BAGIAN 2

227 15 0
                                    

Tidak sampai sekedipan mata, telah berdiri seorang pemuda berwajah tampan dan bersenjata pedang di depan mereka. Karta memperhatikan pemuda berompi putih ini dengan seksama. Namun, sepertinya dia belum pernah mengenal pemuda ini.
"Siapakah, Kisanak?" tanya Karta. Rangga tersenyum tipis. Diperhatikannya laki-laki bertampang angker itu.
"Semestinya aku yang bertanya, mengapa kalian mengejarku...?" desis Rangga.
"Kami hanya menjalankan tugas. Sekarang, mengakulah. Apakah kau berasal dari Partai Tengkorak Darah?" tanya Karta, tidak kalah sengit.
Rangga terdiam dengan kening berkerut. Agaknya otaknya tengah mengingat-ingat sesuatu. Tadi sepanjang jalan yang dilalui, Pendekar Rajawali Sakti melihat keganjilan-keganjilan. Ketika melintasi sebuah desa, Pendekar Rajawali Sakti melihat kesunyian di sana. Dugaannya, pasti ada sesuatu yang tidak beres telah terjadi. Hal ini diperkuat lagi oleh kehadiran lima laki laki berpakaian serba hitam ini.
"Mengapa kalian curiga, kalau aku dari Partai Tengkorak Darah? Apakah pentingnya bagi kalian?" tanya Rangga sambil memandang tajam pada laki-laki di depannya.
Tanggapan yang terlihat benar benar di luar dugaan Pendekar Rajawali Sakti ini. Empat orang lainnya langsung mengepung Rangga dari segala penjuru. Bahkan tanpa segan-segan lagi, mereka langsung mencabut pedang dari warangka.
"Kalau memang benar kau dari Partai Tengkorak Darah, jelas sudah kalau kau adalah mata mata yang sengaja mengintai Padepokan Kencana Ungu. Kau harus kami tangkap!" dengus Karta. Dia bersiap-siap melakukan serangan kearah Rangga. Namun Pendekar Rajawali Sakti ini cepat-cepat mengangkat tangannya.
"Tahan, Kisanak semua! Perbuatan yang paling keji adalah menuduh orang lain tanpa bukti. Dan lagi, yang dituduh justru tidak tahu menahu tentang masalah yang dibicarakan!" tegas Rangga.
"Hm... Dalam suasana yang sangat genting seperti sekarang ini, sudah cukup alasan untuk meringkus orang asing yang berkeliaran di daerah kami," tandas Karta. Tidak lama kemudian, laki laki berkumis itu memberi isyarat pada anak buahnya untuk meringkus pemuda berompi putih ini.
"Hiyaaa..!"
Tanpa menunggu diperintah dua kali, empat orang anak buah Karta dengan pedang terhunus langsung menyerang gencar pada Rangga.
"Tunggu!" cegah Rangga, langsung berkelit dengan liukan tubuhnya menghindari serangan-serangan yang sangat berbahaya.
Tapi mana mau orang-orang yang ternyata dari Padepokan Kencana Ungu ini mendengar peringatan Rangga. Malah mereka semakin mempergencar serangan-serangan. Dan pemuda berompi putih ini akhirnya menyadari kalau orang-orang yang mengeroyoknya memang benar-benar sulit diajak berpikir dingin. Dan merasa tidak ada pilihan lain lagi, Pendekar Rajawali Sakti terpaksa menghadapi serangan mereka.
"Baiklah. Kalau kalian menghendaki kekerasan. Aku pun dapat bersikap keras pada kalian!" dengus Rangga.
Seketika itu juga, Pendekar Rajawali Sakti mengerahkan jurus 'Sayap Rajawali Membelah Mega'. Dalam gebrakan pertama saja, gerakan-gerakan Rangga terlihat cepatnya bukan main. Bahkan sambil menghindari serangan-serangan pedang, Pendekar Rajawali Sakti juga mulai melancarkan serangan balasan berupa tendangan-tendangan gencar ke arah perut dan kaki lawannya. Sehingga sering lawan-lawannya terkecoh dalam menghadapi serangan baliknya.
"Jangan beri kesempatan padanya untuk meloloskan diri!" teriak Karta yang sejak tadi masih belum juga mampu mendesak.
Sing! Sing!
Pedang dari orang-orang Padepokan Kencana Ungu menderu-deru, sehingga menimbulkan suara mencuit nyaring. Di lain kesempatan, mereka juga melakukan tendangan menyilang secara bersamaan. Tapi Rangga cepat memapak serangan itu dengan jemari tangannya yang terkembang.
Plak! Duk...!
"Ukh...!"
Keempat orang itu terpekik kaget, dengan tubuh terhuyung-huyung. Kaki mereka yang membentur tangan Rangga terasa bagaikan membentur tembok baja saja. Sehingga menimbulkan rasa sakit yang luar biasa.
Kini semakin terbukalah mata mereka, bahwa sebenarnya lawan yang dihadapi sangat tangguh. Tapi untuk mengakui kehebatan lawan ini, mereka jelas-jelas tidak memiliki keberanian. Di sisi lain, mereka memang hanya seorang murid yang harus selalu mematuhi setiap perintah guru mereka.
"Masih ada kesempatan bagi kalian untuk menghindari kesalahpahaman ini. Sekarang, simpanlah senjata kalian!" teriak Pendekar Rajawali Sakti.
"Boleh jadi dia memiliki ilmu olah kanuragan lebih tinggi dari kita. Tapi apa pun yang terjadi, kita harus dapat meringkusnya!" tegas Karta, berusaha memberi semangat.
Dan ternyata apa yang dikatakan Karta membawa pengaruh yang sangat besar pada kawan-kawannya. Terbukti, mereka segera membangun serangan-serangan baru disertai pengerahan segenap kepandaian.
"Kalian benar-benar mencari urusan denganku. Terserahlah...!" desis Rangga. "Hiyaaa...!"

143. Pendekar Rajawali Sakti : Iblis Tangan TujuhDonde viven las historias. Descúbrelo ahora