12. Saranghae

213 20 7
                                    

Sepulang dari kantor Nara dan Yona tidak melihat Sayang di rumah. Sepertinya Sayang belum kembali dari jalan-jalannya setelah terapi dari rumah sakit jiwa. Keselamatan Sayang sebenarnya menjadi prioritas Nara. Belum lagi identitas Sayang belum ditemukan dan sekarang juga sedang maraknya sindikat perdagangan manusia oleh oknum tak bertangung jawab.

Sejak tadi Sayang ditelpon tidak masuk, setiap paanggilan selalu di jawab oleh operator kartu seluler. GPS-nya juga tidak aktiv. Nara benar-benar mencemaskan Pria itu. ia merasa tidak konsentrasi melakukan apa-apa termasuk pekerjaan kantornya. Berulang kali ia mengecek ponselnya tapi keberadaan Sayang belum diketahui.

"Sayang kamu di mana?" kata Nara sambil meremas-remas tangannya sendiri.

"Tenang dulu Kak, sebaiknya kita cari saja. Mungkin dia hanya menikmati sore," tukas Yona.

"Tidak Yona, ini sudah mulai gelap, aku takut sesuatu terjadi padanya," kata Nara masih meremas tanganya.

"Dia laki-laki Kak, pasti dia bisa menjaga dirinya sendiri," jawab Yona menenangkan.

"Yona, dia amnesia, aku akan mencoba mencarinya, kau tunggu di rumah ya. Kalau dia sudah kembali telpon aku secepatnya," kata Nara dengan tergesa-gesa.

"Iya kak," jawab Yona dengan anggukan.

Tak berapa lama Nara mencoba mencari Sayang melewati beberapa jalanan utama kota untuk mencari sang pria idaman itu. Ia menjalankan mobilnya sangat pelan dan melihat kiri kanan bahu Jalan. Akhirnya Nara teringat komidi putar di taman Bukit Gelanggang. Dengan sigap Nara mencari dan kenyataanya pria itu tidak ada di sana.

Nara menghembuskan napasnya secara kasar, lalu ia kembali mengecek ponselnya. Beberapa menit kemudian ia melihat keberadaan Sayang melalui GPS ternyata Sayang berada di pelabuhan, sesegara mungkin ia mengejar Sayang sesuai keberadaanya.

Mata Nara menyapu kiri kanan sambil memperhatikan map di ponselnya ketika sampai pelabuhan. Ia mendapati Sayang berada di bagian ujung pelabuhan. Nara sangat yakin kalau tadi sinyal di lokasi pria itu menghilang mendadak. Nara mempercepat langkahnya dan masuk ke sebuah mini bar. Dan benar pria Korea nan tampan bak superstar K-Pop itu tengah duduk bercakap-cakap dengan pria asing yang juga bermata sipit dan berkulit putih.

"Sayang!" sapa Nara.

Ting...

"Bos! Kau di sini? Menjemputku?" jawab Sayang sumringah.

Nara mengangguk dan memperhatikan pria Korea yang menjadi teman Sayang itu. Nara masih diselimuti perasaan paranoid.

"Oh, kenalkan ini Kak Lee Sung Gyu. Dia orang Korea juga," kata Sayang memperkenalkan Lee Sung Gyu pada Nara.

Pria itu mengulurkan tangannya pada Nara dan disambut oleh Nara. Mereka bersalaman singkat. Nara kembali menarik tangannya.

"Kekasihmu?" tanya Sung Gyu pada Sayang.

"Ya benar, ini gadis yang aku ceritakan," jawab Sayang, namun kali ia ia tidak memasukkan suaranya pada aplikasi penerjemah hingga Nara tidak tahu kalau dia dianggap kekasih oleh Sayang.

"Sayang, ayo kita pulang," ajak Nara.

Setelah berpamitan pada Sung Gyu dan berjanji akan menghubungi Sung Gyu, Nara dan Sayang berjalan menuju parkiran. Nara berjalan sedikit lebih cepat mendahului Sayang yang mengekorinya di belakang. Tak ayal Sayang pun menarik tangan Nara, mau tak mau Nara berhenti dan kini mereka berdua berhadap-hadapan dengan jarak yang sangat dekat.

"Kau menghawatirkan ku Boss?" tanya Sayang dengan pandangan panjang.

