CMP [11]

703 78 3
                                    

Aku turun dari mobil, memperhatikan rumah besar di hadapanku. Cat berwarna putih tampak mengkilap terkena sinar matahari, rumah ini tak pernah terlihat tua meskipun sudah lama ku tinggalkan.

Hari ini untuk pertama kalinya lagi, aku menginjakan kaki ku di rumah masa kecilku yang gelap dan suram ini. Tempat yang dulu menjadi saksi bisu aku berubah menjadi iblis karenanya.

Setelah kemarin berdiskusi bersama Ge, dengan hasil akhirnya aku akan mengembalikan data-data perusahaan pria tua itu. Ku lakukan ini berharap Lucas akan selamat.

Beberapa penjaga sudah mempersilahkanku masuk. Mereka membukakan pintu untukku, dan kembali aku disambut oleh beberapa pelayan yang berjajar di sisi kanan maupun kiri ku.

Aku melihat ke sekitar seperti kembali ke masa lalu. Tepat di ruang tengah ini untuk pertama kalinya aku menghabisi seseorang tanpa ampun. Menjadi iblis yang sangat kejam dan tak mempunyai belas kasihan di umurku yang masih kecil saat itu.

Saat tengah memperhatikan rumah ini perhatianku tertuju pada sebuah foto keluarga yang dipajang di tembok dengan ukuran besar.

Di dalamnya terdapat seorang anak kecil yang tersenyum polos. Duduk diantara pasangan suami-istri. Mereka tampak seperti keluarga bahagia.

"Sedang bernostalgia, son?" suara seseorang menginterupsi lamunanku.

Aku menatapnya datar, dia tersenyum culas ke arahku. Dia pria yang sama yang ada didalam foto itu. Menunjuk ke arah sofa menyuruhku untuk duduk.

"Ada apakah sampai anakku datang setelah bertahun-tahun lamanya?" kembali dia bersuara.

"Lepaskan Lucas."

"Maksudmu, son?" bingungnya berpura-pura.

"Kukembalikan data-data perusahaanmu asalkan kau melepaskan Lucas dari incaranmu." jelasku.

Dia tergelak tawa. Aku masih menatapnya datar dan dingin.

"Seorang kakak yang sangat romantis." gumamnya.

Dia menyilangkan kakinya ke kaki satunya sambil menyilangkan pula tangan di depan dadanya.

Aku tersenyum remeh padanya. Dia nampak bingung meskipun tidak terlalu memperlihatkan. Para bawahannya sudah sejak tadi berdiri di belakangnya tentu saja untuk menjaga dia.

"Aku tidak menyangka. Seorang Marcello Dominic yang agung bisa bercinta dengan seorang jalang."

"Jaga perkataanmu." marahnya.

Wajah keangkuhan tadi tergantikan oleh ekspresi kemarahan. Dia menyimpan kedua lengannya di lengan sofa dan mengepal kuat.

Oh ho! Temperamen marahnya masih ada ternyata. Jika begitu, akan mudah bagiku untuk mempermainkannya.

"Tapi itu kenyataannya, bukan? Aku tidak menyangka kau yang seperti ini. Tuan besar Marcello Dominic. Pengusaha sukses. Mafia terkenal diberbagai benua. Bisa bercinta dengan seorang jalang dan mempunyai anak?" suaraku.

Pria itu tersenyum culas. Kemarahanya begitu cepat mereda. Sialan.

"Terserah kau ingin berbicara apa, son. Tapi yang pasti Papa tidak akan melepaskan 'adik kesayanganmu' itu." balasnya.

Aku berdiri dari dudukku, melempar flashdisk yang waktu itu Josh berikan padaku.

"Itu yang kau inginkan, bukan? Setelah ini menjauhlah dari kehidupanku dan Lucas." kataku dengan marah.

Dia berdiri menyimpan flashdisk yang kulempar dibalik jasnya. Menghampiriku dan menatapku dengan lekat.

"Kau menjadi berbeda sekarang. Dimana iblis yang yang kuciptakan dulu?"

Criminal Meet Psychopath [COMPLETE]Where stories live. Discover now