ㅡ✿ฺㅡ

931 124 48
                                    

Wajahnya tersenyum, memandang wajah sang kekasih yang menatapnya penuh tanda tanya. Manik kelabu yang beradu pandang dengan manik [e/c], terlihat berkilat di bawah sinar lampu.

"Aku tidak bisa memberimu apa pun... Aku tidak memiliki apa pun... Sedangkan kau memiliki banyak hal. Kau bisa mendapat yang jauh lebih baik dari diriku," ujar sang gadis.

Raut lelahnya kian kentara, rasa sakit mendominasi ekspresinya, rasa sedih, juga amarah. Amarah yang tak pernah, dan tak akan pernah mampu ia lampiaskan pada orang terkasih.

"Kenapa? Kenapa berpikir begitu? Kau pikir aku tidak membutuhkanmu? Memangnya aku punya apa?" Suara lelaki itu kian lirih, kedua maniknya bergetar, menahan tangis yang dirasanya akan sia-sia saja bila keluar.

Sang gadis menggeleng pelan, menorehkan senyum yang sama dengan tubuh yang sedikit bergetar. "Teralu banyak yang kau miliki dibanding diriku. Percuma saja kau bersamaku, percuma saja kau memilikiku. Kau akan membutuhkan hal lebih, hal yang tak bisa kau dapatkan hanya dengan memilikiku."

"Aku tidak butuh yang lain... Kau adalah alasanku melakukan semua ini... Lalu kau mau pergi meninggalkanku... Begitu saja?"

Dada kirinya menyesak. Mendengar pernyataan yang seharusnya terdengar amat manis, pernyataan yang membuatnya bersyukur telah dilahirkan di dunia, pernyataan yang menjadikannya wanita paling bahagia. Sekali lagi ia hanya menggeleng.

"Kau hanya menghabiskan waktu dengan percuma bila bersamaku... Ada perempuan lain yang lebih pantas mendampingimu." Tidak. Bukan. 'Aku hanya mengatakan fakta, sekalipun aku tak ingin mengakuinya.'

"Omong kosong macam apa itu? Apa yang membuatmu berpikir seegois itu, [Name]?" Suaranya kian parau, nadanya meninggi menahan amarah penuh kesedihan. "Karena Kana-san? Karena selalu dilanda perasaan insecure?" terka Osamu.

Tiba-tiba suaranya memberat. "Atau jangan jangan kau masih teringat mantanmu itu?" Tangannya mengepal kuat di sisi tubuh. "Karena aku tak mau menyetubuhimu? Lantas kau ingin berbalik padanya yang bisa membuatmu jauh lebih bahagia?"

Matanya membulat, reflex menoleh pada sang kekasih dengan gelengan cepat. "Bukan! Bukan begitu! Ini semua murni kesalahanku! Aku sadar kalau aku tak bisa mendampingimu dengan baik. Aku tidak bisa terus merepotkanmu, Osamu!" Tangisnya meruah. "Sama sekali bukan karena orang lain, atau karena dirimu sendiri." Kakinya melemas, jatuh berlutut di hadapan lelakinya. "Ini salahku... Semua salahku!"

Osamu menutup mulutnya, mengalihkan pandang seraya terus menahan isak. "Tak perlu berbohong, aku pun tahu." Sebisa mungkin ia atur pernapasannya. "Sejak awal, aku lah yang memaksamu untuk pacaran denganku... Aku terus berusaha membuatmu bahagia bersamaku... Tapi sepertinya aku gagal? Dari awal ini semua salahku."

Raga itu berbalik, berjalan kecil menjauhi sang gadis yang kini telah sesenggukan termakan emosi. Emosi yang ia ciptakan sendiri dengan segala rasa bersalah dan sesal.

"Terserah, kau ingin bagaimana. Jika mantanmu bisa membuatmu lebih bahagia, maka pergilah," ujarnya dengan nada parau yang dingin. "Padahal aku ingin melamarmu... Sebentar lagi..." lanjutnya dengan amat lirih sebelum menghilang dari padangan sang gadis.

🍙

[200824]

A.N

Aw aw awwww akhirnya aku post! Fyi ya, jd FF ini aku buat. Bisa dinilang FF ini versinya Osamu dr "Reconvening | Kageyama Tobio". Ada beberapa scene yg mungkin akan sama, tapi konfliknya jelas akan berbeda.

Hayo, yang kemaren minta FF Samu... Dukung aku terus yaa~ Arigatou~ mwah!

Lot of love,

Alyhani

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 04, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Howler | Miya OsamuWhere stories live. Discover now