Chapter 20 - Perubahan Yang Tak Disadari

5.2K 1K 268
                                    

Jam tujuh malam akhirnya mereka sampai di apartemen. Gila aja, pesta pernikahaan yang dihadiri oleh tante serta paman Brian berlangsung dari pagi sampai sore, gak heran sih soalnya acara resepsi langsung diadakan di hari yang sama.

Karena kelewat lelah, Faresh langsung merebahkan diri di atas tempat tidur setelah selesai mandi dengan waktu sepuluh menit. Bodo amat kalau sekarang belum terlalu larut, Faresh pokoknya mau molor apapun yang terjadi.

Baru beberapa menit si manis bergelung di balik selimut, memejamkan mata lalu hendak berlayar ke alam mimpi, namun sepertinya rencana yang udah matang itu harus sedikit tertunda karena suara gedebak gedebuk yang terdengar dari luar.

Kening Faresh mengernyit gak nyaman tapi masih enggan membuka mata, berharap supaya bunyi bising barusan akan segera berlalu. Namun bukannya menghilang, makin lama suara layaknya langkah kaki itu terdengar makin jelas. Faresh makin bingung dibuatnya, masa iya ada orang yang lagi nari buat ritual voodoo malem malem gini?

BRAKK!

Faresh bahkan sampai terlonjak dari posisi tidurnya, refleks duduk lalu natap ke arah pintu dengan ekspresi kaget yang terpasang di paras cantik tersebut. Awalnya Faresh kira ada maling yang menyusup masuk ke dalam apartemen, si burik udah masang pertahanan diri dan siap mempraktekkan tektik kuda kuda yang dia pelajari semasa sekolah.

Namun begitu ngeliat siluet Brian yang berdiri di ambang pintu, ketakutan Faresh langsung hilang seketika. Dengan tingkah yang bukan Brian banget, sosok astral tersebut berlari mendekati yang lebih muda, naik ke atas tempat tidur lalu meluk Faresh dengan erat sembari menyembunyikan wajah di dada si manis.

"K-kak?" Faresh tentu kaget dong, alasan paling logis yang berada di kepalanya adalah 'mungkin Brian masuk ke mode little space'.

"Faresh~ kamar Abin gelap, takut."

Tuh kan bener, sindromnya Brian kumat. Lelaki tampan tersebut makin mengeratkan pelukan ke tubuh mungil Faresh, bahkan Barian gak segan melingkarkan kaki di pinggang ramping si koala.

Padahal Faresh masih kemusuhan sama Brian mengingat gimana dirinya yang ditimpa tadi siang, tapi karena yang dihadapannya sekarang adalah Abin, jadinya yaudah, rasa keselnya dipendam dulu.

Kekehan lucu terdengar dari bibir Faresh, udah cukup lama dia gak ketemu sama Abin, lumayan kangen juga sih jadinya.

Dengan lembut dan keibuan, Faresh langsung mengusap bagian belakang kepala Brian seolah mengatakan bahwa gak ada yang perlu ditakuti.

"Kak Abin gak usah takut, kan ada Faresh di sini."

Masih dalam pelukan Faresh, Brian pun mengangguk patuh.

"Faresh, Abin boleh tidur di sini?"

━━━━━━━━━ ✎ ━━━━━━━━━━
l i t t l e  s p a c e
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Perlu waktu selama satu jam sampai bisa ngebuat Brian a.k.a Abin terlelap. Wajah polosnya ngebuat Faresh tersenyum kecil. Entah apapun ekspresi yang Brian pasang, pemuda kelahiran Agustus itu akan tetap keliatan ganteng.

Hahh...Faresh jadi iri.

Jam telah menunjukkan pukul setengah sembilan malam yang mana hal itu berarti baru setengah jam Faresh dapet istirahat, tapi sepertinya si koala gak bisa bener-bener tertidur dengan nyenyak malam ini.

Faresh kembali terjaga ketika ngerasa seseorang noel noel pipinya, tanpa ngebuka matapun Faresh tau kalau itu ulah Brian.

"Hm..kenapa kak?" Faresh berdehem pelan dengan suara seraknya.

Little Space [Changlix] ✔Where stories live. Discover now