hey, please let me go •

6.6K 510 42
                                    

Kim Jisoo's Pov

"Aku tahu kau menyukaiku, Kim Jisoo." Ia melirih lagi. Seraya tangannya dengan lembut membelai pipiku hingga tubuhku seperti terkena sengatan kecil. Ketika ia berbicara dan menuduhku segala macam tentang sebuah perasaan. Aku hanya bisa diam. Aku tidak tahu dan tidak mengerti tentang hal itu.

Aku menunduk, menurunkan tangannya dari pipiku.
"Tuan Kim, aku perlu pulang. Sudah waktunya aku pulang karena sudah larut."

"Bermalamlah denganku."

Gila. Apa yang baru saja ia katakan?

"Aku harus pulang." Ujarku lagi dengan intonasi yang ditekan.

Ia menyentuh daguku, lalu menatap mataku. Wajahnya yang tampan itu tampak kecewa ketika aku menolak terus permintaannya.

"Kim Jisoo."
"Kau tahu? Aku tidak menyukainya. Itu hanyalah sebuah perjodohan omong kosong."

"Kenapa kau memberitahuku hal ini?"

"Karena kau perlu tahu!!!" Ujarnya sedikit kesal.

"Lantas tidak ada yang berubah. Faktanya kau akan menikah, Tuan Kim."
"Bersamalah dengan orang yang cocok dengan anda karena saya tidak pernah cocok dan pantas." Aku lalu menjawab, suaraku bergetar karena itu memang benar. Aku tidak punya apa-apa, bahkan orang tua saja tidak ada.

"Jadi karena hal itu?"

Aku menghela nafas, ia terus saja memojokkanku hingga rasanya kini aku yang disalahkan.

"Aku tidak paham. Kita bukan apa-apa Tuan Kim! Kenapa seolah-olah kita punya hubungan?"
"Kenapa kita bertengkar dan berdebat?"
"Aku tidak mengerti."

Ia lantas tertawa, yang tampak seperti tawa kekesalan.

"Ayo berdebat."
"Kita berdebat di ranjang Kim Jisoo."

Ia lalu menyalakan mobilnya dan bergegas pergi dari tempat itu. Aku benar-benar tidak tahu ia membawaku kemana, ia begitu egois ketika aku tidak menginginkan semua ini.

Ia mengenggam tanganku, hingga aku mau tidak mau berjalan dan mengikuti langkah kakinya. Aku bersumpah tangannya benar-benar kokoh hingga aku tidak bisa lepas.

Ini seperti dejavu ketika melihat lorong ini. Aku pernah melewatinya beberapa tahun lalu bersama orang yang sama yang kini hanya diam dan tidak mengindahkan semua ucapanku sama sekali.

"Tuan Kim. Aku perlu pulang! Seseorang menungguku!"

Ia tidak menggubris dan kini kami sudah berhenti di depan sebuah pintu. Tangannya itu menekan beberapa tombol sejurus kemudian pintu itu sudah sudah terbuka.

"Ayo kita berdebat. Aku suka berdebat denganmu Kim Jisoo." Ia mengatakan dengan nada yang dingin. Tangannya sudah tidak mengenggam tanganku dengan erat lagi, melainkan kini malah tengah melepas kancing kemejanya satu persatu.

"Kau sungguh berbeda. Dahulu penurut sekarang pembangkang. Ini malah membuatku tertantang. Seperti harus melunakkanmu dulu."

Kim Seokjin berjalan kearahku sambil melepas kemejanya lalu menjatuhkan begitu saja dengan sembarang. Semakin ia melangkah, semakin aku memundurkan tubuhku ke belakang hingga dinding Apartment itu menahanku. Mataku melebar ketika tubuhnya sudah polos, dadanya terlihat bidang juga bahu lebarnya yang pernah aku saksikan dengan jelas beberapa waktu silam.

One Night StandWhere stories live. Discover now