1. Birthday Terror

55 12 2
                                    

Coba lihat di sebelah kiri bawah, ada apa?
Jangan lupa dipencet, ya!

-sausankml

***

Hai, namaku Jake. Hari ini aku sedang berulang tahun ke-10. Aku adalah anak satu-satunya dari kedua orang tuaku. Seperti ulang tahunku di tahun-tahun sebelumnya, acara ini hanya dirayakan kecil-kecilan saja. Hanya aku dan juga keluargaku, tepatnya ayah dan mama.

Acara ulang tahunku berlangsung di ruang keluarga rumahku. Hm, rumahku ini tampak sedikit tua jika dilihat dari luar. Desainnya seperti rumah kayu atau pondok di sekitar hutan. Aku juga heran, mengapa orang tuaku memilih desain rumah seperti ini? Padahal, kami bertiga tinggal di kota.

Layaknya merayakan acara ulang tahun pada umumnya. Aku bersiap meniup lilin yang tertancap di atas kue buatan mama. Mama ini pintar sekali membuat kue. Kue buatan mama rasanya enak. Kerap kali mama menjual kue buatannya ke warung atau para pemesan.

“Tiup lilinnya sekarang juga, sekarang juga, se-ka-rang ju ... ga ...." Ayah dan mamaku bernyanyi lagu selamat ulang tahun sambil menyodorkan sebuah kue ulang tahun yang sangat menarik perhatianku.

Namun, meski aku tertarik dengan kue itu, aku malah terdiam memandang mereka. Yang kudengar bukanlah suara mereka. Tapi, sanyup-sanyup aku mendengar suara: ‘Jangan, jangan berulang tahun!’ Suara itu menggema di telingaku berkali-kali. Bulu kudukku berdiri. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri. Tapi tidak ada apa-apa.

Suara itu terdengar sangat berat. Dari nada bicaranya, suara itu sepertinya milik seorang laki-laki. Suaranya terdengar serak-serak basah. Sangat menyeramkan bagi anak seusiaku.

Ketika lagu telah usai, aku menatap orang tuaku dengan bergantian. Aku ragu untuk meniup lilin itu. Di saat diriku diselimuti keraguan, aku merasakan hembusan napas yang hangat di leherku. Tanganku meraih leherku dengan spontan. Setelah itu, suara menyeramkan itu kembali menghantui pendengaranku.

‘Jangan berulang tahun, Jake!’

“Aaaaa ... jangan ganggu aku!” teriakku menutup kedua telingaku.

“Kamu kenapa, Jake?” tanya mama membekapku ke dalam pelukannya.

“Mah, suara itu menggangguku,” terangku masih mendengar suara itu.

‘Jangan berulang tahun, Jake!’

‘Jangan berulang tahun, Jake!’

Suara itu mengganggu pendengaranku. Semakin lama, suaranya semakin bertambah kencang. ‘Jangan berulang tahun, Jake!’ Suara itu bertambah kencang dan seakan-akan maju menghampiriku.

‘JANGAN BERULANG TAHUN, JAKE!’

“Pergiiii!” Aku tidak bisa mengontrol rasa takut pada diriku. Aku berlari menuju kamar. Mama dan ayah mengikutiku ke kamar. Ketika aku berlari dengan cepat, derit kayu terdengar sangat mengganggu. Suaranya seperti kayu-kayu rapuh yang diinjak dan siap untuk patah kapanpun.

Aku mendapati kamarku yang gelap. Matahari sepertinya enggan mengantarkan cahaya agar masuk ke kamarku. Aku sedikit bergidik ngeri ketika memasuki ruang yang hanya dihiasi oleh kegelapan. Aku menolehkan kepalaku ke belakang menatap pintu. Bulu kuduk di tanganku berdiri, menandakan aku sedang merinding hebat.

Terlalu banyak waktu yang telah aku habiskan. Tidak peduli dengan kegelapan. Aku langsung melompat ke kasur dan menarik selimut untuk menutupi tubuhku. Aku menelungkupkan badan dan menutupinya dengan selimut, menyisakan sedikit celah untuk mengintip ke arah pintu.

Aku melihat siluet bayangan dari depan kamarku dan juga .... Suara langkah kaki? Tap-tap-tap. Tiba-tiba saja ada seseorang yang membuka pintu kamarku. Sama dengan lantai kayu rumahku, pintu itu mengeluarkan deritnya yang membuatku merinding.

Popo Doll [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang