Prolog

23 1 0
                                    

;Putus;

"Kan kamu! gak, maksud gue lo!. yang minta kita putus. Ya udah kita putus!" Nada menaikkan satu oktaf suaranya lebih keras.

"Nad bukan gitu, gue gak maksud bilang putus. Gue cuma emosi aja, lagian yang lo bilang ke gue tadi nyakiti hati gue" Dirga megang bahu Nada dan membuatnya menatap Dirga.

"Gak seharusnya, lo maksa kehendak gue Nad. Gue tau lo pacar gue, dan gue gak bakal ngelakuin hal yang bakal ngelukain hati lo"

"Jadi, jangan gini ya." Ucap Dirga sembari menatap lekat pada gadis yang kini rambutnya acak adul

"Gak Ga!. Gue mau, kita PUTUS!" Bentak Nada, sambil melepaskan pegangan tangan Dirga dan menekan kata PUTUS.

"Oke kalo itu mau lo." Ucap Dirga pasrah.

"Thanks buat dua tahun ini Nad. Thanks udah ngisi hari-hari gue di SMP ini. Gue harap, kita bakal ketemu lagi ya di SMA kelak." Dirga mengelus pucuk kepala Nada pelan, mungkin untuk terakhir kali.

"Gue pamit dulu, salam buat om sama tante" Pamit Dirga dari tempatnya berdiri tadi, di depan rumah Nada.

Nada hanya menyeka air mata yang jatuh diantara pipi kanan dan pipi kirinya. Toh, tidak ada gunanya menangisi yang telah pergi.

{}{}{}

Nada memasuki kamarnya, tanpa basa basi dia langsung menelpon seseorang, tak lain tak bukan adalah Adara Febriana Sesa sahabatnya.

"Hallo. Nad?" Tanya yang ditelfon tadi

"Hiks,," isak tangis Nada tak terbendung lagi

"Lo kenapa? Nad crita!" Tanya Ara penasaran pada sikap sahabatnya ini.

"Pasti, kalo lo nangis gini ada hubungannya sama Dirga. Iyakan?" Tanya Ara spontan yang sudah tebiasa menjadi tempat curhat Nada.

"Iy--ya" jawab Nada gemetar.

"Kenapa??!" Tanya Ara spontan lagi.

"Lo jelasin ke gue gimana dan masalah apa nyampe lo nangis kek gini Nad?!!"

"Gue"

"Iyya, elo. Lo kenapa?!!"

"Dirga"

"PUT-TUS !!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Why Must Broken?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang