Prolog

4.7K 526 34
                                    

Sampai sekarang pun, masih sulit untuk menerimanya.

Bagaimana bisa semua ini nyata.

Perkataan 'orang itu' sungguh konyol, diluar logika.

Tapi, setelah semua yang dilihat dan dialaminya, mampukah (Name) untuk tak memperdulikannya?

(Name) sudah terlanjur untuk sangat mencintai mereka semua tanpa sadar.

Tidak, (Name) memang telah mencintai mereka secara sadar, namun (Name) terus menyangkal itu.

Semakin mencintai, maka semakin sakit juga tak keberadaan mereka.

Hati (Name) berteriak untuk tak meninggalkan mereka. Tapi memangnya bisa (Name) bersama mereka hanya karena ingin?

"Aku..."

(Name) tak hanya ingin melihat epilog happy end Kim Dokja saja.

Ia juga ingin bersamanya, dengan semuanya. Berbagi suka dan duka seperti yang sudah berlalu.

Tetapi semuanya sudah berakhir.

Bukan manusia kalau tidak egois. (Name) tak bisa menerima semua ini. Ia tidak sanggup.

"Maafkan aku yang seenaknya. Maafkan aku... Sungguh... Maaf... Tapi kumohon... Jangan lupakan aku.... Kumohon... Aku tak ingin sendiri. Jangan tinggalkan aku"

Semua sudah mencapai epilog, yaitu end yang sebenarnya.

(Name) tak bisa mengulang waktunya dan mengubah yang telah ditetapkan.

Keberadaannya yang merupakan probabilitas yang mustahil haruslah dihapuskan.

End Prolog

It's Real? [Omnicient Readers Viewpoint x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang