan," cicit Ayesha. Lisa dan ibunya lantas berdiri. Tidak percaya apa yang dikatakan perempuan asing itu.

"Apa maksud kamu?" tanya ibu Lisa dengan tajam.

"Saya mau menjemput Mas Keenan, anak kami di rumah nangis pengen ketemu ayahnya." jelas Ayesha. Keenan tersenyum dalam diam. Anak? Bahkan Ayesha belum hamil.

"Keenan sudah menikah?" tanya orang-orang yang shock mendengar kenyataan pahit itu. Mereka terlanjur berharap Keenan dan Lisa jadian.

"Iya, dan saya istrinya. Ini bukti kami sudah menikah." ucap Ayesha menunjukkan cincin pernikahannya yang sama dengan Keenan pada semua orang. Lisa, Ibunya dan yang lain turut melihat bergantian cincin Ayesha dan cincin Keenan. Cincin yang sama.

Karena tak tega melihat istrinya diintrogasi, Keenan bangkit berdiri.

"Maaf ibu, dia memang istri saya. Namanya Ayesha." ucap Keenan memperkenalkan Ayesha pada semua orang.

"Maaf juga kami harus pulang. Anak kami menunggu di rumah," pamit Keenan terkekeh. Ayesha mencubit lengan suaminya. Ibu Lisa mengangguk. Mempersilahkan Keenan dan Ayesha pergi. Sedangkan Lisa masih shock di tempatnya. Harapan yang dia lambungkan tinggi-tinggi kini harus ia jatuhkan lagi.

"Kamu kok gak bilang kalau Keenan sudah menikah?" cecar ibu Lisa. Lisa menggeleng tanda tak tau.

"Keenan dan Ayesha baru menikah semingguan yang lalu. Mereka belum punya anak. Mungkin tadi Ayesha cemburu makanya bilang sudah punya anak." jelas Zaky. Mereka manggut-manggut.

"Kamu ada-ada aja sih, Lis. Masak ngundang pengantin baru malam-malam. Ya jelas dicariin istrinya." serobot kakak Lisa. Lisa tak menanggapi, ia masih mencerna kejadian yang mengejutkan itu.

Sesampainya di rumah, Ayesha tidak berhenti ngomel pada Keenan. Ayesha berdiri sambil berkacak pinggang. Sedangkan Keenan duduk anteng di sofa. Wajah cemburu istrinya sangat menggemaskan.

"Kamu kenapa bisa ada di sana? Kenapa juga rumah perempuan itu ramai? Kamu mau ngadain ijab qobul sama perempuan itu? Mau duain aku? Jangan ngeles. Di Sana banyak makanan yang disuguhkan. Apalagi kalau bukan mau ijab qobul?" cecar Ayesha dengan nafas ngos-ngosan.

"Kenapa gak tanya baik-baik? Itu acara tiga bulanan hamilnya kakak Lisa." jawab Keenan. Ayesha memalingkan wajahnya. Malu, tentu saja.

"Maksudnya apa tadi? Terang terangan wanita itu memuji kamu, Mas. Dia bilang kamu sempurna-"

"Kalau wanita lain aja bilang aku sempurna, apalagi istri sendiri. Pasti bilangnya lebih sempurna." sindir Keenan yang membuat Ayesha tertohok.

"Kamu hanya boleh sempurna di hadapanku!" jawab Ayesha menatap tajam suaminya. Walau dalam hati, Ayesha pun sadar. Ia tidak terlalu menghargai Keenan. Ia kurang bersyukur memiliki Keenan yang sangat sempurna bagi wanita manapun.

Mata Ayesha tiba-tiba berkaca-kaca. Ia memeluk tubuh Keenan dengan erat. Menangis terisak di sana. "Hikss maafin aku, Mas!" isak Ayesha pilu. Keenan membalas pelukan Ayesha tak kalah erat.

"Aku mencintaimu, mas. Maaf aku belum bisa jadi istri yang baik. Aku sering tak menghargai kamu padahal kamu jadi incaran perempuan lain. Maaf mas... Hikss jangan lelah sama aku, mas." oceh Ayesha.

"Mas, katakan sesuatu. Jangan diam saja!" desak Ayesha saat tak mendengar Keenan bersuara.

"Aku harus gimana?" tanya Keenan pelan. Ia mengusap punggung istrinya.

"Jangan lelah sama aku, ya. Aku janji akan lebih perhatian sama kamu. Kamu jangan minta perhatian pada perempuan lain!" mohon Ayesha. Keenan tertawa. Ia bukan pria yang haus akan belaian.

"Aku juga janji akan berhenti bekerja. Beri aku waktu, mas." Keenan tersenyum, akhirnya istrinya akan berhenti bekerja.

"Ingatkan bila aku salah, mas. Aku janji gak akan marah. Hikss..."

"Lupakan itu! Mari kita buat anak seperti yang kamu katakan tadi di rumah Lisa."

"Tapi, aku harus tidur Mas. Besok ada penerb-"

"Gak ada alasan. Menolak suami hukumnya dosa."

"Tap-" Keenan membungkam bibir istrinya yang cerewet. Menggendong istrinya menuju kamar mereka. Tak membiarkan istrinya protes. Keenan langsung menjalankan aksinya. Kalau semua permasalahan bisa diselesaikan di kasur, Keenan akan dengan senang hati menyelesaikannya.



Udah baikan si doi 🤧🤸‍♀️

Beloved Doctor (Completed)Where stories live. Discover now