🌱56. Start, again ; final chap

1.4K 95 35
                                    

Jisoo memarkirkan mobil jazz putih miliknya di depan halaman rumahnya. Mematikan mesin mobil matic itu lantas menghela napas pelan. Menyandarkan tubuhnya perlahan pada kursi kemudi. Serius, rasanya badan Jisoo serasa remuk banget.

Ternyata cerita para katingnya itu bener, soal koas di departemen bedah emang yang paling bikin capek setengah mati.

Cowok manis itu kembali menghela napas lelah, lantas berganti menatap arloji silver di pergelangan tangannya. Jam tangannya menunjuk angka sembilan pagi. Rencananya Jisoo mau mandi terus tidur sepuasnya.

Hell dia udah nggak pulang dua hari karena nginep di rumah sakit. Dapet shift malam emang yang paling gaenak.

Rasanya Jisoo baru menyesal sekarang atas keputusannya masuk kedokteran. Jadi anak kedokteran ternyata emang nggak seperti perkiraannya.

Entah kenapa semuanya terasa jadi lebih sulit. Ekspetasi memang berbeda jauh sama realita.

Bener juga kata kakaknya itu, harus kuat mental, otak, dan tenaga. Serius, tau gitu Jisoo ngambil jurusan lain aja. Apalagi di masa koasnya saat ini yang rasanya capek banget. Berangkat sebelum matahari terbit terus pulang besoknya saat matahari terbenam. Belum lagi capeknya dia harus berdiri berjam jam di rumah sakit, mondar mandir nyatetin ocehan dokter di sana, nemenin mereka operasi, diomelin senior, dan banyak hal lainnya yang hampir bikin Jisoo mundur.

Ya walaupun nggak semuanya bersisi negatif juga sih. Toh juga banyak pengalaman keren yang dia dapetin selama jadi mahasiswa kedokteran yang lagi koas.

Udahlah ya, lagipula dirinya juga nggak ada pilihan lain selain jalanin semuanya. Toh itu juga pilihannya sendiri.

Akhirnya dengan langkah tertatih Jisoo terpaksa membuka pintu mobilnya dan menyeret kakinya buat masuk ke rumah.

"Dek Jisoo udah pulang?" Jisoo cuma senyum tipis aja ke bibinya. Kebiasaan dulu mami, papi, dan kakaknya selalu manggil 'dek' sampe si bibi juga ikutan manggil dia 'dek'.

"Bibi siapin air panas buat mandi? Udah sarapan belum?" Tanya pembantunya lembut. Sedikit kasian soalnya liat anak majikannya yang biasanya ceria dan cerewet dulu waktu SMA, sekarang kalo selalu pulang udah hampir kaya mayat hidup. Kantung mata pandanya dan pipi Jisoo yang menirus.

"Air panas aja bi, aku udah sarapan kok tadi." Jawab Jisoo pelan. Dia naruh jas dokternya beserta buku binder catatannya ke meja sofa.

Si bibi cuma ngangguk mengiyakan terus segera berlalu buat mengerjakan perintah si tuan muda. Meninggalkan Jisoo yang masih di rumah tamu, kembali dengan kesendirian dan keheningannya.

Cowok manis itu kembali menghela napasnya pelan. Matanya mengelilingi suasana rumahnya yang terlihat begitu sepi dan hening. Rasanya begitu berbeda sama kehidupannya saat SMA dulu. Tiap pulang Jisoo udah disambut sama maminya kadang sama Mark juga kalo udah di rumah. Terus mereka bakal berantem sampe mami harus pake nada tinggi buat melerai. Atau kegiatan dirinya, Mark, dan mami yang nonton netflix series bareng di ruang keluarga sambil nungguin papi pulang.

Pokoknya dulu rumah nggak pernah sepi. Rumahnya selalu jadi rumah terhangat dan terbaik bagi Jisoo.

Berbeda sama sekarang yang terlihat jauh lebih sepi dan hening, setelah papi maminya tinggal di LA dan Mark yang tinggal di Jepang. Jadi rumah ini cuma diisi Jisoo, sendirian, cuma ditemani beberapa pembantunya.

Entah kenapa semuanya terasa begitu berbeda, rumah ini juga lebih terasa dingin.

Tangan lentik Jisoo menyentuh pelan foto keluarga mereka yang terpajang di sudut lemari bufet kaca ruang tamu. Foto mereka berempat waktu liburan keluarga di Jepang tahun lalu. Saat mengunjungi Mark di sana.

(✔) Author Hentai ●《cheolsoo》Where stories live. Discover now