"Semua Melihatnya"

1.2K 42 0
                                    

Tepat pukul 10 pagi, Jajon membangunkan saya dan Aduk dari tidur, gerimis dan kabut masih saja menghiasi gunung ini. Dan apakah ini yang disebut kenikmatan yang fana, bangun tidur di gunung tiba-tiba sarapan sudah siap untuk disantap, tapi rasanya saya berhutang budi kepada teman-teman yang lainnya, orang lain masak kita malah enak tidur, tapi ya sudahlah apa boleh buat hehehe.

Setelah beres makan kita berunding perihal kapan kita harus turun dari gunung, apakah kita akan memaksakan turun hari ini juga dengan resiko kehujanan dan pandangan tertutup kabut? Atau kita akan turun esok hari?. Tapi setelah banyak mendengarkan masukan kita akan turun setelah hujan reda dan selepas kabut menghilang. Tepat pukul 3 sore, hujan mulai reda, kabut mulai menghilang dan langit kembali biru, kami memutuskan untuk turun dengan resiko kita akan kemalaman di trek (dan saya benci itu). Akhirnya pada pukul 4 sore kami langsung ngegas turun, keadaan trek yang basah saat itu sangatlah menyulitkan kami terlebih ditambah dengan adanya akar yang apabila terinjak akan menjadi licin. Benar saja sebelum menginjakan kaki di pos 3 terjadi sebuah insiden, kaki Fitria terkilir karena menginjak akar. Langkah diperlambat menyesuaikan gerak langkah kaki Fitria. Tak lama seusai insiden terkilirnya kaki Fitria, akhirnya kami tiba di pos 3 pada pukul 5.30 sore. Di pos 3, kami bersitirahat cukup lama untuk memulihkan energi yang mulai menyusut. Di sebuah obrolan Kiw menceritakan pengalaman horrornya ketika ia mendaki ke Semeru dan ke Gede via Cibodas, saya yang hanya mendengarkan cerita Kiw cukup dibuat merinding, Fitria dan Aul yang duduk dibelakang kami tiba-tiba pindah dan mendekat, dalam hati saya bertanya apa yang terjadi dibelakang dan ketika saya melihat kebelakang tepatnya dimana Fitria dan Aul duduk. Astaga ternyata sosok hitam dan tinggi besar itu sedang memantau kami, sontak saya langsung memalingkan wajah, disisi lain Aduk, Sadi, Jajon, dan Kiw tiba-tiba langsung menggendong kerilnya, mungkin juga mereka melihatnya. Tanpa basa-basi saya langsung mengajak kawan-kawan yang lain untuk segera turun, mereka seolah mengerti apa yang sedang terjadi, terlebih hari mulai gelap. Perjalanan turun terasa mencekam bagi saya tapi entah apa yang dirasakan kawan-kawan yang lainnya. Kiw berinisiatif membuka jalan didepan, Aduk dan Jajon menjadi penyapu dibelakang sedangkan saya dan Sadi berada ditengah rombongan untuk mengawal kawan-kawan perempuan. Ditengah perjalanan Jajon meminta rehat sejenak, okelah kita istirahat dulu tapi tidak lebih dari 5 menit, 5 menit belum habis tiba-tiba terdengar suara ranting pohon patah, semua terkaget dan Kiw nyeletuk "Monyet meren etamah" (kayannya itu monyet). Ketika saya cek ternyata memang benar itu monyet dan semua setuju, tapi sebenarnya apa yang saya lihat bukan hanya monyet tapi sosok hitam dan tinggi besar itu sedang memantau kami, dan sepertinya sosok itu mengikuti kita. Suasana semakin mencekam ketika Sadi melihat apa yang saya lihat, "Urang ge nempo bro" (saya juga liat bro), celetuk Sadi. Sontak semua tiba-tiba melihat sosok tersebut. Dan tanpa komando, kami langsung tancap gas untuk turun. Lagi-lagi perjalanan turun terhambat ketika Fitria merasakan kerilnya semakin berat dan beratnya itu tidak wajar katanya, keril Fitria diambil alih oleh Aduk supaya perjalanan kembali lancar. Pos 1 terlewati tanpa sadar, sebuah cahaya lampu memancar dari basecamp dan itu membuat kami semakin bersemangat. Dan tak berselang lama akhirnya kami tiba juga di basecamp, berharap sosok iru tidak mengikuti kami lagi. Tiba-tiba seorang bapak-bapak menghampiri kami dan bertanya kepada kami "kumaha jang, teu kunanaon?" (Gimana dek, tidak kenapa napa?) kemudian dijawan oleh Jajon "aya pak" (ada pak) dan si bapak hanya mengangguk saja seolah mengerti apa yang terjadi dijalur ketika turun. Kami tida di basecamp pada pukul 7.30 malam, istirahat sebentar dan langsung bersiap untuk pulang kerumah masing-masing. Tepat pukul 8 malam kami pamit pulang dan tiba dirumah tengah malam. Dan alhamdulillah selamat.

Cerita horror pendaki: IKUT PULANGWhere stories live. Discover now