destiny nine

340 79 35
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Lia benar-benar mati rasa kala tubuhnya mulai menyelami sungai yang airnya begitu dingin menusuk tulang. Ia tak merasakan apapun, di dalam pikirannya hanya satu.

Menemukan Soobin.

Lia hanya mengandalkan tangannya untuk meraba-raba serta menggunakan jarak pandangnya yang amat terbatas akibat kurangnya pencahayaan dan derasnya arus sungai yang menghambat pencariannya.

Jantung Lia seakan mencelos ketika salah satu tangannya berhasil meraih tubuh seseorang yang mengambang di hadapannya. Ia segera mendekati sosok tersebut dan berusaha memastikan.

Benar, ia adalah Soobin. Semoga dirinya tidak terlambat.

Lia langsung menarik tubuh lelaki itu dan membawanya menepi ke pinggir sungai. Perempuan itu mempercepat gerakannya saat dirasa ia mulai kesulitan mengais nafas di dalam air.

Berhasil, Lia dapat membawa Soobin ke tepian sungai. Kedatangan mereka langsung disambut oleh tim medis yag telah bersiaga sejak tadi. Mereka berdua segera dibopong ke dalam ambulance untuk mendapatkan pertolongan pertama.

Di saat Lia hampir kehilangan kesadarannya, sayup-sayup ia mendengar seseorang memanggilnya.

"Lia..."

Dan pada detik itu pula perempuan itu memejamkan matanya, ketika dirasa tak ada lagi tenaga yang tersisa.




* * *










Sinar lampu rumah sakit adalah objek pertama yang ditangkap oleh indra penglihatan Lia. Perlahan ia mengerjap-ngerjapkan matanya untuk menghalau rasa silau yang mengganggu pandangannya.

Wajahnya ia palingkan ke sudut ruangan itu. Dalam hati ia bertanya, apakah tidak ada seorang pun di tempat ini selain dirinya?

Ia mengangguk paham, tidak ada yang mengkhawatirkannya. Perhatian semua orang tertuju pada Soobin.

Lia melepas alat bantu nafas pada hidungnya dan beranjak bangkit dari ranjang kasur rumah sakit. Ia memilih untuk keluar dari ruangannya dan mencari keberadaan Soobin sekarang untuk memastikan kondisi lelaki tersebut.

Baru beberapa langkah Lia jalani, ternyata ada tubuh yang menghadang jalannya. Perempuan itu mengamati siapakah orang yang menghalangi jalannya. Ah, dirinya ingat, orang itu adalah Heejin.

"Siapa kau?" satu pertanyaan keluar dari mulut Heejin.

Lia terdiam, ia kebingungan hendak menjawab apa, karena pertanyaan itu menimbulkan paradoks di pikirannya.

"Kau pasti dalang dibalik menghilangnya Soobin selama ini, iya 'kan?" Heejin mendorong bahu Lia dengan tangan kanannya.

Lia menundukkan kepalanya dalam-dalam. Di saat situasi seperti ini, mengelak bukan cara yang tepat meskipun ia tidak bersalah sama sekali.

Kini Heejin menarik kasar tangan Lia dan membawanya menuju ke ruang rawat inap tempat Soobin dirawat dengan langkah tergesa-gesa. Lia mau tak mau mengikuti langkah Heejin dengan pasrah.

Heejin kemudian menghempas tangan Lia dengan kasar. "Kau tahu? Semalaman Soobin berulang kali menyebut namamu, sampai kami jengah mendengarnya."

Lia tertegun, Soobin memanggilnya sepanjang malam? Mengapa?

"Temui dia sekarang." terlihat dari sorot mata Heejin jika perempuan itu tidak menyukai eksistensi Lia di hadapannya.

Lia mengangguk, perlahan berjalan mendekat ke ruang rawat inap Soobin.

"Ingat, meskipun kau diperbolehkan menemui Soobin, bukan berarti kau berhak atas dirinya. Dia milikku, selamanya." tukas Heejin dengan nada dingin.




* * *





Walaupun terlihat sayu, namun sorot mata Soobin tampak berbinar kala mendapati Lia menghampiri dirinya. Tanpa mengucapkan sepatah kata, lelaki itu langsung memeluk tubuh Lia dengan erat, tanpa menghiraukan tatapan orangtuanya yang menatap mereka dengan sangsi.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Soobin.

Lia menggeleng, seharusnya ia lah yang menanyakan pasal itu. Apakah Soobin baik-baik saja? Namun bibir Lia tak mengucapkan sepatah kata apapun.

"Maaf telah membuatmu khawatir, tidak seharusnya aku melakukan hal bodoh seperti ini." Soobin membenamkan wajahnya pada ceruk leher Lia, mempererat pelukan di antara mereka.

Lagi-lagi Lia hanya menggeleng. Seharusnya ia yang meminta maaf. Dia telah menolak permintaan Soobin yang amat berarti bagi lelaki itu. Seharusnya ia menerima ajakan lelaki itu untuk tinggal di rumahnya.

Kini Lia tahu mengapa ia memilih Soobin dibandingkan dengan Jaemin.

Karena Soobin lebih membutuhkannya daripada Jaemin.

"Soobin..."

"Iya?"

Lia menghela nafas sebentar.

"A-aku mau menemanimu untuk kembali ke rumahmu."





"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


* * *





maaf ya telat pake banget updatenya. aku usahain bakal rajin update abis ini :)

setelah part ini, kayaknya pov soobin bakal lebih mendominasi dan bakal banyak intriknya nih hehehe.

mau double update?





Unread Destiny [✓]Where stories live. Discover now