02. Hooked Up

15.6K 1.2K 309
                                    

WARNING!
_________

Rungu milik Jimin terasa berdengung kembali, gendang telinganya mulai sakit mendengar alunan musik kian kencang bersuara. Ini sudah dua jam lamanya ia meneguk wine bersama Taehyung untuk menunggu Jihan selesai dengan urusannya.

Apakah berhasil atau gagal. Jimin tidak tahu.

Masalahnya ini sudah kesekian kalinya ia dan Taehyung menghubungi perempuan Kim itu. Balasannya tidak ada, malah tadi pesannya hanya sekedar dibaca. Jimin takut temannya itu kesulitan melakukannya.

"Tae, hubungi Jihan lagi. Aku khawatir ia marah-marah dengan laki-laki cupu itu, pasti ia kesusahan untuk sekedar membuka celana."

Jimin berdecak sebal, "Kau ini kenapa menargetkannya dengan laki-laki berkacamata itu sih, kasihan Jihan pasti tidak puas." tambahnya lagi.

Laki-laki yang diberi ocehan, hanya memasang wajah datar namun alisnya menekuk. Di dalam hati Taehyung juga merasa khawatir, sejak tadi Jihan meneleponnya sambil menangis sebenarnya ia tertawa mendengarnya, tapi ketika tidak menerima kabar, Taehyung malah merasa kasihan juga.

"Apa mungkin Si Kacamata itu tidak berpengalaman, makanya lama sekali Jihan belum memberi kabar?" Taehyung bermonolog.

Jimin mulai kesal kembali, "Aku mana tahu! Kau sih, makanya pilih target yang lebih meyakinkan sedikit. Aku lihat juga laki-laki itu sepertinya tidak suka bermain dengan wanita begitu."

Akhirnya setelah menunggu beberapa waktu, ia kembali merogoh ponselnya untuk menghubungi Jihan. Ah, tapi ia kembali mengurungkan niatnya itu.

"Kau kenapa?" Jimin menyadari tingkah Taehyung, "Ayo hubungi dia."

Taehyung menggeleng, "Bisa saja ia tidak merespon pesan kita karena ia sedang asyik. Sudahlah, jangan diganggu."

Jimin masih mengeyel, "Kau menaruh rasa yakin dengan laki-laki itu? Kenapa tidak diganti saja, kau suruh aku saja yang mengambil pertamanya Jihan. Pasti tidak sesulit ini kan."

Laki-laki bermata tajam itu menoyor pelan kepala Jimin, "Keenakan kau! Aku begitu juga mau,"

"Jadi sekarang cepat hubungi Jihan, kalau laki-laki itu tidak becus memberinya kepuasaan. Kita yang ke sana."

Ide bejat Jimin ini sebenarnya menggiurkan. Tapi di dalam hati Taehyung masih punya rasa kasihan dengan Jihan. Sudah dianggap saudara jadi jangan memperlakukannya seperti itu.

Akhirnya Taehyung kembali menyalakan ponselnya untuk menghubungi Jihan lagi.

Jimin mendesah berat, berasumsi kejauhan tentang apa yang dilakukan Jihan dan Jungkook di atas sana.

"Kasihan Jihan, pasti pertamanya tidak menyenangkan."

***

"Jhh—Jungkook!"

Kalau dibilang bersenang-senang kurang tepat dengan keadaan Jihan sekarang ini. Puas sih, hanya saja sedaritadi air mata Jihan tidak pernah surut keluar dari pelupuk mata merasakan bagian bawahnya berdenyut akibat gerakan yang dibuat Jungkook terlalu kasar.

Berulang kali ia berteriak dan menancapkan kuku lentiknya di bahu Jungkook. Sakit sekali. Bahkan kedua hidung Jihan sampai tersumbat ingus dikarenakan kebanyakan menangis.

"Heh! Jungkook—kumohon, pelan ..." Badan mungilnya terguncang kembali, rasanya kekuatan laki-laki ini tidak ada habisnya, "Ini pertamaku ... sakit—akh!"

Jungkook tidak menyahut ia terlalu fokus dengan kegiatannya menggerakkan pinggul. Tarik dorong maju mundur, begitu terus. Tidak mempedulikan rengekan atau bahkan teriakan Jihan yang menyuruhnya pelan. Yang di pikiran laki-laki ini hanya satu, membuat perempuan ini puas.

Eyeglasses ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang