Bab 8

2.8K 278 21
                                    

Arlan akhirnya tertidur karena ia sudah tidak dapat menahan kantuknya. Tetapi ia tetap waspada saat tertidur sekalipun. Tetapi entah sejak kapan dirinya merasa ada yang selalu melindungi dirinya. Pagi menjelang, Arlan bangu terlebih dahulu bahkan sebelum Revan kembali. Ia ingin sekali pergi dari sana tetapi ia tidak bisa, jalan satu-satunya adalah saat Revan mengajaknya pergi keluar. Arlan terduduk di jendela, sambil menikmati pemandangan di luar sana. Namun entah itu hanya perasaannya saja atau bukan, ia melihat seseorang berjubah hitam yang tengah memperhatikannya dari kejauhan. Lalu saat ia mendengar ada orang membuka pintu, orang itu menghilang. Arlan memasang wajah datar saat tau siapa yang datang.

"Selamat pagi sayangku, maafkan aku. Aku baru pulang pagi ini, oh iya nanti kita makan siang di luar ya." ujar Revan.

"Baiklah, mandilah aku sudah siapkan air hangat untukmu." ujar Arlan.

"Ya sudah aku mandi dulu, kamu siap-siap ya, selesai mandi kita akan pergi." ujar Revan.

Arlan mengangguk, lalu Revan bergegas mandi. Arlan tersenyum miring dan saat ia melihat kearah jendela ia melihat orang berjubah hitam itu lagi. Orang itu seakan memberi tanda, tetapi Arlan tidak mengerti. Lalu saat Revan selesai mandi, orang itu pun menghilang. Mereka pun sudah selesai dan bersiap-siap akan pergi kesebuah restoran dan makan disana.

Mereka pun pergi, saat sudah sampai di restoran itu mereka pun memesan beberapa makanan, lalu Arlan permisi ke toilet. Lalu Arlan memasang bom kecil, lalu ia bersembunyi. Ia ingin memancing keributan disana. Tidak ada siapapun di dalam toilet, lalu....

Duaaaaaaaarrr

Semua orang berteriak dan berhamburan keluar, termasuk Revan. Namun di celah-celah kerumunan orang Arlan berhasil kabur, lalu ada seseorang yang menariknya dari kerumunan orang dan membekapnya lalu membawanya pergi bersama orang berjubah hitam itu. Revan kehilangan Arlan, ia berusaha menorobos kerumanan orang disana, tetapi polisi melarang Arlan masuk kedalam sana. Ponsel yang di berikan Arlan bahkan tertinggal di meja dan sengaja Arlan tinggalkan.

Saat Arlan berada dalam mobil, Arlan melihat pria berjubah hitam itu. Lalu Arlan berbicara. "Kau... Siapa kau?"

Orang berjubah hitam itu membuka hodienya lalu berbicara. "Halo, sebelumnya kita sudah pernah bertemu. Aku Lee Kim Wok,"

"Kau kan... Tapi kenapa kau menolongku?" ujar Arlan.

"Benar, jam tangan itu. Ada beberapa alasan kenapa aku menolongmu, jadi berterimakasihlah denganku anak manis." ujar Lee.

"Maaf, terimakasih sudah menolongku." ujar Arlan.

"Tidak masalah, kau akan tau nanti kenapa aku menolongmu. Untuk sekarang ini kau akan aman jika tinggal bersamaku di rumahku." ujar Lee.

Arlan terdiam, ia takut dan sedikit ragu, lalu Lee berbicara sambil menyerahkan beberapa berkas. "Tidak perlu takut dan cemas, aku tidak akan mencelakai orang yang aku cintai. Eh, maksudku dirimu. Kedua orang tuamu dulu pernah menolongku, jadi kau tidak perlu khawatir. Sekarang tundukan kepalamu dan bersembunyi, Dia ada disana bersama orang-orang suruhannya. Atau kau berganti pakaian saja,"

Lee memberi sebuah kotak yang berisi pakaian, tetapi saat Arlan membuka kotak itu ia melotot. "Hah? Yang benar saja, kau memberiku pakaian wanita? Apa kau gila?"

"Hanya itu satu-satunya cara agar kau selamat. Kita akan pergi kesalon milik sahabatku, dulu orang tuaku sering kesana. Turuti saja apa kataku," ujar Lee.

Arlan tidak bisa berbuat apa-apa, lalu mereka sampai di sebuah salon ternama dan terkenal milik sahabatnya itu. Saat mereka masuk, Lee memanggil pemilik salon itu. "Merry, dimana kau. Tolong aku."

BL- Two Choices (Nerd ane Bad Boy part 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang