Bab 16

652 95 0
                                    

Jam sudah menunjukan pukul 12 siang dan Jungkook belum juga pulang setelah kejadian tadi. Masih didepan televisi dan memakan popcorn caramel yang berasal dari kulkas sang pemilik rumah. "Jung, kau tak berniat pulang? Aku akan menyelesaikan pekerjaanku,"

"Uh? Bekerja di hari minggu? No! Kita harus bicara Chaeng,"

"Why? Mungkin dengan bekerja pikiranku menjadi teralihkan,"

"Jangan di alihkan tapi diselesaikan. Kemari duduk disini dan mari kita bicarakan yang membuat pikiranmu tak tenang," kata Jungkook sembari menepuk tempat kosong yang ada di sebelahnya. Rose menyetujui dan ikut duduk berhadapan dengan Jungkook.

"Bagaimana, apa yang harus kita lakukan?" tanya Rose

"Ya kita menikah, mewujudkan keinginan ibumu,"

"Tapi bagaimana dengan kekasihmu? Kau tega meninggalkannya?"

"Oke begini saja biar kujelaskan. Dengan kita dijodohkan kau mewujudkan keinginan ibumu dan aku membantu menstabilkan perusahaan ayahku dengan meninggalkan Turki dan menikah denganmu. Saling menguntungkan saja, dan kebetulan ayah kita saling mengenal dulunya kan?"

"Iya aku tau tapi bagaimana dengan karirku Jung? Aku belum mewujudkan sepenuhnya."

"Ayo kita buat perjanjian saja bagaimana? Dimana kertasmu?"

Rose mengangguk dan segera masuk kedalam ruang kerjanya untuk mengambil selembar kertas dan pena. "Ini.."

"Oke kita mulai. Pertama, jika ada sesuatu yang mengganjal dan mengganggu pikiran pihak kedua harus menceritakan pada pihak pertama. Kedua, tidak boleh lembur kerja dan tetap harus mengingat kewajiban seorang istri. Sudah, itu saja. Bagaimana dengan mu?" Jungkook menyerahkan pena dan kertas dengan maksud sekarang adalah gilirannya.

"Hmm pertama jika pihak kedua lelah bekerja dan pihak pertama tidak lelah, pihak pertama tidak boleh mengganggu pihak kedua. Kedua, pihak pertama harus membahagiakan pihak kedua. Ketiga, pihak pertama dan kedua harus berusaha selalu bahagia sampai waktu yang tidak ditentukan."

Rose menyelesaikan tulisannya dan menyerahkan tulisan pada Jungkook. "Sudah ini saja, cukup."

"Sungguh? Oke kita harus menjalankan peraturan ini dimasa depan. Dan Chaeng... kau masih terlihat sedih?"

"T-tidak, hanya masih syok Jung. Tapi tak apa."

"Kau mau jalan jalan?"

"Kemana?" Rose bertanya

"Aku juga tak tahu, ibuku yang mengajak kita. Ayo ganti bajumu dan kita berangkat,"

Rose tersenyum dan beranjak menuju kamar berganti baju.

"Sudah bagaimana? Apa tak apa aku menggunakan baju ini?"

Rose keluar dan menunjukan bajunya pada Jungkook, ia mengenakan dress berwarna putih dengan rambut diurai. "Woaah cantik! Ayo berangkat!"

Rose tersipu malu dan menahan senyumnya, ia merasa Jungkook menjadi sering merayunya. Entah sedang berusaha menghiburnya atau memang ia suka merayu perempuan. Yang ia tau dia tersipu malu saat ini.

Jungkook mengendarai mobilnya dengan tenang, tidak ada percakapan diantara mereka. Mereka berdua sama sama cangungnya, apalagi mereka sedang menuju tempat dimana ibu Jungkook yang mengirimnya. Tempat itu butik gaun pengantin, Jungkook jadi tidak enak karena ia pikir ibunya hanya akan mengajak makan atau apa, namun malah mengajak ke tempat butik gaun pernikahan.

"Oke sampai.....ayo keluar. Ibuku sudah menunggu di dalam."

Rose masuk bersama Jungkook dan melihat ibunya sedang berbincang-bincang dengan salah satu pegawainya. "Oh kalian sudah datang, calon menantuku sangat cantik. Mari kita memilih gaun untuk acara pertunangan kalian."

"Eoh? Sekarang bibi? Memangnya pertunangannya kapan?" tanya Rose sedikit takut, masih belum bisa percaya rupanya.

"Eoh? Kau belum diberitahu ayahmu? Minggu depan."

"Aaa ayah belum menghubungi sejak tadi malam,"

"Yasudah ayo pilih, Jung kau juga pilih ya?"

"Ne!"

Rose itu tipe yang tidak pilih pilih dalam mengenakan baju. Sekarang saja dia hanya menggunakan gaun putih sepanjang lutut, rambut digerai, tas selempang coklat, dan sepatu flat. Sederhana, jadi dia memilih gaun berwarna biru muda sepanjang mata kaki. Dan Jungkook memilih jas biru tua, perpaduan yang pas tanpa di sengaja.

"Bibi. Aku sudah memilih ini, bagaimana?" Rose berkata setelah keluar dari bilik ganti baju dan menuju Ny. Jeon dan Jungkook yang sedang duduk di depan cermin.

"Gaun yang sederhana, namun menjadi cantik jika kau gunakan Rose," Ny. Jeon memuji Rose yang sedang bercermin didepannya. Memang tidak diragukan lagi Rose memang cantik. 

"Iya kau cantik Chaeng!" kemudian Jungkook menimpali.

"Hehe thank's, bagaimana denganmu? Kau memilih yang mana?" tanya Rose.

"Mm aku pakai ini, yang biru tua."

"Bagus," kemudian mereka berdua tersenyum satu sama lain. Setelah memilih gaun, Ny Jeon mengajak mereka berdua untuk makan siang di restoran yang tidak jauh dari sana. Ibu Jungkook orang yang sangat ramah dan mudah sekali tersenyum, Rose yang sebelumnya merasakan ketidaknyamanan karena perjodohan ini menjadi berfikir dua kali untuk ikhlas saja menerimanya. Keluarga Jeon Jungkook terlihat baik dan memperlakukannya pula dengan baik.

Jungkook dan ibunya mengantar Rose sampai ke apartemen. Rose tertidur karena kelelahan mungkin pikir Jungkook karena semalam yang menangis sampai pagi.

"Chaeng, kita sudah sampai. Bangunlah," Jungkook yang mencoba membangunkan Rose sedikit tak tega, namun memberanikan diri menyentuh bahu dan menggoyangkan sedikit agar Rose terbangun. "Eoh? Sudah sampai, maaf bibi aku tertidur. Ayo bibi mampirlah,"

"Tidak Rosie, kami akan pulang. Kau terlihat kelelahan, biarkan dirimu istirahat esok kita akan bertemu lagi. Dan mulai sekarang panggil aku eomma, karena aku akan menjadi juga eomma mu."

"Ehmm ne eomma, thank you."

"Oke Chaeng, kami pulang aku akan menghubungi mu setelah kita sampai."

"Eo! Hati hati!" Rose dengan suaranya yang cempreng berseru sambil melambaikan tangan.

Setelah beberapa meter Jungkook menjauh dari area apartemen Rose, Ibunya tiba tiba mengajak bicara Jungkook.

"Kook-ah, apa Rose baik baik saja? Dia terlihat tidak nyaman sepertinya,"

"Eoh? Mungkin. Ibu tau sendirikan? Ia masih belum menerima ini, tapi dia dipaksakan untuk menerimanya. Karena permintaan ibunya,"

"Iya, eomma tau, maka dari itu ibu ingin sekali membuatnya nyaman dengan kita Jung. Tapi tadi dia terlihat seperti kurang nyaman. Apa tidak apa jika kita mengajaknya untuk memilih cincin pertunangannya besok? Apakah eomma terlalu terburu-buru?"

"Dia terlihat tidak baik baik saja, jika Rose sudah menyetujuinya dia pasti akan datang eomma. Namun jika tiba tiba dia membatalkan janji, kita tak perlu memaksa,"

"Eoh! Kau benar. Dan kau Jung! Jaga baik baik menantuku, dan yang paling penting kau harus membahagiakan dia!"

"Ne eomma ne...."

Jungkook juga sama, seperti belum bisa menerima ini. Kehadiran orang baru ke dalam kehidupannya sangat tidak masuk di akal. Hanya saja Jungkook berusaha menjadi nyaman berada di dekat Rose akan Rose juga merasakan yang sama. 

Mungkin sudah saatnya juga Jungkook tidak membangkang pada orang tuanya lagi, ia akan membahagiakan keluarganya. Dan keluarga Rose. 

See you! Makasih semuanya! :*  

Too FastWhere stories live. Discover now