4. cahaya

56 16 5
                                    

Sinar mentari mulai menyusup dari sela-sela jendela, gorden tidak lagi bisa menampung cahaya matahari yang telah tinggi menunjukkan hari sudah pagi.

Kamar penginapan itu terlihat seperti kapal pecah, seprai yang sudah tidak berada pada tempatnya, baju yang berceceran di mana-mana, serta dua sosok manusia yang tertidur telanjang dengan selimut yang menutupi pinggang mereka.

Pemuda berambut hitam dengan bola mata hitam itu tersenyum saat ia menatap tanda merah dileher serta pundak pria berambut kuning itu.

Bayangan pergumulan tadi malam kembali menghampiri otak Sasuke, bagaimana tidak mereka bergumul begitu panas serta suara desahan Naruto yang begitu menggoda.

Sial. Membayangkan hal itu membuat adik kecil Sasuke kembali bangun. Dengan lembut ia mulai mengecupi pipi Naruto dan disambut erangan terganggu dari pria berambut kuning itu, ciuman lembut itu perlahan agresif membuat pria berambut kuning yang memejamkan matanya mendesah nikmat.

****

Suara sorak-sorai dari para penonton pertandingan bola voli membuat pertandingan makin ramai, para pemain dan penonton tidak peduli akan sinar matahari yang menyengat kulit.

Termasuk kedua pria berbeda warna rambut, yang kini ikut menonton pertandingan bola voli. Pemuda berambut kuning yang berteriak paling heboh memeriahkan suasana.

Setelah menonton pertandingan bola voli Sasuke dan Naruto segera ke kedai es krim, mereka tidak tahan dengan panasnya sinar matahari siang ini.

Meski Sasuke tidak begitu suka es krim, dia memesan es krim dengan rasa teh hijau yang akhir-akhir ini populer. Naruto segera menyantap es krimnya setelah pelayan mengantarkan es krim pesanan mereka.

Sssuke tersenyum tipis saat melihat muka Naruto berseri-seri setelah menyantap sesendok es krim kemulutnya.
Sasuke tidak tahu apa yang akan terjadi jika dirinya tidak ditolong Naruto waktu itu.

Matahari telah tenggelam, sudah cukup lama mereka berada di dalam kafe, bayangan dari pohon-pohon yang berjejer rapi itu telah hilang sepenuhnya. Ya, mereka menghsbiskan waktu enam jam lebih untuk menghabiskan es krim sembari mengobrol tidak jelas juntrungan.

Maklum saja, ini adalah hari Sasuke bebas kerja setelah berbulan-bulan ia tidak cuti, menghabiskan waktu bersama adalah cara paling sederhana yang diinginkan Naruto.

Lampu-lampu mulai menyala menapilkan kembali bayangan-bayangan yang hilang setelah matahari terbenam.

"Aku harap cinta kita tidak seperti matahari," ucap Naruto yang malah membuat Sasuke merinding. Sejak kapan kekasihnya ini pandai menggombal.

Sedetik dua detik lalu kemudian tawa mereka pecah bergidik ngeri membayangkan jika salah satu dari mereka alay tidak ketulungan. Baru berbicara beberapa kosa kata saja membuat mereka bergidik ngeri apalagi mengucapkannya setiap hari.

Kedua pria itu beranjak dari tempat duduk mereka dan berjalan menuju penginapan, jalanan kota memang selalu terang namun, dibalik cahaya yang terang itu terdapat kegelapan yang mrnyengsarakan.

Dibalik hingar bingar kota terdapat satu titik kepedihan yang akan dirasakan para manusia-manusia yang kalah dalam pertarungan hidup dan membawa kesengsaraan untuk diri mereka sendiri atau orang lain.

Mungkin Sasuke akan seperti itu jika saja Naruto tidak mengulurkan tangan untuknya dan menjadi pendamping hidup baik di saat ini ataupun masa depan.

Zeroحيث تعيش القصص. اكتشف الآن