PART 1

4 0 0
                                    

Perlahan mataku terbuka, aku bangun dari ranjangku. aku menyadari tubuhku ditutupi oleh badcover biru muda milikku, aku memalingkan pandanganku pada pintu kamarku yang terbuka. Dan terlihat seorang gadis seumuranku, yang memegang napan berisi semangkuk bubur dan segelas susu hangat. Ia tersenyum padaku, dan mengelengkan kepalanya, lalu mendekatiku dan duduk disamping ranjangku.
“syukurlah, lo udah sadar, Na.”ujarnya dengan raut wajah penuh syukur. Dia Renata Arelya Wijaya sahabatku sejak  kelas 2 SMP. Dia yang selalu ada disaat kubutuhkan dan pengganti dia.
Aku hanya tersenyum menanggapinya. “lo makan dulu ya, Na. gue udah buatin bubur panas buat lo,dan susu hangat kesukaan lo.” Ucapnya, sambil memberikan napan itu padaku, aku menerimanya dan mulai memakannya.  Aku melahapnya dalam diam, “Na, maafin gue yah, karna telat datang saat lo butuh gue.”ucapnya dengan kepala tertunduk dan merasa sangat bersalah. Aku berhenti sejenak dan memindahkan napan itu ke meja disampingku. Aku memegang tangannya dan perlahan Renata mengangkat wajahnya, dan air matanya sudah luruh. Aku mengelengkan kepala menandakan jika ia tak perlu menangis karna ini bukan salahnya. Ia memelukku erat dan aku balas memeluknya. “maafin gue, Na.” dengan suara parau. Aku melepaskan pelukannya dan tersenyum manis padanya dan menghapus air matanya. Ia balas tersenyum padaku.

***

Setelah makan tadi , sekarang aku berada didepan jendela kamarku sambil menatap kosong kearah luar  jendela, aku menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Aku masih memikirkan hal yang beberapa jam lalu aku alami. Bayangan tentang kejadian itu terngiang kembali saat hujan, membuatku semakin membenci tangisan langit itu. “ mau sampai kapan lo bisu, Na? hujan udah berhenti kali.” Ucap seseorang dibelakangku, yang tak lain adalah Renata. Gadis itu memang sudah hafal tentang diriku. Ya, memang seperti itulah aku selalu seperti ini sehabis hujan. Aku akan diam membisu dan tak mengeluarkan sepatah kata pun sampai hujan itu benar-benar usai. Aku juga tak tahu mengapa. Aku berbalik, dan tersenyum hangat padanya. Tak lama kemudian, pintu kamarku terbuka dan terlihat sosok wanita paruh baya dengan raut wajah khawatir dan napas yang tak beraturan. “Rein, sa..yang. kamu baik-baik saja kan, nak?  bunda sangat khawatir padamu. Maafkan bunda, yang terlambat pulang.” Ucapnya dan langsung memelukku. Wanita ini adalah seorang yang sangat berharga dalam hidupku, dia adalah  ibuku. Hanya dia yang kumiliki sekarang dan Renata sahabatku yang sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri. “iya, bun.. Rein baik-baik aja. Kan ada Renata.” Ucapku setelah lama tak bersuara sejak hujan tadi. Renata tersenyum padaku, saat-saat seperti inilah yang kusukai,orang-orang yang kusayang berada didekatku dan peduli padaku. “ terima kasih yah, Renata.” Ucap mama dan menarik Renata untuk bergabung bersama kami. “sama-sama, bunda.” Ucapnya dan kami larut dalam pelukan hangat di kala senja.

                       💧💧💧

#Next?😊

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang