27 | Penyekapan

67 11 1
                                    

Raymond berkoordinasi dengan semua Polisi di daerah manapun untuk mencari keberadaan Baby yang diculik oleh Kalvin. Eva belum berhenti menangis, gadis itu menyalahkan dirinya sendiri karena tak menjemput Baby di gerbang seperti biasanya.

Meira menatap Dandi yang begitu frustrasi setelah mendengar bahwa Baby diculik. Dani berusaha membujuknya untuk tetap tenang, namun Dandi tak bisa tenang sama sekali. Perasaannya sangat kacau, ia ingin sekali melihat Baby saat itu juga, namun tentu saja hal itu tidak mungkin.

"Ini semua gara-gara aku Ar. Harusnya aku yang ada di posisi Ci Baby, bukan malah Ci Baby yang harus terjebak bersama Kalvin," Meira terisak di pelukan Arya.

"Ini bukan salah kamu sayang, ini yang namanya konsekuensi. Ci Baby tetap mengambil langkah bertahan untuk menggantikan kamu, dan kalau memang Kalvin akhirnya berbuat sampai sejauh ini, itu artinya Ci Baby berhasil membuat kamu aman di sini," ujar Arya, berusaha menenangkan hati Meira.

"Tapi apa itu adil buat Ci Baby? Dia berkorban sendirian Ar, sementara aku terjebak di sini dengan rasa takut. Dia yang menghadapi semuanya, dan aku cuma bisa nangis," Meira merasa sangat bersalah saat itu.

"Ra, dengar aku baik-baik. Ini benar-benar bukan salah kamu, ini adalah konsekuensi dari apa yang Ci Baby jalani. Sekarang nggak ada gunanya kita menyesali apapun, kita saat ini hanya bisa berdo'a agar Ci Baby selamat," bujuk Arya.

Olin dan Anya turun dari mobil milik Jennie, mereka semua berlari ke dalam rumah Keluarga Gautama dan menemui Raymond. Raymond terlihat sangat pusing saat itu, terlalu banyak masalah dan tekanan yang datang bertubi-tubi dalam waktu berdekatan.

"Baby belum ketemu Koh?" tanya Jennie.

"Belum Jen, bahkan sampai saat ini belum ada perkembangan apapun," jawab Raymond yang terdengar sangat putus asa.

Anya menatap ke arah Dani yang masih mencoba menenangkan Dandi yang begitu gelisah. Ia mendekat pada kedua Pria itu.

"Koh Dandi punya ponsel?" tanya Anya.

"Punya," jawab Dandi.

"Boleh pinjam?"

Dandi mengangguk dan segera memberikan ponselnya pada Anya. Anya mengetik sesuatu di sana dan mengirimnya pada ponsel yang Baby bawa. Tak lam kemudian, masuk sebuah panggilan video sesuai dengan yang Anya harapkan.

"Hei, Kalvin video call pakai ponsel Ci Baby!" seru Anya pada Raymond, Jennie dan Olin.

Dandi pun segera berdiri dan melihat hal itu.

"Sekarang Koh Ray lacak asal panggilan ini, Koh Dandi angkat dan pura-pura ngobrol sama Meira dengan santai. Tadi gue kirim pesan yang isinya pura-pura nanya ke Meira, gaun warna apa yang bagus buat Ci Baby di hari pertunangan kalian nanti," jelas Anya.

"Oke, gue ngerti," sahut Dandi.

"Sekarang semuanya menyingkir..., ambil itu gorden tengah dan gorden depan biar Koh Dandi aktingnya meyakinkan," perintah Anya pada Aldeo dan Dani.

Mereka berdua buru-buru menarik gorden untuk diberikan pada Dandi. Dandi segera duduk di sofa yang sudah Olin atur bersama Jennie. Eva duduk di samping Raymond yang bersiap melacak asal panggilan yang Kalvin lakukan.

Klik!

Dandi mengangkat panggilan video itu dengan wajah santai sambil berpura-pura melihat bahan kain yang akan dijadikan gaun.

"Hai Ra, gimana menurut lo? Mana yang bagus dari kedua warna kain ini untuk gaunnya Baby?" tanya Dandi.

HAHAHAHAHAHAHA!!!

Back On THISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang