Thirteen

1.2K 145 59
                                    

"Jun?" gue berlari ke arah Renjun.

Yang di panggil pun tetep berjalan tanpa peduliin gue yang berusaha menyamakan langkah kakinya.

"Jun mau tanya."

Dia masih tetap berjalan cepet, "Tanya aja."

"Makannya pelan-pelan dulu jalannya," protes gue.

Dia memberhentikan langkahnya, tanpa basa basi langsung aja gue tanya perihal Kak Yukhei dan Kak Yuqi.

Emang, gue sekepo itu sama hubungan keduanya, bukan ke hubungan merekanya juga sih. Tapi lebih ke Renjun sama Mama Taey tau gak sih soal hubungan mereka.

"Cepet."

"Itu um.... Kak Yukhei beneran udah punya pacar?"

Gue gak bisa mendeteksi reaksinya Renjun, karna ekspresi yang dia tunjukan cuma ekspresi tidak sedang dalam mood yang baik.

"Tau darimana?"

"Tiga hari yang lalu gue liat dia lagi pacaran."

"Inget, fitnah itu berdosa."

Setelah bilang gitu dia langsung pergi meninggalkan gue.

Renjun gak percayaan banget sih, gue yakin banget Kak Yukhei itu pacaran sama Kak Yuqi, mau bilang ke Mama Taey tapi takut.

"Tya."

Seseorang memanggil gue dari belakang dan gue langsung menghadap ke belakang.

"Jeno."

"Kamu dipanggil Ustadzah Irene di ruangannya," Jeno tersenyum.

"Saya permisi ya, assalamualaikum."

Setelah gue menjawab salamnya, Jeno langsung pergi lagi.

Aneh, biasanya gue kalo ketemu sama dia bawaannya seneng atau degdegan kok hari ini gak kek biasanya?

Yaudahlaㅡ APA? GUE DI PANGGIL USTADZAH IRENE? MAU APA? GUE KAN GAK MELANGGAR ATURAN.

YaAllah tolong aku semoga ustadzah gak mau hukum atau marahin aku, karna aku gak buat salah.









Huft- untung aja Ustadzah Irene cuma nyuruh gue buat ikutan kerja bakti, bukan mau ngehukum gue.

Padahal tadi niatnya gue mau ke sawah liat anak-anak main layangan sama petasan, tapi yaudahlah.

"Tya kamu liat Renjun gak?" tanya Mama Taey.

"Tadi sebelum ke sini aku ngobrol sama Renjun ma, tapi gak tau dia ke mana lagi," jawab gue.

"Tadi saya liat Renjun main petasan di sawah umi sama temen-temennya," celetuk seorang cewe yang mungkin mendengar percakapan kita.

"Astagfirullah itu anak udah gede juga," Mama Taey menggeleng-gelengkan kepala.

Gila tu anak main petasan sore-sore.

"Tya boleh minta tolong panggilin Renjun gak?" lanjutnya.

Gue mengangguk sambil berkata, "Siap."

Setelah memngucapkan salam gue langsung lari ke sawah untuk mencari Renjun. Jarak sawah sama pondok gak jauh kok, sekitar 30 meteran mungkin.

Dengan mudah gue menemukan Renjun, gue berlari ke arahnya, "RENJUN!"

Dia dengan tidak sengaja melempar petasan ke kaki gue dan tidak sempat menghindar akhirnya petasan itu meledak di kaki gue, "AKHHH! SAKIT!"

Gue mengusap-usap kaki yang terkena petasan tadi sambil jongkok.

Renjun menghampiri gue, "Kamu gak apa-apa?"

"GAPAPA GAPAPA PALALO MELEDAK, PERIH ANJIR!"

Renjun berdiri di depan gua, ini orang ada niat ngebantuin gue gak sih? Atau cuma nanyain 'Gapapa' doang?

"Lo si ngapain ngelempar petasan ke gue?"

"Kamunya ngagetin sih," jawab Renjun.

Parah banget YaAllah, kalau kaki gue sampe diamputasi gimana ini?

Alhamdulilahnya kaki gua gak sampe berdarah, gua langsung berdiri dan natap Renjun judes, "Lu dipanggil mama tuh, duluan, bye."

Gua jalan duluan, Renjun berusaha menyamakan langkah kita berdua, "Eh, kamu beneran gapapa?"

"Enggak."

"Maafin saya deh, gak sengaja."

"Iya iya bawel."

Gua dan Renjun berhenti melangkah, pandngan kami tertuju pada mereka.

"Tuhkan apa gua bilang."





Tbc.




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pesantren [Renjun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang