6. A New Friend

402 58 3
                                    

Sadar atau tidak, hubunganku dengan Lucas dan Jaehyun agak merenggang. Kami tidak pergi ke sekolah dan pulang bersama lagi.

Begitu pula dengan teman-temanku yang lainnya. Hampir tidak ada yang ingin mendekatiku seperti aku adalah wabah penyakit.

Aku merasa kecewa terhadap mereka. Aku tidak peduli apakah mereka tidak ingin mendekatiku atau aku menjauhi mereka.

.

.

Jam makan siang aku tidak pergi ke kantin ataupun nongkrong bersama teman-temanku yang lain. Kami benar-benar saling menjaga jarak.

Aku hanya pergi ke taman belakang sendirian. Sampai aku tidak menyadari seseorang telah duduk di sebelahku.

Haechan menawariku roti isi daging yang menggiurkan, ditutup kotak tersebut tertulis 'aku tebak kau pasti kelaparan. Kubuatkan istimewa untuk teman baruku'.

Aku tersenyum kepadanya dan berterima kasih. "Um, ini sangat enak." Aku mengatakannya sambil mengunyah. Haechan hanya terkekeh menanggapiku.

Aku terkesan dengan suara tawanya yang begitu indah. Haechan mengusap ujung bibirku dengan jemarinya dan menempelkan sebuah sticky notes dibibirku.

'Kunyah dengar benar, makan jangan sambil meludah'

Aku dengan cepat mengunyah dan menelan semua makananku dan mengelap mulutku. "Maaf," ujarku.

Haechan tertawa sambil menggelengkan kepalanya. Lalu dia menuliskan sesuatu, 'namaku Lee Haechan omong-omong. Salam kenal Mark Lee.'

Nah, aku lupa memperkenalkan diriku padanya. Dan hei, "bagaimana kau bisa tahu namaku?" Tanyaku tanpa sadar.

'Aku sudah tau namamu sejak lama, bahkan sudah mengenali Mark Lee ketika aku melihatmu dari toko roti waktu itu, dan sebagai tambahan apabila kau lupa kemarin kau meminjamkan baju olahragamu padaku dengan name tag besar bertuliskan namamu.'

"Hah?" Kagetku menanggapi tulisannya, "kau mengenalku?"

'Kita tidak saling mengenal, aku hanya tahu kau. Kau cukup terkenal kau tahu. Apakah itu masuk akal untukmu? Kupikir kau dan teman-temanmu tidak ada yang tidak mengenal kalian.'

Aku membaca sticky notes lainnya yang ditulis oleh Haechan. Begitu membingungkan, tapi kupikir dia ada benarnya. Siapa yang tidak kenal dengan si brengsek Mark Lee dan teman-teman brengsek lainnya.

Aku terkekeh pelan, itulah yang dimaksud oleh Haechan. Aku adalah orang yang bermasalah makanya semua orang mengenaliku dan teman-temanku. Inginnya aku berkata sesuatu, untuk menepis kesan buruk yang akan tercap dikepala cantik Haechan.

Haechan hanya memandangku dengan tatapan datar, tangannya menunjuk dadaku, lalu dengan gerakan pelan sambil menggelengkan kepalanya berkata, 'tidak.'

Kemampuanku sangat terbatas untuk memahami apa yang dimaksud Haechan, selain seumur hidupku aku tidak pernah belajar bahasa isyarat aku juga tidak tahu apakah maksud Haechan adalah menyangkal pikiran buruk yang sempat terlintas dikepalaku atau apa.

Kupikir sulit bagi kami untuk berkomunikasi, butuh kesabaran ekstra bagi kami untuk saling memahami.

"Apa aku boleh bertanya?"  Aku memasang wajah penasaranku.

'Biar kutebak, kau ingin tahu kenapa orang cacat sepertiku berakhir di sekolah kalian?'

Aku menghembuskan nafas perlahan. "Pertama, bukan itu pertanyaanku, kedua ini bukan 'sekolah kalian' tapi ini sekolah kita. Yang berarti kau juga termasuk di dalamnya. Menurutmu seragam siapa yang kau pakai saat ini?" Candaku.

Haechan menutup mulutnya dengan tangannya pura-pura tekejut. "Oh." Gumamnya.

"Kenapasi?" Aku terkekeh pelan.

'Orang lain selalu berasumsi terhadapku, mereka mengatakn hal-hal yang tidak cukup mengenakkan, tapi aku bahkan tidak dapat membantahnya. Sulit bagiku untuk menjelaskannya. Tentu saja, lagipula keadaanku memang tidak penting, sih.'

"Hei, jangan seperti itu. Aku tidak bermaksud untuk melukai perasaanmu. Maksudku kita baru saja berteman, aku tidak mau mengganggu privasimu dengan cerita-ceritamu yang kupikir harusnya kau sudah siap mengatakannya." Haechan menggeleng, berusaha meyakinkanku.

"Tidak perlu memaksakannya oke, kau bisa menceritakannya sedikit demi sedikit kepadaku. Apabila yang kau khawatirkan adalah teman-temanku, kau jangan takut. Mulai sekarang kau aman bersamaku. Aku memastikan akan selalu menjagamu."

Haechan sekali lagi tersenyum dan merangkulku sebentar, lalu menyerahkan sticky notesnya padaku, 'lalu apa pertanyaanmu tadi?'

Aku tersenyum lebar padanya. "Apa kau bisa mengajariku bahasa isyarat?"

.

.

Aku kembali ke kelasku setelah jam istirahat selesai.

Kembali ke tempat dudukku yang ternyata bukan tempat dudukku lagi. "Pergi sana kau bersama dengan mainan barumu!" Ucap Han Jisung yang kini menempati tempat dudukku, tidak lupa melemparkan tasku.

Aku menyampirkan tasku ke bahuku, tidak lupa melakukannya dengan keras dan sengaja mengenai muka Han Jisung. "Tentu saja." Balasku

Lucas hanya melirikku sebentar lalu menunduk lagi.

"Apabila kalian memperlakukanku seperti ini hanya karena aku berteman dengan Haechan, kalian akan mendapatkan balasannya!" Teriakku di depan kelas, lalu berjalan menuju tempat dudukku yang berada di pojok belakang.

"Kalau begitu selamat Mark! Kau sungguhan orang suci sekarang." Sarkas Hendery.

Aku hendak membantahnya, tetapi Chani yang duduk di depanku mencegat tanganku dan tersenyum. "Sekarang kau duduk dibelakangku, tidak keberatan kan sering ngobrol denganku?" Ia bertanya dengan ramah.

Aku berusaha menelan amarahku dan tersenyum pada Chani.

^^

12920

When Sun Goes DownWhere stories live. Discover now