1. Awal dari segalanya

21 4 5
                                    

Selalu bersama tapi bermusuhan. Mungkin kalian tak akan mempercayai hal ini. Tetapi, kata-kata itu ternyata ada pada diri dua orang gadis.
Dua gadis yang sejak kecil selalu bersama tapi tak pernah akur atau bermusuhan. Walaupun, kedua orang tua masing-masing sangat akur. Mereka bisa bermusuhan padahal keluarga mereka akur? Yap, pertanyaan yang mungkin kalian pertanyakan saat ini. Menjadi orang kaya adalah hal yang sangat menyenangkan. Namun, bagaimana kalau ada orang yang kekayaannya sama seperti dirimu? Untuk laki-laki mungkin bisa saling berteman, tapi untuk perempuan itu adalah permulaan munculnya pertengkaran. Perempuan adalah makhluk yang ingin lebih unggul dari yang lain, apa lagi soal kekayaan, fashion dan kecantikan. Itu lah penyebab mereka bertengkar. Bersaing untuk mengetahui siapa paling hebat, tapi faktanya keduanya selalu seri. Namun, mereka tak pernah mengakuinya. Perempuan memang seperti itu.
.
.
.
Pagi hari yang cukup tenang di sebuah kelas dan di sebuah sekolah SMA. Hanya ada suara burung-burung kecil menyapa dan cahaya matahari menembus jendela.

'Brak'

Seseorang menendang pintu kelas. Yang tadi tertutup, kini pintu itu terbuka. Wajah kekesalan ada pada dirinya. Beberapa murid di dalam kelas benar-benar terkejut. Suasana hening kini menjadi ramai bukan main. Suara tersebut hingga sampai ke kelas sebelah, membuat penghuninya penasaran dan melihat apa yang terjadi. Seorang gadis yang menendang pintu berjalan layaknya seorang jagoan sekolah. Rok biru dan baju putihnya terlihat berantakan, sepertinya dia habis bertengkar. Ia berjalan hingga sampai di bangkunya lalu duduk. Kekesalan masih terlihat di wajahnya. Entah apa yang terjadi padanya, tapi semua murid di kelas menjadi ketakutan. Terkenal dengan omongannya yang menusuk hati, sombong skala akut dan kecantikan yang menyihir banyak pria. Dia adalah Elaxa Albert Scout. Anak dari keluarga Scout yang terkenal dengan kekayaan dan perusahaan yang begitu banyak. Gadis berambut coklat terurai dengan perhiasan yang melekat di tubuhnya itu membuat siapa saja terpana. Anak satu-satunya dari keluarga Scout ini benar-benar luar biasa. Tidak bisa dibayangkan lagi, sering memakai barang-barang bermerek mahal ke sekolah dan apapun yang ia pakai dari kepala hingga kaki semuanya bermerek. Ia juga punya sebuah kelompok di sekolah yang sangat terkenal yaitu Royal. Berisi anak-anak orang kaya yang sombong dan banyak menghamburkan uang. Tak bisa dipungkiri lagi seberapa kaya dia, maksudnya keluarganya. Tetapi, dia punya satu musuh yang tak pernah bisa ia kalahkan. Seorang gadis tomboy yang multi talenta dan memiliki banyak penggemar hingga sekolah lain. Gadis yang memiliki kekayaan sama dengannya, tapi sangat luar biasa. Sekarang, gadis yang menjadi musuhnya kini berjalan masuk ke kelasnya untuk bertemu dengannya. Mereka satu kelas dan satu bangku. Mereka bermusuhan dan satu bangku? Perang dunia ketiga akan dimulai sesaat lagi. Gadis itu mendekati meja Elaxa. Terlihat Elaxa mengatur napas untuk siap melawan.

"Ekhemm." Gadis itu menyiapkan tenggorokannya untuk memulai perang ini. Jangan sampai pita suaranya putus hanya karena perang yang akan ia lakukan dengan Elaxa. Gadis yang sekarang berhadapan dengan Elaxa menatapnya sinis. Sebelum memulai perang, kita perkenalkan dulu gadis ini. Terkenal dengan sifatnya yang tomboy, multi talenta, menarik perhatian banyak orang dari laki-laki hingga perempuan, cantik dan juga tampan--perpaduan yang sangat epik--, memiliki banyak penggemar hingga sekolah lain. Dia adalah Ellata Andora Skovia. Gadis berambut coklat yang dikuncir dan tubuh yang cukup atletis untuk seorang perempuan. Anak satu-satunya dari keluarga Skovia. Kekayaan melekat pada hidupnya, tapi dia jarang menggunakan barang bermerek di manapun dia berada. Musuh bebuyutan dengan Elaxa sejak mereka duduk di bangku taman kanak-kanak.

Kita kembali ke peperangan mereka yang akan dimulai. Keduanya sudah siap mengeluarkan kekuatan mereka. Dengan tatapan serius mereka akhirnya mengeluarkan suara mereka yang melengking dan kencang hingga terdengar sepanjang lorong sekolah.

"Elaxa!"
"Ellata!"

Semua orang yang mendengarnya langsung terkejut dan menyelamatkan telinga mereka dari kehancuran gendang telinga. Setelah mengeluarkan suara sangat kencang, mereka bernapas terengah-engah. Kelas lain yang mendengar suara melengking mereka pun berdatangan ke kelas mereka. Mereka ingin mengetahui kelanjutan dari perang yang terjadi pada keduanya. Ini bukan lah perang dingin tapi perang panas. Entahlah, apakah kata-kata itu cocok untuk keadaan ini.
Tiba-tiba satu tamparan melayang di pipi mulus milik Ellata. Hanya ada satu orang yang berani menampar wajahnya dan itu pasti Elaxa. Tidak akan ada yang berani memukul juara satu taekwondo dan karate, kecuali Elaxa. Karena kekesalan sudah memuncak hingga otak. Tanpa pikir panjang, Ellata membalas pukulan Elaxa. Namun, pukulan itu bukan mendarat di pipi tapi di tangan cantik dan putih milik Elaxa hingga meninggalkan bekas bentuk tangan berwarna merah. Semua yang melihat peperangan itu sangat terkejut. Walaupun, mereka sering melihat keduanya bertengkar tapi tak pernah ada pertengkaran saling memukul.  Baru pertama kalinya mereka melihat keduanya saling memukul. Pertengkaran itu terus berlanjut, mereka melanjutkannya dengan menarik rambut, memukul bahkan menggigit lawannya. Pertarungan itu menghabiskan beberapa menit. Di saat pertarungan masih berlangsung, seorang guru yang akan mengajar masuk dan melihat pertarungan itu. Dia terkejut lalu mendatangi kedua gadis itu sambil membawa sebuah buku tebal. Dia kemudian memukul kedua kepala gadis itu.

"Kalian bisa tidak bertengkar sehari saja?!" Mereka terdiam seraya menundukkan kepala karena takut.

"Kalian ke UKS sana. Lihat luka-luka itu," ucap sang guru sambil menunjuk bagian-bagian tubuh yang terluka di tubuh mereka. Kedua gadis itu menurut dan pergi ke UKS bersama.

Di perjalanan, mereka sedikit adu mulut dan saling mencaci maki. Sesampainya di UKS, keduanya memasuki ruangan berbau obat dan lavender itu. Di sana terdapat seorang gadis tengah merapikan obat-obatan yang berserakkan di meja. Perlahan mereka berjalan menghampiri gadis itu dan menepuk pelan bahunya. Dia menoleh dan tersenyum, lalu kaget karena luka memar yabg terdapat pada tangan, wajah dan bahu mereka. Rambut mereka juga berantakkan.

"Kalian habis bertengkar?" Kedua orang itu mengangguk pelan.

"Kemari, duduklah di sana. Aku akan mengobati luka kalian," ujar gadis itu sambil mengambil kotak P3K. Elaxa dan Ellata pun duduk di bangku sambil menahan kesakitan. Gadis itu pun datang dan mengobati luka mereka. Dia mengusap luka dengan tisu, memberi obat tetes, dan menempelkan plester.

"Terima kasih, Lucia," ujar mereka berdua bersamaan. Gadis bernama Lucia itu tersenyum sembari berdiri dan berjalan pergi untuk menaruh kotak P3K. Dia kembali menghampiri Elaxa dan Ellata yang masih duduk dengan plester yang tertempel hampir seluruh lengan mereka. Lucia menyisiri rambut mereka bergantian.

"Sudah selesai. Kalian boleh kembali ke kelas." Elaxa tersenyum dan pergi terlebih dahulu ke kelas. Sementara itu, Ellata masih duduk di bangku dan terdiam.

"Kau kenapa? Sudah pergi saja ke kelas." Lucia tersenyum, tapi dia juga sedikit khawatir dengan temannya ini.

"Aku tahu, kau takut di marahi dan di cap jelek oleh Bu Caterine. Tetapi, itu semua kan ulah kalian." Ellata menatap Lucia lama lalu beranjak pergi dari UKS. Lucia yang mengetahui arti tatapan itu hanya tersenyum dan kembali pada kegiatannya. Ellata dan Elaxa sudah kembali ke kelas dan mulai belajar.
.
.
.
Siang hari, bel pulang berbunyi. Semua murid membereskan peralatan mereka dan merangkul tas lalu pergi. Elaxa masih saja duduk dan memainkan ponselnya. Sedangkan Ellata, dia sedang mengecek tasnya takut ada barangnya yang hilang, setelah itu dia merangkul tas dan berjalan meninggalkan Elaxa di kelas. Elaxa yang merasa sendirian langsung berlari keluar kelas sambil membawa tasnya.

Di depan gerbang, Ellata sudah di jemput oleh supir pribadinya, dan dibelakang mobil Ellata terparkir mobil Elaxa. Ellata baru akan masuk, Elaxa berteriak dari kejauhan. Ellata langsung menoleh ke arah gadis mungil itu yang tengah berlari menuju mobilnya. Elaxa bernapas terengah-engah sambil memegangi pintu mobilnya. Sang supir membukakan pintu dan Elaxa pun masuk. Ellata bergeleng sesaat lalu masuk ke mobilnya. Mobil mereka berjalan beriringan. Karena rumah mereka yang bersebelahan, mobil mereka pun berjalan berdampingan.

Sesampainya di rumah masing-masing keduanya turun dari mobil. Terlihat rumah yang megah dengan air pancur yang berada di tengah-tengah halaman. Rumah mereka hampir mirip, hanya saja dekorasi rumah dan bunga-bunga di halamannya berbeda. Mereka berdua memasuki rumahnya masing-masing dan beraktifitas seperti biasa.

Namun, karena mereka sering bertengkar kedua orang tua mereka mengusulkan agar mereka jalan-jalan berdua pantai dikarenakan pantai adalah tempat kesukaan mereka berdua.

Apakah mereka setuju atau tidak? dan apakah yang akan terjadi?




Terima kasih sudah membaca cerita ini. Jangan lupa Vote dan Komennya.

SEE YOU!

♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

Elaxa dan EllataWhere stories live. Discover now