fear ?

1.8K 426 132
                                    



jeffrose_'s presents


Lucas memerhatikan Xiaojun dan Hendery dari kejauhan. Xiaojun nampak lain jika bersama Hendery. Ia terlihat lebih hangat dan terbuka. Lucas tersenyum melihatnya.

Xiaojun dan Hendery pun meninggalkan kafeteria. Entah mereka pergi kemana, Lucas agak tidak peduli tentang itu. Yang ia pedulikan sekarang adalah roti kukus pesanannya. Ia sedang membayangkan roti hangat yang ketika digigit akan meleleh coklat isiannya di mulut. Lalu kemudian ia berpikir lagi, haruskah ia membeli lagi satu? Rasanya satu roti kukus tidak akan cukup untuk tubuhnya yang besar. Tapi bagaimana jika roti yang satu lagi keburu dingin ketika akan dimakan? Lucas memijit pelipisnya, ini sungguh keputusan yang sulit.

"Satu roti kukus isi coklat."

Lucas menolehkan kepalanya, lalu ia langsung tersenyum sumringah. "Dokter Dong, kita bertemu lagi!"

Winwin mendelik padanya, "bisa-bisa kau membuat orang-orang mengira aku dokter sungguhan disini."

Lucas terkekeh sambil menggaruk belakang kepalanya. "Kau juga akan menjenguk Yangyang?"

"Oh, bukan hanya menjenguk. Aku bertugas sebagai ibunya disini," ujar Winwin sembari menyerahkan uang kepada penjual.

"Lalu siapa ayahnya?"

Winwin berpikir sebentar. "Kun, mungkin?"

"Tapi bukannya yang bertunangan dengan Yangyang itu senior Qian?"

"Ya, kau memang betul."

"Astaga," Lucas mengernyit. "Hubungan kalian sangat rumit."

"Kau tidak menanggapinya dengan serius, bukan?"

"Tentu saja ini serius. Kau mengaku ibu dari Yangyang dan berkata bahwa ayah Yangyang adalah senior Qian yang merupakan tunangannya, sementara kau sendiri dengan senior Qian tidak memiliki hubungan apa-apa. Ini rumit, sangat rumit."

Winwin terkekeh. Ia tidak menyangka bahwa menjahili Lucas bisa sebegitu mudahnya. "Aku punya satu anak lagi," katanya terus.

Lucas dengan wajah bingungnya bertanya, "siapa?"

"Dejun."

"Lalu apakah Xiao anak dari senior Qian juga?"

"Bukan, ia tak berayah."

"Hah?" wajah Lucas menunjukkan keterkejutannya dan keheranannya. "Sudahlah aku menyerah."

Winwin menahan tawanya. Bertepatan dengan itu, roti kukus mereka berdua sudah matang. Winwin mengucapkan terimakasih dan langsung berlalu ke kursi terdekat. Setelah duduk, ia terkejut melihat Lucas yang sudah duduk di seberang mejanya.

"Hey, carilah kursi lain," usirnya.

"Kenapa? Kita, kan, sudah saling mengenal," bela Lucas tanpa merasa dosa.

Winwin mengangkat bahu. "Ya sudahlah, terserah."

Ketika akan menggigit rotinya, Winwin baru menyadari sesuatu. "Hey, kau tahu dimana Dejun?"

"Dia tadi keluar bersama Hendry Wong," jelas Lucas.

Alis Winwin terangkat. "Yang benar Hendery Wong, Hen-de-ry Wong."

"Ya, pokoknya dia," balas Lucas tak acuh. Ia sedang sibuk memakan roti kukusnya.

Winwin meneliti Lucas diam-diam. "Kau tahu Yangyang sakit darimana?"

"Dari grup sepak bola," lalu ia menurukan volume suaranya. "Katanya ia diracun, benarkah itu?"

Winwin mengernyit aneh. "Tentu saja tidak, siapa yang bilang begitu?"

Sorry That I Walked Away ● HenXiao ●Where stories live. Discover now