💧 DREAM CATCHER 9

26 6 0
                                    

"Allhamdulillah, nilai gue kali ini lumayan bagus."

Thalia menoleh, seorang siswi berjalan sambil menatap handphonenya seraya tersenyum, mengagumi nilainya yang diumumkan digrup kelas. Memang Ujian kali ini sedikit sulit, Thalia belajar mati-matian untuk itu.

Thalia meluruskan kakinya agar tidak keram, ia meminum air mineral untuk mengatasi cape dan penat. Napasnya berantakan, tangannya bergerak gesit meraih buku. Thalia mengibas-ngibaskan buku tersebut ke lehernya.

Begitu pula dengan ke tiga temannya. Lona, Alfi dan meli.
Berkali-kali mereka mengibas ngibaskan tangan ke lehernya merasa kegerahan. Tidak sia sia mereka berlari tiga putaran mengelilingi Sekolah.

Hari ini adalah mata pelajaran Olahraga, pelajaran yang sangat dibenci Thalia. Bukan apa apa, pelajaran ini sejak dulu sudah mendarah daging bagi Thalia yang malas bergerak. Tak heran nilai raport mapel ini bermasalah setiap tahunnya.

"Cape banget, melebihi olahraga di ranjang tau gak!" keluh Meli.

"Jiga nu asok wae Si Meli,"

"Tapi tapi- pelajarannya udah beak kan?" tanya meli dengan bahasa bercampur sundanya.

"Iyalah kan udah bel, sekarang disambung sama pelajaran MTK."

"Pak Yanto nya juga ada tadi gue liat." sambung Lona hendak mengikat tali sepatunya.

Mereka tampak beristirahat, mengatur napasnya yang tersengal-sengal. Thalia memandang geng yang berada jauh dari mereka. Nampaknya mereka juga sedang beristirahat, ada Angel juga disana. Tak biasanya Angel bergabung dengan mereka, seperti ada sesuatu yang tidak enak dalam hati Thalia. Akhir-akhir ini Angel seperti menjauh darinya.

"Pak Yanto Pak Yanto guys!!" ujar beberapa siswa yang membuat Thalia sadar dari lamunannya.

"Masuk masuk masuk!"

Mereka berhamburan ke kelas menduduki kursi mereka masing masing.

Thalia duduk di bangkunya, menatap guru tersebut malas. Bukan hanya pelajaran yang tidak begitu mengerti melainkan cara guru mengajarnya tidak disukai Thalia. Namun begitu, Thalia tetap memperhatikan sampai selesai.

•Dream Catcher•

Thalia menatap Riyon nyaris terlalu lama. Anak laki-laki ini mempunyai ukiran wajah yang indah. Makin lekat saja tatapan Thalia. Sepertinya Riyon saat ini mau bicara yang sangat serius sehingga dia mengajak Thalia bertemu di kios itu lagi. Thalia sempat menolak karena ia cape setelah pelajaran olahraga disambung matematika. Tetapi ia memaksa, toh Thalia juga ingin sembari membeli sesuatu di kios langganannya.

"Gue lagi suka sama seseorang, tapi kalo gue ngungkapin, takutnya gue gak diterima. Gak guna banget jadi orang ganteng!" ucapnya to the point.

Thalia hanya tersenyum menatap Riyon mengomel.

"Tanggapan lo sebagai cewek gimana? Gue harus gimana nih sekarang?"

"Menurut Thali, Riyon ungkapin aja. Masalah diterima atau tidak nya itu hak dia, yang terpenting adalah Riyon udah ngungkapin apa yang Riyon rasain selama ini. Gak usah takut ditolak, masa seorang Riyon takut."

Riyon tersenyum mencerna perkataan Thalia. Seperti ada gairah muncul dibenaknya. Perasaan kali ini benar benar tak bisa dibendung lagi. Namun dapakah gadis ini tidak peka. Kurang kode seperti apa lagi untuknya.

Tangan hangatnya yang kasar ada di tangan Thalia, dan kulit Thalia terasa tergelitik ketika kehangatan asing itu menyebar ke seluruh tubuh Thalia. Riyon merasakan ada kesempurnaan saat tangan mereka bersatu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 18, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DREAM CATCHERWhere stories live. Discover now