01 - "Pak tunggu!"

242 29 19
                                    

Kalian tahu apa yang lebih menyebalkan dari perpanjangan waktu kuliah sore? Ya, tentu saja jadwal pulang ke rumah yang semakin larut. Uh! Ingin sekali aku mengutuk dosen itu. Pikir Yeri sembari terus mengemas peralatan studionya yang tergeletak berantakan di mejanya.Jadwal kuliah studio sedari pukul 8 pagi hingga pukul 4 sore saja sudah sangat panjang dan melelahkan, ditambah lagi dengan perpanjangan waktu kelas studio selama 30 menit. Bisa-bisa aku terjebak di dalam kereta super sumpek lengkap dengan berbagai jenis wangian yang akan membuat kepala ku pusing, ku jamin! Racau Yeri pada diri sendiri.

Dengan langkah tergesa perempuan dengan tinggi 159 cm itu lekas menuruni gedung dimana perkuliahannya dilaksanakan menuju halte shuttle bus yang disediakan khusus untuk mahasiswa kampus. Dengan bawaan super banyak layaknya mahasiswi arsitektur pada umumnya, Yeri berjalan cepat hendak mengejar bus yang sekarang sedang berhenti di halte fakultasnya.

"Pak, PAK TUNGGU SEBENTAR PAKK." Kalau kalian menebak teriakan itu berasal dari mulut Yeri, kalian salah besar!

Yeri yang terkejut dan penasaran dari mana asal muasal suara tersebut secara refleks menoleh dan menemukan pria dengan tinggi menjulang berlari ke arah nya. Dengan memanfaatkan kaki panjangnya, tidak butuh waktu lama hingga pemuda tersebut mencapai pintu bus yang hendak tertutup.

Ah masa bodoh, lebih baik aku menunggu bus selanjutnya. Yeri yang sudah menyerah untuk mengejar bus tersebut dikarenakan kelelahan setelah seharian mengerjakan tugas maket di studio akhirnya memperlambat langkahnya dan memutuskan untuk menunggu sampai bus berikutnya datang sembari duduk di halte fakultasnya.

"Hei, kenapa diam aja? Gamau naik?" Kata laki-laki tinggi itu sembari melihat ke arah Yeri yang hendak duduk pada kursi tunggu di halte.

Merasa tidak yakin apakah pemuda tersebut berbicara padanya, akhirnya Yeri menoleh ke kanan dan kiri memastikan bahwa dialah orang yang diajak berbicara oleh pemuda dengan tinggi menjulang tersebut.

"Iya gue ngomong sama lu kok, iya lu yang lagi noleh-noleh itu." Lanjut pemuda itu lagi yang geregetan, pasalnya lawan bicaranya bukannya membalas malah noleh ke kanan dan kiri seperti itu.

"Dek, kalau mau naik cepet, kalau gak mau naik yaudah turun tunggu bus berikutnya aja sono. Lagi, kamu gak liat ya busnya udah penuh begini?" Seru sang sopir bus yang sudah tidak sabaran.

"Oh maaf pak, iya saya turun aja pak." Balas si pemuda tinggi itu sembari membungkuk meminta maaf dan turun dari bus tersebut.

Dikarenakan bus berikutnya baru akan datang sekitar 15 menit berikutnya, akhirnya pemuda itu menghampiri dan ikut duduk di kursi halte yang telah disediakan tepat disebelah Yeri.

"Um, maaf ya lu jadinya dimarahin bapaknya tadi." Kata Yeri memecah keheningan diantara keduanya.

"Santai, salah gue juga kok." Balas pemuda tersebut singkat.

Setelah dibalas anggukan oleh Yeri, keheningan berlanjut. Dari raut wajah dan gerak-gerik pemuda tersebut bisa Yeri pastikan dia sedang terburu-buru, dibuktikan dengan berulang kali dia membuka sebuah ruang obrolan pada ponsel cerdasnya dan juga mengecek waktu pada jam tangan hitam yang melingkar pada pergelangan tangan sebelah kirinya.

"Lagi buru-buru ya?" Tanya Yeri yang sebenarnya merasa bersalah, karena kejadian pemuda ini dimarahi sopir bus sebenarnya disebabkan olehnya.

"Hmm, lumayan. Gue harus pergi rapat soalnya, takutnya gabisa sampai tepat waktu." Balas pemuda tinggi itu, namun dengan mata yang masih terfokus kepada ponsel cerdasnya.

"Oalah, tapi sekali lagi maaf banget ya. Kalau gak karna gue kan tadi lu bisa naik bus yang itu aja."

