Prologue

114 19 1
                                    

Namjoon mengusap matanya seraya tak percaya apa yang dipandangi nya saat ini. Rutinitas dipagi harinya tiba-tiba tak bisa ia laksanakan seperti biasanya. Seseorang ada dirumahnya, sedang berdiri di depan bar dapur sambil menengok kearah kanan dan kiri seperti orang yang kebingungan.

Siapa? Kenapa ia bisa ada disini?

"SIAPA KAU???" Teriak Namjoon dan sosok lelaki yang tadinya sedang menatap bingung kearah persediaan bahan makanan yang ada didapur milik Namjoon langsung memekik kaget karena lengkingan suara Namjoon yang cukup mendengung di telinga.

"Bagaimana bisa kau masuk ke rumahku!!??" Tanya lagi Namjoon dan kini menghampiri lelaki berbaju putih dengan rambut yang menutupi hampir sebagian matanya. Lelaki itu berkacak pinggang, "Rumahmu? Excuse me, anak muda jaman sekarang memang tidak tahu sopan santun! Sejak lama ini adalah rumahku! Walaupun tampilannya sudah berbeda, ini tetap rumahku!! Rumahku!" Balasnya, mengotot.

Namjoon berada tepat didepan tubuh lelaki asing itu sambil berdecak kesal, kemudian ia mencengkram tangan lelaki itu dan menyeretnya pergi ke depan pintu rumahnya. Lelaki itu menatap bingung, "eh?" gumamnya dalam hati dan sedetik kemudian ia langsung meronta-ronta meminta Namjoon untuk melepaskan cengkraman tangannya yang sangat kuat itu.

"Lepaskan! Tidak sopan!! Apa maksudnya ini, Kau menyakiti lenganku! Anak muda sialan, Ini rumahku!" Teriak lelaki berbaju putih ini sambil memukul lengan Namjoon dengan tangannya yang satu lagi namun Namjoon hanya mengacuhkannya bahkan menganggapnya orang gila.

Namjoon membukakan pintu rumahnya lalu mendorong lelaki itu ke luar rumahnya dengan kasar dan membanting pintunya. Sial, Hidupnya sudah terlalu rumit, Sekarang ada orang asing yang mengaku-aku kalau ini rumahnya. Namjoon mendengus kesal dan berjalan ke arah dapur untuk mengambil secangkir kopi.

Saat sedang asik bersiul, Namjoon merasakan ada hembusan angin yang berhembus didaerah lehernya, padahal ia ingat bahwa ia belum membuka jendela rumahnya hari ini. Namjoon menghela nafas sambil memejamkan matanya.

"....... Wah, apa ini adalah tekhnik membuat racikan kopi zaman kini? Waahhh menakjubkan!"

Namjoon membalikkan tubuhnya kearah sumber suara yang baru saja memuji soal mesin kopi dan ia langsung membuka matanya lebar-lebar kala melihat lelaki yang baru saja ia seret keluar rumahnya kini berada tepat di sampingnya sambil menatap takjub kearah mesin kopi.

Seingatnya, ia sudah mendorong paksa tubuh lelaki asing itu dan bahkan mengunci pintu rumahnya setelah ia membanting keras pintu rumahnya. Lalu bagaimana caranya dia masuk kerumah ini?

Namjoon tak bisa membuka suaranya dan terpaku sambil menatap sosok lelaki itu. Rambutnya sedikit terbang seperti terhembus angin dan wajahnya sedikit merona juga mungil namun pipinya tembam sekali, manis batin Namjoon.

"Apa yang kau lakukan disini? Aku sudah mengusirmu!" Ujar namjoon tegas menatap sosok lelaki itu yang masih sibuk menatap mesin kopi yang sedang mengeluarkan air kopi yang tumpah kedalam cangkir. Lelaki itu hanya tersenyum lalu menatap Namjoon, "Aku kan sudah bilang, ini rumahku!" jawabnya kekeuh.

Namjoon makin mengerutkan dahinya, "Aku tak mengerti maksudmu" balas Namjoon. Lelaki itu menghela nafas lalu menunjuk satu piano besar di ujung rumahnya yang ditutupi kain putih besar, "Piano itu! Itu milikku!" kata lelaki manis itu sambil mengembungkan pipinya.

Namjoon menatap lelaki itu sambil tertawa tak percaya, "Bodoh, sejak aku membeli rumah ini piano itu sudah berada disini. itu milik pianist yang pernah tinggal disini dan dia meninggal diusia yang ke 23, bagaimana kau bisa mengakui bahwa piano itu adalah milikmu?" kata Namjoon sambil terbahak tapi lelaki dihadapan Namjoon justru terlihat tersenyum lirih,

"Sudah terkenal sampai zaman ini ya?" lirihnya.

Namjoon mengangkat sebelah alisnya, "maksudmu?"

"Hey bocah, kalau tidak percaya buka saja sendiri kain penutup piano itu. di tuts Do , Mi, dan Sol ada inisial namaku! juga di dekat merk piano itu, ada tanda tanganku dan juga wajah tersenyum yang aku coret dengan spidol berwarna biru dan pink!" tantang lelaki itu kepada Namjoon. Namjoon menatap lelaki itu kembali dan kali ini ia mendapati raut wajah lelaki itu dengan tatapan serius, tak ada tanda-tanda kebohongan yang tersirat di matanya.

Namjoon mendecak, "Baiklah, jika kau hanya meracau tak jelas tolong tinggalkan rumah ini dan jangan pernah kembali!" katanya dan ia langsung berjalan kearah piano itu diikuti dengan lelaki itu yang mengikut dibelakangnya.

Namjoon segera membuka kain penutup piano itu dan meniup debu kecil yang ada disana sebelum ia membuka penutup tuts piano tersebut. Dan betapa kagetnya saat ia mendapati fakta bahwa perkataan lelaki itu seratus persen benar adanya.

K . S . J juga tanda tangan dengan emotikon senyum di sebelahnya. Lelaki itu tersenyum puas dan menatap Namjoon dengan riang. "Sudah kubilang, piano ini milikku!" kata lelaki itu. Namjoon langsung menatap lelaki itu sambil mengedipkan mata beberapa kali,

"Siapa kau ini sebenarnya?" Tanya Namjoon dan kali ini intonasi suaranya sangat pelan. Lelaki disebelah Namjoon tersenyum menyipitkan matanya,

"Kim Seokjin, Pemilik piano sekaligus pemilik rumah ini jauh sebelum dirimu berada." jawabnya dan Namjoon seketika memejamkan matanya dan berharap ini semua mimpi karena sejak tadi yang ia ajak bicara bukanlah manusia biasa, melainkan arwah penasaran dari sosok pemilik rumah yang sekarang ditempatinya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 18, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Your WishWhere stories live. Discover now