Fight for Love

68 8 17
                                    

Dua minggu berlalu begitu lambat dari biasanya bagi Baekhyun, setelah kejadian Taeyeon yang keceplosan perihal tunangan mereka --yang bahkan Baekhyun sendiri tidak tahu-- di acara live Instagram mereka. Sejak saat itu, saat Baekhyun berlari dan bergegas masuk kedalam rumah, mempersiapkan begitu banyak ucapan maaf dan alasan-alasan yang lain.

Namun yang ia temukan hanyalah rumah yang sepi, rumah yang hampa layaknya rumah yang di tinggalkan pemiliknya. Hanya kesunyian yang menyambut Baekhyun disana, tidak ada kata selamat datang dan tidak ada senyuman indah dan kecupan rindu yang menyambutnya disana.

Baekhyun masih belum bisa menghubungi kekasihnya, Bomi. Sang kekasih tidak mengangkat telpon Baekhyun, tidak juga membalas pesan yang mungkin sudah ratusan lebih ia kirim.

Hati kecilnya hancur dalam rindu, hatinya sudah tak berbentuk, pecah berkeping-keping. Tapi ia pantas mendapatkan ini, ia tau, sudah sering kali ia mematahkan hati Bomi, sudah sering kali juga ia membuat kekasihnya menangis.

Baekhyun terduduk lemas di ruang latihan nya. Sudah seminggu ini ia tidur disini, tidak pulang sama sekali. Karena menurut nya, rumah tanpa Bomi tidak beda jauh dengan area kuburan, sepi dan hampa.

"Jadi gosip tentang penghuni ruang latihan itu benar adanya?" Suara seorang membuyarkan lamunan Baekhyun.

"Noona? Mau pakai ruang latihan, ya? Biar aku bereskan dulu barang-barang ku." Baekhyun berdiri dan mulai memunguti barangnya-- namun tangan nya di tahan oleh Boa.

"Eh, engga, engga, noona disini mau ngomong sama kamu. Duduk dulu." Boa bisa melihat kebingungan terpancar di wajah Baekhyun, matanya yang sedikit gelap dan bengkak memberitahu nya kalau Baekhyun kurang tidur dan pasti juga menangis.

"Noona denger Bomi gak di rumah. Makanya kamu disini terus, benar?" Boa melihat anggukan Baekhyun, anggukan lemah yang menunjukkan dengan jelas betapa sedih dan terpuruk nya dia.

Sang senior merangkul bahu sang junior, mengusap nya seolah memberikan energi positif supaya sang junior lebih bersabar. Ia tahu bagaimana terpuruknya Baekhyun dulu, dan dia juga menjadi saksi ke egoisan seniornya yang memaksa kan sesuatu dan memisahkan 2 sejoli kecintaan seluruh negri.

Dia juga menjadi saksi bagaimana sang junior berkelahi dengan kepedihan nya, bagaimana sang junior hampir menyerah. Jika saja kalau bukan karna senyum sang malaikat yang mampu menenangkan sang junior, senyum itu seolah mengatakan jika semuanya akan baik-baik saja. Senyum yang mampu memberikan titik terang pada jalan kehidupan sang junior.

"Bomi masih belum mengangkat?" Boa menatap tangan Baekhyun yang terus saja menyentuh ponsel nya sejak tadi ia masuk.

Gelengan Baekhyun menjadi jawaban atas pertanyaan sang senior.

"Hubungi sekali lagi, nih pakai ponsel noona. Kali ini noona yang ingin bicara." Ujar Boa dengan senyum nya serta memberikan ponsel yang ia ambil dari saku celana nya. Mengangguk pasti saat melihat tatapan heran sang junior. "Noona mau nyuruh dia datang kesini."

Senang bukan kepalang, jika memenangkan lotre adalah kebahagiaan manusia maka ini lebih dari itu. Baekhyun merasa jika sang kekasih pasti tidak bisa menolak ajakan senior nya, terlebih seniornya itu bukan lah orang biasa. Tidak mungkin Bomi berani menolak.

Buru-buru Baekhyun ambil benda persegi panjang tersebut dan menekan angka-angka nomor sang kekasih. Iya, dia hapal nomornya. Menekan tombol hijau tanpa basa-basi lagi setelah sekali lagi memastikan nomornya itu benar.

Tuuuut~ Tuuuut~

Suara dering sambungan menjadi sambutan yang biasa saat benda persegi itu menempel pada telinga sang penyanyi.

YOU, ME, AND HERWhere stories live. Discover now