Cry Baby

4.4K 472 82
                                    

"Hhhhh, Kenapa bisa sampai sakit begini?"

Keempatnya terdiam dan menunduk.

"Kalian ingat, mulai lusa depan jadwal Red Velvet akan padat lagi." Tegur oppa manager.

"Kita tidak mungkin membawanya, kan?" Tanya sang manager untuk menyakinkan.

"Kita kembalikan saja pada eommonim."

"Tidak!" Irene menolak keras saran Joy.

"Kenapa begitu? Apa kalian ingin membahayakannya?"

"Aku setuju dengan Joy." Kata seulgi.

"Tidak ingatkah,kalian? Eommonim menitipkan Yerim pada kami." Ujar Wendy pelan.

"Kita tidak punya pilihan lain."

"Tidak, Seul. Yerim harus tetap, ada di dekat kita." Irene menolak keras.

"Kita hanya akan membuatnya berada dalam bahaya, unnie."

"Kita bisa mencari cara lain? Kau tau sendiri, Yerim juga tidak bisa jauh dari kita." Wendy menyela.

"Tidakkah kita terlalu egois?" Tanya Joy. "Tidakkah kalian berpikir? Dari awal mengambil keputusan merawatnya juga sudah salah?"

"Joy? Kau ini kenapa!? Bukankah kita telah sepakat untuk itu?" Hardik Irene tidak senang.

"Ya, unnie. Tapi semakin dipikirkan. Kita tidak bisa terus bersamanya seperti ini."

"Terserah kalian saja! Kalau begitu, biar aku yang merawat Yerim!"

"Unnie? Kau juga terlalu egois. Kita kembalikan saja pada eommonim dan semuanya akan baik-baik saja."

"Aku, bilang Tidak. Tidak, Seul..!"

"Hey, tenanglah.. kenapa malah ribut-ribut begini?" Manager oppa menengahi.
"Kita ambil jalan tengahnya saja." Saran lelaki itu kemudian.
"Yerim memang harus kita kembalikan ke ibunya untuk sementara waktu."


🍼


Baby sempat muntah dan menolak makan apapun dari tadi pagi. Dia sedang tidak ingin melakukan apa-apa. Tidak bisa bergerak bebas atau digendong sama eonniedul membuat Yeri sangat ngambek. Atau lebih tepatnya merajuk.

Yeri sudah terbangun lagi sejak setengah jam yang lalu. Irene baru saja menggantikan popok baru untuknya dan memberinya pakaian hangat. Tidak lupa memberi salep pada bagian tubuhnya yang memar terutama di bagian pipinya.

"Yerimmm... Jangan buat unnie khawatir lagi, ya?"

Yeri tidak menjawab apapun. Dia menatap unnie-nya sebentar, dan merentangkan tangan mungilnya. Minta digendong dan dibawa jalan-jalan seperti biasa.

"Tidak, sayang. Yerim harus banyak istirahat dulu. Oke?"

"Maaa~" rengeknya.

"Yerim. No~ No~" Wendy kasihan padanya. Sehari-hari, bayi ini selalu digendong dan dibawa jalan-jalan disekitar apartemen. Namun tidak dengan saat ini. Yeri sedang sakit, tubuhnya pasti sangat lelah, dan kembali jarum itu harus menancap di lengan mungilnya.

"Dyy~!" Mengulurkan tangannya juga pada Wendy.

Yeri sangat bingung, mengapa kakak-kakaknya tidak ingin menggendongnya seperti biasa. Apakah karena dia sedang sakit dan mereka takut tertular? Apakah unnie-unnienya jijik dengannya?

𝑩𝒂𝒃𝒚 𝒀𝒆𝒓𝒊𝒎! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang