Prolog

40 13 17
                                    

Halo guys....

Aku bawa cerita baru lagi:v
Cerita ini aku ikutkan dalam proyek menulis 100 day oleh  KLPI_Official

Dukung selalu dan share if you like this story:)

Selamat membaca ....

Selamat datang di rumah:')

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

-Welcome Home-

Prang!

Gadis kecil itu menutup kedua telinga, menggunakan tangan mungilnya. Suara pecahan benda itu, terdengar sangat nyaring menusuk indra pendengarannya.

"Saya sudah bilang sama kamu, tidak usah ikut campur urusan saya!" teriak seorang laki-laki paruh baya. Rahangnya mengeras, matanya melotot, dan tangan yang terkepal merupakan pertanda bahwa lelaki itu sedang marah.

"Kenapa? Karena perempuan jalang itu?!" balas seorang wanita dengan nada suara yang tidak kalah keras.

Telunjuk lelaki itu terangkat lurus ke arah wanita itu, "jangan panggil dia dengan sebutan itu!"

"Dia pantas dengan sebutan itu!" cetus Wanita itu, "Kenapa kau selalu membelanya? Tidak sadarkah kau? Dia sudah merusak keluarga kita!"

"Dia tidak salah! Sudah takdirnya keluarga kita seperti ini!"

"Tidak usah menyalahkan takdir, kalo tidak ada wanita jalang itu, keluarga ini akan tetap baik-baik saja!"

Plak!

Satu tamparan mendarat mulus di pipi wanita itu. Bekas merah menjejak di kulit  putihnya. Matanya berkaca-kaca, menahan perih yang menjalar di wajah dan hatinya. Sedangkan lelaki itu? Ia bersikap biasa saja. Seolah tamparan bukanlah hal kejam yang ia lakukan.

"Sudah saya peringatkan, jangan panggil dia dengan sebutan jalang!" ucapnya, lalu melenggang meninggalkan rumah itu.

Gadis kecil itu berlari ke arah ibunya, dengan wajah yang sudah berlinang air mata. Tindakan kasar sang Ayah, sudah terekam jelas dalam ingatannya. Jahat, satu kata yang ia simpulkan dari Ayahnya.

"Bunda ...," lirih gadis itu, ikut duduk di depan sang Ibu yang sedang terduduk lemah memengang pipinya yang memanas.

"Bunda kenapa nangis ... hiks," gadis itu ikut terisak saat mendengar isakan sang ibu.

Wanita itu menatap wajah sang putri, wajah cantik itu sangat mirip dengan wajah Ayahnya. Wanita itu menyeka air matanya, ia juga menghapus air mata putrinya dengan lembut menggunakan ibu jarinya.

"Bulan kenapa nangis?" tanya pada gadis kecil itu.

"Ayah jahat, Bulan benci sama Ayah!"

Senyum wanita itu terangkat, Bulan tau itu hanya sebuah senyum palsu.

"Gak boleh gitu sayang, Bulan kan anak pintar. Gak boleh benci sama ayah," tutur wanita itu lembut.

Gadis kecil itu menggeleng kuat, "Gak! Ayah jahat, Ayah kasar sama Bunda! Bulan benci sama Ayah!"

Luna menarik Bulan ke dalam pelukannya, keduanya terisak bersama. Seolah mengeluarkan semua kepedihan yang mereka rasakan. Luna menangis, bukan karena perihnya tamparan itu. Bukan juga karena bentakan sang suami. Ia menangis karena merasa gagal, gagal menjadi orang tua yang baik untuk Bulan. Anak kecil berusia enam tahun itu harus menyaksikan pertengkaran mereka setiap hari. Ia kasihan pada Bulan, luka yang di alami Luna, tidak seberapa dengan luka yang akan diterima Bulan.

"Bulan benci hiks ... Bulan benci Ayah, Bulan juga benci wanita jalang itu!" lirih Bulan, mengikuti ucapan sang Ibu yang menyebut wanita itu dengan sebutan jalang.

[ To Be Continue ]

Segitu dulu prolognya....

Jangan lupa tap-tap bintang di pojok kiri

Kritik dan saran juga sangat diperlukan untuk membangun cerita ini.

See you next chapt👋

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Welcome HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang