-01-

13K 715 4
                                    

Rou Althea

Seorang fresh graduated yang memiliki pengalaman empat tahun dalam menjaga anak-anak, ia mulai bekerja sampingan dari awal kuliah hingga sekarang ketika ia berhasil mendapat gelar sarjana dari jurusan ahli nutrisi miliknya.

Semuanya baik-baik saja, gajinya cukup dari menjadi seorang caretaker di sebuah penitipan anak di New York.

Tapi bukan itu masalahnya.

Ia ingin kembali ke kodratnya sebagai ahli gizi, karena kuliah disitu bukan mudah ia telah banyak meneteskan darah dan keringat, anggap saja begitu.

Bukan, bukan itu masalahnya.

She is fat. Ini masalahnya!

Dia tidak percaya diri.

Menjadi seorang ahli nutrisi menyuruh orang untuk memperhatikan makanannya sedangkan ia berada didalam timbunan lemak yang entah sejak kapan sebentar lagi akan menuju digit tiga kilogram.

Ia meraung meratapi setiap malam betapa nista beban yang harus dia ampu empat tahun belakangan. Padahal semasa remajanya dulu ia termasuk jajaran senior paling cantik dan juga memiliki tubuh yang paling ideal berdasarkan vote underground kalangan kaula muda para juniornya.

She was fatphobia kala itu tapi mengapa ia bisa berakhir seperti ini?

Apa yang salah dari hidupnya?

Kemudian ia teringat sebuah kejadian memalukan yang menjadi sebab ia jadi begini, rahangnya mengeras ketika mengingat kejadian itu.

Itu semua bermula ketika ia mengikuti study orientation sebagai seorang mahasiswi baru, ia masih mengingat dengan jelas empat warna pena di dalam tasnya- begitulah analogi betapa ia mempersiapkan debut kuliahnya hari itu.

Pagi itu ia datang dengan wajah ceria  menggunakan pakaian sopan menutupi seluruh tubuhnya dengan sempurna, keluarga mereka adalah muslim yang taat. Meski menempuh pendidikan jauh dari kampung kecilnya ia tetap menanamkan ajaran keluarga yang begitu ia pahami.

Yup, dia sangat tertutup Sakin tertutupnya orang bahkan tidak tahu bentuk tubuhnya, tapi lelaki tetaplah lelaki ketika mereka memandangi Rou dengan seksama dari kejauhan.

Senyumnya pudar.

Ia tidak suka diperhatikan dengan tatatpan melecehkan itu padahal ia sudah menutup diri dengan baik.

Hari pertama ia lalui dengan bernafas lega karena tidak sesulit itu.

Buruknya tragedi itu berawal ketika mereka melakukan study tour di hari terakhir orientasi siswa. Mengadakan camp bersama dan sedikit pesta liar, Amerika tetaplah Amerika. Orang tua Rou sempat melarang untuk dia mengikuti itu tapi ia memiliki harga diri mengingat ia telah dipilih sebagai penanggung jawab makanan dikalangan junior.

Ia merasa bertanggung jawab.

Hingga ia menyaksikan sediri perbuatan  senior yang mengampu mereka sedang melakukan hal tidak senonoh pada salah seorang mahasiswa baru. Bukan satu senior tapi hampir semua.

Ia menelan salivanya kasar, ia belum pernah berada di ruang lingkup seperti ini.

Terlalu liar.

Jantungnya berdetak dengan kencang, Rou mencoba untuk meninggalkan situasi yang buruk itu. Tapi, sebelum ia berhasil menarik tasnya untuk kabur seorang senior wanita menariknya paksa membawanya ke lapangan yang cukup ramai tempat dimana mereka mengadakan acara bebas.

Ia berteriak meminta dilepaskan tapi mereka seolah tidak memiliki telinga.

Rou jatuh terduduk kala itu menjadi pusat perhatian dan juga bahan tertawaan.

Senior itu dengan guyonan menawarkan diri Rou untuk menemani siapa saja lelaki diantara mereka. Para serigala berkulit manusia itu hanya bersiul kesenangan. Melupakan kenyataan jika ia sedang kesulitan.

Mereka mulai menawarkan diri dan ia semakin ketakutan dan dari ketakutannya itulah ia dapat mengeluarkan suaranya yang terdengar bergetar.

"Aku bukan mainan."

Mereka semua terdiam memandanginya dengan tatapan aneh. Seolah memberikan penilaian yang buruk untuknya.

Mengatakan sesuatu yang tidak pantas untuk padanya, tapi hanya satu kalimat yang masih membuatnya trauma hingga saat ini dan memilih menjadi dirinya sekarang.

"Tubuh sebagus itu mau sampai kapan ditutupi, tidakkah kau penasaran membayangkan lengan kokoh di antara pinggul kecilmu." Kalimat vulgar itu membuat dirinya mual sendiri.

Ia berlari ketakutan pulang ke rumahnya meninggalkan semua barangnya. Tidak peduli senior yang berada di pihaknya memanggil dirinya, karena menurutnya ketika mereka diam saja dan membiarkan ia diperlakukan seburuk itu mereka tetap saja sama.

Rou masih ingat dengan jelas jika hari itu adalah hari terakhirnya merasakan timbangan dibawah lima puluh kilo, setelahnya ia merasa harus membuat pinggangnya menjadi besar untuk membuat lelaki yang mengejeknya menelan fantasi mereka akan tubuhnya.

Begitulah mulanya.

Setelah dia berbobot lebih orang-orang mulai mengacuhkan dirinya dan Rou merasa nyaman akan itu, ia menikmati perkuliahan dan job part-time nya hampir empat tahunan.

Dan sekarang ia baru sadar ketika ia memperhatikan dengan seksama tubuhnya bergantian dengan menatap selembar ijazah bukti gelarnya sebagai ahli gizi.

Rou gusar.

Akalnya berputar balik.

Baby With Problem [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang