BAB 16

6.5K 318 50
                                    

Alicia duduk di kursi penumpang belakang menatap jalanan melalui jendela kaca mobil. Sebenarnya Alicia tidak benar-benar sedang melihat keluar, Alicia hanya ingin mengalihkan penglihatannya dari sosok Aaric yang kini tengah duduk dengan tenang disampingnya terlihat sedang mengotak-atik layar ponselnya.

Alicia hanya bisa menghela nafasnya dan pasrah saat ia menyadari bahwa ini semua adalah awal dari penderitaan yang akan ia terima selama Alicia menjadi tahanan oleh Aaric.

Aaric melirik ke arah Alicia dan tersenyum puas setelah melihat Alicia kini tidak bisa berkutik lagi. Alicia benar-benar sudah berada digenggamannya. Alicia bahkan sudah tidak bisa berkata tidak lagi padanya. Apapun yang Aaric inginkan, apapun yang Aaric ucapkan, itu adalah wajib untuk Alicia menuruti dan melakukannya tanpa bisa menolak.

Bahkan sangking senangnya, Aaric bahkan belum rela jika harus berpisah dengan mainan barunya ini. Karena itu Aaric memilih menggunakan supir untuk mengantar Alicia pulang, agar Aaric bisa lebih leluasa mengamati gerak-gerik Alicia tanpa adanya gangguan.

Mobil Aaric berhenti di depan rumah Alicia. Alicia terlihat lega dan bergegas mengarahkan tangannya untuk membuka pintu mobil disampingnya.

"Tunggu!" Cegah Aaric saat Alicia hampir membuka pintu mobilnya. Kemudian Aaric menutup pembatas antara kursi depan dan kursi belakang. Lalu kembali menatap kearah Alicia.

Alicia menoleh dengan dada berdebar dan raut cemas mulai tampak diwajahnya.

Aaric menyerahkan sebuah kartu kepada Alicia.
"Ambil ini!"

Alicia mengambilnya dengan enggan. Karena kartu itu ternyata adalah akses keluar masuk apartemen milik Aaric.

"Aku bisa saja menyuruhmu untuk datang menemuiku di apartemen setiap saat, jadi kau memerlukannya untuk bisa masuk kesana." Jelas Aaric yang sebenarnya tidak perlu karena Alicia sudah tau untuk apa kartu itu diberikan padanya.

Alicia hanya mengangguk sebagai jawaban. Aaric tidak puas dengan jawaban dan ekpresi wajah Alicia yang datar. Kemudian Aaric mencengkeram kedua pipi Alicia dengan menggunakan tangan kanannya. Gerakan itu tentu saja membuat Alicia kaget dan ketakutan.

"Jangan memasang wajah seperti itu lagi di depanku mengerti? Dan, bersikaplah seperti layaknya seorang kekasih kepadaku mulai sekarang!"
"Jangan buat aku marah Alicia!" Kemudian Aaric melepas pipi Alicia dengan kasar.
"Sekarang cium aku, seperti layaknya seorang kekasih yang sedang jatuh cinta dan enggan untuk berpisah!"

Alicia menatap Aaric dengan mata melebar dan mulut sedikit terbuka. Bagaimana mungkin ia harus mencium Aaric dan bersikap seperti layaknya orang yang sedang jatuh cinta jika hanya berada didekatnya saja Alicia merasa sangat tertekan dan ketakutan. Kini cemas benar-benar sedang melingkupi Alicia. Bagaimana ia bisa tau caranya berciuman yang dimaksud oleh Aaric jik ia saja belum pernah berpacaran. Satu-satunya ciumannya adalah saat Aaric memaksa menciumnya waktu itu. Tapi Alicia ragu itu bisa disebut ciuman atau bukan. Dalam benak Alicia saat ini hanyalah memikirkan bagaimana caranya untuk membuat ekspresi wajahnya terlihat seperti orang yang sedang kasmaran. Alicia benar-benar takut jika ia gagal, Aaric akan marah padanya dan akan menyakiti Alicia lebih dari sebelum-sebelumnya.

Alicia menunduk, menggigit bibir bawahnya lalu berkata lirih.
"Aku tidak tau caranya berciuman."

Aaric tertawa mendengarnya.
"Apa?" Ucapnya tidak percaya.
"Jangan bercanda Alicia!"

"Aku....tidak pernah berpacaran." Jawab Alicia masih dengan posisi menunduk, tapi kini jemari tangannya mulai meremas mantel yang ada dipangkuannya karena gugup.

Aaric menaikkan alisnya karena terkejut, tak lama senyum merekah dibibirnya.
"Aku akan memperlihatkan caranya sekali Alicia. Tiru dan pelajarilah!"
"Untuk yang berikutnya, aku sudah harus mendapatkan ciuman yang panas darimu!"
"Jika kau gagal memuaskan aku, hukuman akan menantimu! Kau mengerti?" Ucap Aaric dengan tenang tetapi sarat akan ancaman.

Aaric Revenge ( Tamat Versi Wp )Where stories live. Discover now