Pemuda tinggi ini langsung mengangkat kepalanya dari ponselnya dan menatap Yeri yang duduk disebelahnya. "Dibilang bukan salah lu, udah santai aja."

Bingung harus memberi respon apa dan sedikit terintimidasi dengan lawan bicaranya, akhirnya Yeri memutuskan untuk memainkan ponsel cerdasnya dan membalas beberapa pesan yang belum sempat dia balas.

"Eh Yer, itu busnya udah nyampe lagi." Sahut pemuda tersebut sembari menunjuk bus yang bergerak mendekat kearah mereka berdua.

"Eh.. Ah.. Iya.. Eh bentar deh, kok lu bisa tau nama gue?" Sahut Yeri yang tidak percaya bahwa pemuda ini baru saja menyebut Namanya.

"Hahaha. Udah cepet, itu barang lu jangan sampai ketinggalan tuh." Serunya sembari beranjak berdiri dan berjalan kearah bus yang sekarang sudah berhenti dihadapan mereka.

Tidak ingin kembali ditinggal bus pada akhirnya Yeri segera membawa hasil tugas dan alat gambarnya dan bergegas menyusul pemuda tinggi yang sampai sekarang belum ia ketahui namanya itu.

🌟🌟🌟

Kok dia bisa tahu nama gue sih? Apa jangan-jangan kita saling kenal tapi gue lupa aja? Tapi gak mungkin banget sih, gue jarang lupa nama orang soalnya. Batin Yeri, yang sedari tadi masih sibuk menebak-nebak apakah dia dan pemuda tersebut telah saling mengenal sebelumnya.

Sembari memperhatikan pemuda yang duduk disebelahnya, Yeri terus berpikir apakah mereka pernah mengambil kelas yang sama pada kelas mata kuliah umum yang diambilnya saat masih berstatus mahasiswa baru. Mukanya gak yang pasaran banget sih, dan dengan proporsi badan yang seperti ini gak mungkin banget kalau gue pernah kenal dan lupain.

"Ganteng banget ya gue, sampai diliatin seintens itu?"

"Hah? Ah, geer banget, orang gue lagi- lagi liatin itu daun yang nyangkut di kaca kok! Gausah geer deh!" Racau Yeri, sembari menunjuk asal dedaunan yang tersangkut di kaca bus yang mereka tumpangi.

"Tapi jujur, emang kita pernah kenalan ya sebelumnya? Soalnya seingat gue, kita gapernah kenalan deh, tapi kok lu bisa tau nama gue ya?" Lanjut Yeri lagi yang pada akhirnya menyerah untuk mencari tahu tentang si pemuda di hadapannya.

"Kim Yerim, Arsitektur 2016, seharusnya Angkatan 2017 tapi karena aksel pas SMA akhirnya jadi Angkatan 2016. Bener kan?" Balas pemuda di depan Yeri sembari memberikan senyuman sombongnya dikala melihat lawan bicaranya ternganga kaget.

Terkejut dengan balasan pemuda di depannya, sontak perempuan berambut panjang ini terbangun dari duduknya dan hendak menjauh dari pemuda aneh yang baru ditemuinya 20 menitan yang lalu.

"Hahaha! Becanda kok becanda!" Refleks pemuda tersebut tertawa dan meraih tangan Yeri dengan tujuan untuk menahannya. "Jangan panik gitu dong Yer! Gue bukan stalker ya hahaha disclaimer dulu."

"Terus lu siapa dong! Kok bisa tau sampai se detail itu, tahu dari mana hah?"

"Buset galak banget nih temennya Jungkook." Kata pemuda itu dengan suara pelannya.

"Jangan bisik bisik gak kedengeran tau! Cepet jawab lu siapa dan tau dari mana kalo gak gue teriak ya biar satu bus kira lu cowok gabener!"

"Heh, pelan ngomongnya jangan teriak-teriak! Gue temennya Jungkook kok serius!"

Yeri yang mendengar balasan dari pemuda tinggi dihadapannya masih belum bisa percaya, ya maksudnya bisa saja pemuda ini bohongkan? Asal sebut nama siapa saja, ditambah lagi Jungkook cukup popular di kampus.

"Gue gak bohong ya, beneran ini serius. Kalo gapercaya yaudah kita kenalan dulu deh, Goo Junhoe, Teknik Mesin 2016. Nice to meet you."

Tanpa Yeri tahu, perkenalan awal yang aneh ini lah yang menjadi awal mula perjalanan keduanya.

Hello! J ; Junhoe - Yeri - JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang