[2] Apa Kabar?

384 74 12
                                    

"Ce?"

"Eh?" Gue tersentak kaget waktu Dery menggoyangkan tangannya depan muka gue. "Iya? Kenapa, Der?"

"Mestinya gua yang nanya." Dery ketawa pelan. "Lu kenapa? Kok abis balik dari toilet langsung diem? Lu gak ngeliat yang aneh-aneh kan?"

"Engga lah, gue bukan anak indigo," jawab gue sambil ketawa pelan. "Gue gapapa kok, cuma perut gue agak sakit aja."

Ekspresi muka Dery langsung berubah pas denger jawaban gue. Cowok dengan rambut yang udah agak panjang itu ngelirik ke arah handphone-nya yang tergeletak di meja, terus kepalanya mulai celingak-celinguk kayak nyari sesuatu.

Belom sempet gue buka mulut untuk nanya, Dery ngeliat gue bentar, beranjak dari kursinya, dan berjalan ke arah kasir setelah bilang, "Lu tunggu sini bentar ya."

Gue ngangguk dan menatap Dery yang sekarang lagi sibuk ngomong sama salah satu waitress yang tadi sempet mencegat gue waktu gue mau masuk toilet beberapa waktu yang lalu. Seinget gue, namanya Chaeryeong.

Oh iya, ngebahas soal toilet, gue jadi inget pertemuan gak sengaja antara gue dengan mantan pacar gue beberapa menit yang lalu.

Gak munafik, Winwin terlihat jutaan kali lebih wah pas gue liat secara langsung. Tubuhnya tinggi dan makin berisi, penampilannya juga oke banget. Pokoknya, Winwin yang sekarang makin plus plus deh.

Tentunya, perubahan yang terjadi pada Winwin berhasil bikin gue pangling. Namun secepat mungkin gue menyadarkan diri untuk gak boleh terlalu kagum supaya gue gak kembali jatoh dan sakit lagi.

"Makasih ya."

Lamunan gue buyar saat gue denger suara Dery dan wangi makanan yang ada di depan gue. Lah, sejak kapan Dery balik? Kok gue gak ngeh?

"Lu kenapa lagi sih, Ce?"

"Gapapa kok, sumpah," kata gue sambil ngambil tissue buat ngelap sendok dan garpu. "Gue cuma kaget aja ngeliat lo udah di depan gue. Kayak setan tau gak sih lo tiba-tiba nongol."

"Makanya jangan bengong mulu. Gak liat kan gua dateng." Ketawa Dery makin menjadi. "Lu ada masalah apa? Cerita sini."

"Gue gapapa, Der."

"Dih, jawabnya gapapa terus," ucap Dery sambil mengaduk-aduk makanan pesanannya. "Gua suka bingung sama cewek. Kenapa suka bilang gapapa padahal sebenernya ada apa-apa?"

Ucapan Dery sukses bikin gue menatap ke arahnya dengan tatapan datar. Pendapat orang lain soal kelakuan anak teknik yang konotasinya negatif lagi-lagi terngiang di kepala gue.

Emang gue gak boleh menganggap semua orang punya kelakuan yang sama karena belom tentu gue ngalamin apa yang mereka alamin. Tapi kalo tindakan Dery sesuai sama kata orang yang gue denger, salah gak sih kalo gue jadi nethink?







INSTAGRAM
dongsicheng started following you.

Gue menghela nafas waktu ngeliat satu notifikasi yang masuk ke handphone gue. Bukan notifikasi 'Gua uda selesai kelas nih' dari Dery atau 'Geprek mozza kuy' dari Yeri seperti yang gue harapkan.

"Tumben udah selesai kelas jam segini?"

Gak perlu mendongak, gue udah tau siapa sosok laki-laki yang baru aja duduk di kursi kosong di sebelah gue. Namanya Xiao Dejun, cowok berkacamata dari jurusan Hubungan Internasional yang punya banyak fans gara-gara sering nyanyi sambil main gitar tiap ada event kampus.

W or H?Onde histórias criam vida. Descubra agora