prolog

14 6 2
                                    

Awan kelabu beriringan menyelimuti langit sore hari ini. Kelahiran dan kematian memang sudah menjadi bagian dari kehendak Tuhan. Di satu sisi, akan ada tawa kebahagiaan manusia yang menyambut kedatangan anggota keluarga baru mereka. namun di belahan dunia lainnya akan ada tangis yang mengiringi kepergian dari seseorang yang sangat dicintai.

Hujan perlahan turun setitik demi setitik, angin berhembus mengurai debu setelah beberapa hari kemarau melanda.

Pada gundukan tanah yang mulai basah, seorang gadis tertunduk sambil menahan isakannya. Orang-orang yang datang untuk mengantar kepergian ayahnya sudah mulai kembali pada kehidupannya masing-masing.

Hening.

Hanya isakan yang sudah tak tertahan lagi yang terdengar di telinganya. Gadis itu tak lagi menahan tangis yang sebelumnya ia sembunyikan. Ia sendirian sekarang. Benar-benar sendirian. Kedua orangtuanya memilih pergi dan meninggalkan dirinya sendirian di kehidupan yang kejam ini.

Air yang semula jatuh perlahan berubah menjadi lebih lebat. Anastasia Alesya, nama gadis itu yang masih bergeming dengan tangisnya. Tak peduli meski ia akan jatuh sakit sekarang, toh ia memang berniat mempercepat pertemuannya dengan kedua orangtuanya.

"Pa... Acha mau ikut papa. Kenapa papa selalu ninggalin Acha sendirian? Acha sudah janji sama mama untuk jagain papa. kenapa papa jahat sama Acha! Acha gak pernah marah kalau papa gak dirumah, Acha gak pernah marah kalau papa gak pernah mau ambilin rapot Acha, Acha gak pernah marah kalau papa gak pernah rayain ulang tahunnya Acha. Acha gak pernah minta apa-apa sama papa! Acha gak pernah pa... Tapi sekarang papa justru ninggalin Acha... Acha... Salah apa? Kenapa papa gak pernah sayang sama Acha!"

Suara tangisnya menggema. Gadis itu terus mengeluarkan semua hal yang ada di benaknya, tak peduli pada tubuhnya yang sudah basah kuyup dan membiru.

"Pa... Kenapa Acha gak bisa benci papa? Acha justru benci sama diri Acha sendiri." Suara gadis itu mulai melemah. Telinganya mulai berdengung bising. Alesya terdiam sejenak setelah langkah kaki bergerak kearahnya.

Sepasang Sepatu berdiri tepat di sebelahnya. Air hujan tak lagi terasa menimpa tubuhnya yang menggigil kedinginan. Alesya perlahan mendongak untuk memastikan siapa yang mengganggunya dan rela hujan-hujanan begini hanya untuk memberikan payung padanya.

Alis Alesya mengerut, ia pernah melihat anak laki-laki ini, sepertinya. Sebelum pandangannya lebih jelas, kepalanya justru berdenyut kencang dan mengaburkan pandangan nya bersamaan dengan sepasang lengan yang menahan tubuhnya sebelum kegelapan meliputi dirinya.

"Pa.. Acha gak sendirian disini."







See you next time..


Kalteng, 27 Agustus 2020
Love

Esa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Oh My Sunshine!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang