11. Stay Over

3.1K 560 48
                                    

It was instinctive,
the way I fell for you.
Like an effortless
intake of breath.

- Josh Walker

***

Renjun mengeringkan rambut sambil sesekali melirik sekitarnya. Film horor yang ia tonton bersama teman-temannya tadi masih terus terbayang di dalam kepalanya. Saking takutnya Renjun bahkan tidak berani memejamkan mata saat membilas rambut tadi. Inilah hal yang paling tidak ia suka dari film horor, the aftereffects. Selama beberapa hari ke depan ia akan tetap seperti ini. Apa lagi ia selalu sendiri saat malam karena Haechan baru pulang kerja pagi buta. Tsk.

Renjun mematikan sebentar hair dryer-nya untuk mencari sisir, dan saat suasana kamarnya kembali hening, ia mendengar suara ketukan-ketukan oleh benda runcing di kaca jendelanya. Renjun dengan cepat membalikkan tubuhnya tapi ia tidak mendapati apapun di luar jendelanya. Tidak mungkin jika ada seseorang yang mengetuk dari luar karena ia ada di lantai 7.

Jantung Renjun berdetak semakin kencang, tangannya mulai dingin, ia merasa tidak nyaman, namun ia masih tetap berusaha menepis pemikiran negatifnya. Mungkin ia hanya salah dengar, mungkin ini hanya efek dari rasa takutnya setelah menonton film tadi, mungkin....

Tuk! Tuk!

Renjun kembali mendengar suara di kaca jendelanya dan tanpa berbalik ia segera berlari keluar dari kamarnya menuju kamar Jeno dan Jaemin. Dengan panik ia membuka kamar mereka lalu masuk dan menutupnya dengan cepat. Jaemin yang baru saja menutup mata dan Jeno yang tengah naik tangga kecil menuju ranjang atas sontak terkejut mendapati Renjun memasuki kamar mereka dengan sangat panik.

"Ada apa Renjun-ah? Apa ada pencuri?" dugaan pertama Jeno sudah pasti pencuri, namun Renjun menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ia kembali turun dan menghampiri Renjun untuk menenangkannya. Jaemin yang penasaran juga bangkit dari posisinya semula.

"Ada hantu," suara Renjun sedikit bergetar karena rasa takut,"Ada hantu di kamarku."

"Hantu?" Jeno menaikkan kedua alisnya. Sejujurnya ia cukup skeptis dengan hal-hal seperti hantu dan alien, tapi ia tidak sampai hati untuk tertawa karena Renjun terlihat sangat ketakutan.

"Mungkin itu hanya perasaanmu Renjun-ah, karena kita baru saja menonton film horor," ucap Jaemin untuk menenangkan Renjun.

"Awalnya kupikir juga begitu, tapi tiba-tiba ada suara ketukan lagi di kaca jendelaku," Renjun masih bersikeras karena ia benar-benar yakin itu hantu.

"Ketukan di jendela? Yaa, jangan-jangan itu memang pencuri," kali ini Jeno terdengar cukup panik. Ia segera mencari tongkat baseball yang diberikan Mark sebagai kenang-kenangan untuk berjaga-jaga. Jaemin juga segera bangkit dari ranjangnya untuk memeriksa kamar Renjun. Ketiganya kembali ke kamar Renjun bersama-sama dengan posisi Jeno dan Jaemin berada di depan sebagai tameng bagi Renjun.

Saat mereka memasuki kamar Renjun suasananya sangat hening. Jendelanya juga masih tertutup rapat dan terkunci dari dalam. Tidak ada tanda-tanda orang masuk secara paksa. Jeno dan Jaemin mengendap-endap menuju jendela, tangan Jeno sudah menggenggam erat tongkat baseballnya, dan tiba-tiba suara itu kembali terdengar.

Tuk! Tuk! Tuk!

Renjun menahan nafas untuk tidak berteriak sambil menggenggam erat T-shirt Jeno, sedangkan Jeno dan Jaemin tiba-tiba tertawa.

"Renjun-ah, yaa, kau benar-benar harus melihat hantunya," ucap Jeno sambil berusaha meraih tangan Renjun. Renjun merasa bingung mengapa Jeno dan Jaemin malah tertawa, jadi ia memberanikan diri untuk mengintip dari balik bahu Jeno.

A Little Like Fate || NoRenWhere stories live. Discover now