- 14 -

653 127 22
                                    

Perjalan menuju rumah Renjun, setidaknya memerlukan waktu sekitar setengah jam dengan kereta. Kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki selama sepuluh menit dari stasiun dan kini sampailah mereka di depan sebuah gapura mewah dengan berbagai ornamen negeri tirai bambu yang menghiasi, yang semakin membuatnya terlihat cantik.

Berada di pinggiran kota Seoul, daerah pecinan ini jadi tempat tinggal sebagian besar orang cina yang bermigrasi ke Korea Selatan. Tak terkecuali keluarga Renjun, yang dulunya berniat bisa hidup lebih baik ke depannya, tapi justru berakhir rumit.

Suami-istri yang berpisah, meninggalkan dua anak dengan seorang nenek renta yang bahkan tak punya cukup uang untuk kembali ke negara asal. Bertahun berusaha bertahan hidup dengan meminjam uang dari teman semukim, lelaki itu sama sekali tak bisa lupa kapan pertama kali lantai bawah rumah tuanya berubah jadi restoran.

Itu sudah sepuluh tahun lalu dan kebaikan para tetangga mereka itulah yang jadi alasan kenapa keluarga Renjun masih memilih tinggal di Korea Selatan walau bisa dibilang sudah punya cukup uang untuk kembali; lingkungan yang nyaman selalu membuat siapapun ingin menetap lebih lama, bukan?

"Huang, kau tak pernah bilang padaku kalau tinggal di tempat luar biasa begini!"

Pekikkan tertahan Nakyung, membuat nostalgianya buyar. Beralih pada gadis yang berdiri di samping kanan, dari posisinya bisa ia lihat mata itu menatap gapura di depannya takjub. Mengabaikan orang yang lalu lalang, bersama dengan Shuhua terdengar cekikikan gemas melihat tingkahnya; seruan istrinya itu sepertinya cukup keras untuk membuat semua perhatian tertuju pada mereka bertiga, yang memang secara serempak mematung bersama ketika akhirnya sampai.

"Lee Nakyung sepertinya belum pernah pergi ke pecinan Korea Selatan ya?"

Pertanyaan Shuhua, mengalihkan atensi Nakyung dari toko-toko yang berjejer di dalam sana. Tanpa menunggu lama merespon dengan anggukkan sebelum kemudian menambahkan. "Aku pernah melihat yang seperti ini di Shanghai. Tapi karena ini ada di negara asalku, rasanya berbeda saja... Begitulah."

Shuhua nampak sedikit terkejut dengan perkataan Nakyung, sementara Renjun hanya menaikkan satu sudut bibirnya; sesuai dugaan, kehidupan Nakyung yang bak tuan putri itu pasti setidaknya pernah membawanya ke beberapa negara dan Cina yang sangat dekat dengan Korea Selatan itu sudah pasti jadi salah satunya, 'kan?

"Oh, ngomong-ngomong kau sudah mengabari Nienie* kalau kita sampai?"

Renjun menggeleng sebagai respon dari pertanyaan Shuhua. "Kupikir langsung datang ke restoran akan lebih baik. Nienie mungkin tak bisa memeriksa ponsel karena sebentar lagi jam makan siang dan restoran pasti jadi ramai."

Shuhua manggut-manggut, lalu tanpa menunggu lagi langsung melangkah masuk, disusul oleh Renjun kemudian, sementara Nakyung jadi orang terakhir yang membututi keduanya.

Berjalan memasukki pecinan yang bagi seorang Lee Nakyung terlihat begitu menarik, pandangannya justru mengarah pada toko-toko yang menjual berbagai macam buah tangan, makanan, sampai jajanan khas Cina tersebut, Shuhua dan Renjun dibaikan gadis ini begitu saja. Sama sekali tak peduli pada keduanya, sampai kemudian sebuah cengkraman pada pergelangan tangannya mengalihkan atensi Nakyung; itu Renjun tentu saja, yang sudah memandanginya kesal dengan helaan nafas panjang.

"Kalau ingin jalan-jalan, bisa kita lakukan sehabis membantu Halmeoni. Kalau kau asyik sendiri begini dan tersesat, aku juga yang repot nantinya."

Omelan Renjun, membuat decakan Nakyung terdengar. Menepis pegangan suaminya, rasa tertariknya akan tempat itu seketika hilang bersamaan dengan langkah mereka yang terhenti. Digantikan dengan sebuah gelengan kepala, dipandanginya si lelaki dengan kilatan tak percaya.

We Got 'Married'✔Where stories live. Discover now