"Tentu saja aku menghawatirkanmu, kau belum mengenali identitasmu. Kau tak kenal siapapun di sini, harusnya kau bersabar sampai ingatanmu pulih" jawab Nara.

Sayang masih menatap Nara. Kini tangan kananya berada di bahu Nara sementara tangan kirinya memegang ponsel untuk menerjemahkan kata-katanya. Tatapan pria itu sungguh maut bagi Nara ia tak bisa menghindarinya, pria itu benar-benar mempesona. Lagi-lagi Nara takluk olehnya. Nara terjebak desiran cinta walau sebenarnya ia sendiri belum terlalu kenal dengan pria amnesia ini.

"Aku tak perlu takut apa-apa, aku berada di duniamu. Dunia lain tapi sangat ku suka," kata Pria ganteng itu, ia bahkan masih menatap Nara.

"Sudahlah kau jangan merayuku, aku jatuh ke jurang yang namanya cinta. Dan kau yang menciptakan jurang itu," jawab Nara.

"Aku minta maaf telah membuatmu jatuh," jawab Sayang pelan.

"Aku mengkhawatirkan mu," kata Nara pelan.

"Aku bisa menjaga diriku, tapi aku tidak bisa menjaga diriku dari mencintai! Jelaskan padaku apa itu mencintai?" tanya Sayang dengan wajah penasaran dan masih menatap mata Nara.

"Itu adalah perasaan menyebalkan dan menyusahkan karena kau akan terus-terusan memikirkan orang itu dan khawatir berlebihan pada orang itu. Sebelum terlambat kau harus menjauhi rasa mencintai," jawab Nara.

"Bos, aku rasa kau mencintaiku, sebab kau terlalu memikirkanku dan menghawatirkanku," bisik Sayang pada telingan Nara.

"Kau jangan sok tahu, tadi aku hanya asal menjawab pertanyaanmu saja," jawab Nara.

"Aku juga memikirkanmu Bos, tapi aku tak tahu aku menghawatirkan apa, yang jelas aku selalu ingin bersamamu, dan ingin membuatmu bahagia seperti akhir bahagia dalam sebuah acara drama yang aku tonton," kata Sayang dengan penuh keyakinan.

"Kau jangan mengada-ada," jawab Nara terkekeh.

"Terserah kau saja, kau mau berpikir apa," jawab pria itu sambil mengantongi ponselnya.

Lalu pria itu meletakkan kedua tangannya di pinggang Nara, hal ini membuat Nara kaget seperti tersengat listrik. Nara berpikir kalau pria ini diam-diam menonton film barat dan memperagakan adegan romantisnya. Nara merasa dekatnya jarak antara pria itu dengan dirinya justru membuatnya nyaman, harus ia akui ia telah jatuh dan takhluk, maaf.

Pria itu mendekatkan hidung mancungnya pada hidung Nara. Nara merasa berdebar-debar dan jatuh ke jurang cinta pria ini. Pria Korea tampan ini memejamkan matanya dan mendekatkan bibirnya pada bibir Nara. Karena terlanjur jatuh oleh pesona pria ini Nara pun menerima kecupan pria ganteng itu bahkan membalasnya hingga pria itu merasa ingin melakukannya lagi.

Masih dalam posisi yang sama pria itu mengerang dan mencobanya kembali hingga terbenam dalam panah asmara. setelah Ia melakukan adegan romantis pria itu membuka matanya, matanya terlalu mempesona untuk dijauhi. Pria itu belum melepas tangannya dan masih berada di pinggang Nara.

Kini bibir pria itu mengarah ke telinga Nara dan berbisik, "Saranghae." Sepertinya kata-kata itu memang berasal jauh dari lubuk hatinya.

Tak perlu menggunakan alat penerjemah Nara sudah tau artinya, mungkin sebagian orang di belahan bumi tahu arti "saranghae" yaitu aku mencintaimu.

"Aku juga mencintaimu Sayang," jawab Nara tapi tidak menyertakan alat penerjemah.

Seolah tahu artinya, Sayang pun tersenyum dan memeluk Nara penuh cinta dan Nara membalas pelukan itu. "Semoga kau akan masih seperti ini, jika ingatanmu kembali Sayang," kata Nara dalam hati.

 Jodohku Oppa Korea (Sudah terbit)Where stories live. Discover now